Pengelolaan pakan Pengelolaan kesehatan dan penyakit

Januari. Dirjen PHPA 1994 diacu dalam Gumilar 2007 menyatakan bahwa lama pengeraman telur buaya muara antara 78 – 144 hari. Pemeliharaan anakan buaya muara di Taman Margasatwa Ragunan TMR berupa pemberian pakan dan pembersihan kandang. Anakan buaya muara ditemukan pada kandang induk dalam keadaan sudah menetas dengan jumlah 30 ekor. Setelah ditemukan, perawat animal keeper memindahkan anakan buaya muara tersebut dari kandang induk untuk dipindahkan ke kandang terrarium II TMR. Selama kurang lebih seminggu anakan buaya muara tidak diberi pakan karena masih terdapat persedian kuning telur yang tersimpan di dalam tubuh. Kurang lebih seminggu kemudian ketika persedian kuning telur sudah habis, anakan buaya muara baru diberi pakan berupa daging ayam dengan cara disuapi satu persatu ditambah ikan mas kecil yang diletakkan di dalam kolam air. Pakan diberikan tiap seminggu sekali dengan cara yang sama. Pembersihan kolam air dan kandang anakan buaya muara juga dilakukan setiap satu minggu sekali.

5.2.1 Pengelolaan pakan

Pengelolaan pakan dilakukan dengan menyediakan jumlah dan kualitas pakan yang cukup dan teratur. Pakan buaya yang diberikan di kandang buaya TMR yaitu daging ayam dalam keadaan sudah mati. Jumlah ayam yang diberikan kepada seluruh buaya adalah 60 ekor ayam dalam satu minggu. Waktu pemberian pakan disesuaikan dengan feeding time dari TMR yaitu satu kali setiap hari minggu pada pukul 10.00 WIB. Pemberian pakan ini merupakan salah satu bentuk atraksi atau peragaan yang diberikan pihak TMR kepada pengunjung. Pembagian pakan oleh perawat disesuaikan dengan umur, ukuran tubuh dan jumlah buaya yang terdapat dalam satu kandang. Setyonugroho 1995 menyebutkan bahwa jenis pakan yang diberikan di Penangkaran Perhutani Purwakarta terdiri dari kuning telur itik, udang, ikan mujair, ikan laut, dan itik dengan frekuensi pemberian pakan sampai buaya umur 10 bulan adalah setiap hari, umur 11 bulan sampai 7 tahun setiap dua hari sekali dan umur 8 tahun sampai buaya induk setiap tiga hari sekali. Sedangkan di Taman Buaya Indonesia TBI Bekasi adalah ikan gapi, ikan laut dan ayam dengan frekuensi pemberian pakan untuk semua kelompok umur adalah dua hari sekali.

5.2.2 Pengelolaan kesehatan dan penyakit

Selain pengelolaan pakan terdapat pula faktor yang cukup penting dalam keberhasilan konservasi ex-situ buaya di TMR yaitu perawatan kesehatan dan penyakit yang dilakukan oleh pihak perawat TMR dibawah pengawasan bidang kesehatan hewan TMR. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan mengobati satwa yang terserang penyakit dan luka. Lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi pembersihan lingkungan kandang dan areal sekitar kandang, pemantauan dan pengamatan kondisi kesehatan satwa setiap hari, pemberian obat dan vitamin bagi satwa yang terserang penyakit atau luka, dan karantina satwa. Setyonugroho 1995 menyebutkan bahwa tindakan dalam menangani masalah di Penangkaran Perhutani dan Taman Buaya Indonesia adalah sama, yaitu dengan pencegahan dan pengobatan. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan pakan khususnya terhadap anak buaya berusia dibawah 1 tahun, sedangkan pengobatan terhadap buaya yang sakit dengan diberikan obat- obatan tertentu. Jenis penyakit yang sering terjadi pada buaya di TMR yaitu cacingan dan luka infeksi akibat perkelahian antar sesama buaya dalam satu kandang. Perlakuan yang diberikan untuk luka akibat perkelahian biasanya akan diberikan antiseptik dan obat luka luar Gusanek. Sedangkan untuk buaya yang menderita cacingan diberikan obat cacing. Pengobatan dapat langsung dilakukan oleh perawat, paramedis ataupun dokter hewan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit ini pada buaya antara lain endoparasit seperti cacing gelang Ascaris sp. di dalam saluran pencernaan, kebersihan lingkungan kandang, jumlah buaya dalam satu kandang, pengaruh cuaca dan kualitas kondisi pakan yang diberikan. Fakultas Kehutanan IPB 1990 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan buaya yaitu kondisi perkandangan dan lingkungan, makanan, bibit penyakit, sistem pengairan dalam kandang atau kolam yang kurang baik serta kelainan-kelainan metabolisme.

5.2.3 Pengelolaan kandang