Keefektifan Pembangunan Jalan Baru

“ Disini memang enak kondisinya, lebih tertib dan bersih karena sudah ada petugas kebersihan yang dikelola oleh PD.Pasar dan kami membayar biaya kebersihan setiap harinya kepada pengelola PD.Pasar senilai Rp.3.000.” Wawancara Maret 2011

5.7. Keefektifan Pembangunan Jalan Baru

Jalan Baru yang proses pembangunannnya dimulai pada pertengahan tahun 2010 dan selesai pengaspalan pada awal tahun 2011 ini dapat dikatakan tidak efektif, dikarenakan pembangunan jalan tersebut terkesan lambat. Jalan ini yang awalnya diperuntukan sebagai jalan alternatif kemacetan kota tapi terbengkalai sampai dengan saat ini padahal proses pembangunannya membutuhkan dana yang cukup besar. Namun pemanfaatannya tidak digunakan sebaik mungkin dan disegerakan. Saat ini Jalan baru sudah digunakan oleh masyarakat. Namun sekali lagi jalan ini menjadi tidak efektif dikala jalan tersebut digunakan sembarang oleh para pengguna jalan. Dan pada akhirnya membuat jalan ini menjadi sedikit berbahaya untuk dilalui, dikarenakan belum adanya kepastian dimana lajur kanan dan lajur kiri. Memungkinkan untuk terjadi kecelakaan karena belum adanya kepatian aturan penggunaan jalan. Jalan yang telah selesai diaspal kini dibiarkan begitu saja, belum ada lanjutan proses pembangunan selanjutnya. Jalan yang dibangun dengan terburu-buru yang diaspal dari akhir tahun 2010 sd awal tahun 2011 ini kualitas jalannya kurang baik. Hal ini terlihat dari aspal jalan di beberapa titik jalan yang sedikit telah mengalami kerusakan. Universitas Sumatera Utara Padahal jalan tersebut belum diresmikan. Berikut penuturan salah seorang warga yang bermukim di lokasi Pembangunan Jalan Baru, ia mengatakan; “ jalan ini pun gak tahu bagaimana nasib kedepannya, saya lihat setelah diaspal gak ada lagi lanjutannya. Jalannya saja belum diresmikan sudah ada yang rusak, aspalnya tidak bagus karena proses pembuatannya terlalu terburu-buru.” Wawancara Maret 2011 5.8. Harapan Masyarakat dan Para Pedagang dalam Hal Relokasi Pasar Meranti dan Pembangunan Jalan Baru Bercerita mengenai Relokasi Pasar Meranti yang tidak maksimal serta pembangunan jalan yang menuai banyak konflik dari berbagai pihak dan permasalahan- permasalahan yang tidak kunjung selesai pastinya menimbulkan berbagai harapan- harapan dari berbagai kalangan baik itu dari para pedagang yang berada di Pasar Meranti Lama maupun para pedagang yang berada di Pasar Meranti baru, serta masyarakat yang bermukim di kedua lokasi tersebut yang mendapatkan dampak langsung dengan adanya Pembangunan Jalan Baru dan Relokasi Pasar. Adapun harapan tersebut berbeda-beda dari setiap kepentingannya. Di Pasar Meranti Baru dengan kondisi berjualan yang sepi dan fasilitas yang kurang maksimal membuat para warga memilki beberapa harapan kedepannya dalam meningkatkan tercapainya tujuan relokasi. Adapun yang menjadi harapan mereka adalah semua pedagang yang berada di Pasar Meranti lama serentak pindah dan tidak ada yang kembali berjualan lagi di lokasi yang lama. agar aktivitas jual beli terkonsentrasi hanya pada satu pasar saja. sangat sulit untuk bisa maju apabila ada dua Pasar dalam satu Universitas Sumatera Utara wilayah yang sama dengan lokasi yang berdekatan. Seperti penuturan salah seorang Pedagang di Pasar Meranti Lama yang bernama Bapak.M.Yunus; “harapan saya semoga Pemerintah segera mengambil ketegesan dan menertibkan mereka, agar tidak ada lagi yang kembali berjualan. Semua pedagang di lokasi lama dipindahkan ke pasar ini supaya Pasar ini ramai”. Wawancara Maret 2011 Mereka juga mengharapkan ketegasan Pemerintah untuk dapat menertibkan para pedagang yang liar. Adapun harapan lainnya adalah tersedianya lahan Parkir yang akan memudahkan mereka dan para pembeli, serta fasilitas Kamar Mandi yang selau bersih dan tersedia air. Seperti penturan salah seorang Pedagang yang bernama Bapak.Ramli, ia mnegatakan; “semoga kedepannya dapat terpenuhi fasilitas di Pasar ini, seperti kamar mandi yang bersih dan juga terdia airnya” Wawancara Maret 2011 Berbeda halnya dengan para pedagang di Pasar Meranti Baru, para pedagang di Pasar Meranti lama mengharapkan agar semua pedagang dipasar meranti yang lama tidak direlokasikan dan tetap diizinkan untuk bejualan di lokasi tersebut, meskipun pada dasarnya mereka tahu bahwa yang mereka gunakan tersebut untuk tempat berjualan adalah sarana umum. Disamping itu mereka juga mengharapkan agar Pemerintah mengambil satu kebijakan untuk membuat Pasar Meranti Lama menjadi Legal dan sah. Seperti penututan salah seorang Pedagang di Pasar Meranti Lama yang bernama Ibu.Tarigan. ia mengatakan; Universitas Sumatera Utara “Maunya Pemerintah membentuk Pasar ini jadi Pasar yang sah, atau ada pihak lain yang mau menjadi sponsor. Maunya kami disini juga dibangunkan kios dan stan-stan yang layak, agar kami bisa lebih tertib dan tidak mengganggu jalan” Wawancara Maret 2011 Adapun dari beberapa informan menjawab kalaupun kami mau pindah ke lokasi yang baru harus sesuai dengan kebutuhan kami. Tentu saja ukuran kios yang lebih maksimal. Seperti penuturan salah seorang pedagang di Pasar Meanti lama, ia mengatakan ; “ harapan saya ya semoga pemerintah bisa memberikan ukuran kios yang lebih baik dan sesuai dengan jualan kami. Tapi kalau dipikir-pikir mana mungkin lagi pasar yang sudah siap sedemikian rupa dirombak lagi”. Wawancara Maret 2011 Untuk harapan masyarakat yang berada di sekitar lokasi Pasar Meranti dan Baru mengharapkan adanya kejelasan Pembangunan jalan yang hingga sampai saat ini belum diresmikan dan belum tahu bagaimana kejelasannya. Bagi mereka yang tidak berjulan dan mempunyai kios di Pasar Meranti lama juga mengharapkan keadaan yang sama, yaitu agar seluruh pedagang direlokasikan ke Pasar yang baru sehingga tidak mengganggu aktivitas jalan dan membuat kesan kumuh dan kotor. Berikut penuturan salah seorang warga, ia mengatakan; “semoga pemerintah segera merelokasikan dan menertibkan mereka, agar jalan Meranti tidak macet lagi jalan ini. Sulit sekali mau melintas di Jalan Merani ini. Ruas kiri dan kanan dipenuhi lapak pedagang. Apa lagi di pagi hari yang ada macet ada kalau lewat disini”. Wawancara Maret 2011 Universitas Sumatera Utara BAB VI PENUTUP

6.2. Kesimpulan