Perilaku Makan dan Sistem Pencernaan

tersebut pada umumnya oleh penangkar di isolasikan pada kandang karantina Dirjen PHPA diacu dalam Setyonugroho 1995.

2.3 Perilaku Makan dan Sistem Pencernaan

Ross 1989 menjelaskan bahwa buaya bukan tipe pemangsa aktif, tetapi lebih sering menunggu mangsa yang datang ke tempat sekitar habitatnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menghemat energinya. Goin et al. 1978 menjelaskan bahwa pada saat melumpuhkan mangsanya, buaya muara menggunakan gigi, ekor, dan kaki-kakinya yang kuat. Gigi digunakan untuk memotong tapi tidak digunakan untuk mengunyah. Susunan gigi buaya muara terdiri dari pre-maxilla sebanyak 4-5 buah, maxilla sebanyak 13-14 buah, dan mandibular sebanyak 15 buah, sehingga jumlah total gigi buaya muara berkisar antara 64-68 buah gigi. Goin et al. 1978 juga menyebutkan bahwa ekor dan kaki buaya muara digunakan untuk menengggelamkan mangsanya agar tidak dapat melarikan diri, sedangkan apabila mangsanya terlalu besar maka buaya akan melakukan teknik merotasi mangsa tersebut secara berulang-ulang di dalam air. Pope 1956 mengatakan bahwa setelah buaya melumpuhkan mangsanya dengan cara menyeretnya ke dalam air, setelah itu buaya tersebut akan cepat menelannya. Sedangkan bagi mangsa yang lebih besar akan dibunuh dahulu dan kemudian dibagi menjadi beberapa bagian sehingga akan lebih mudah ditelan. Dalam menangkap mangsanya, buaya menggunakan berbagai indera yang dimilikinya. Pada buaya muara diketahui bahwa baik indera penciuman maupun indera pendengarannya berkembang dengan baik. Alat penciuman buaya disebut dengan organ Jacobson yang digunakan untuk mengenal musuh, mangsa, dan pasangannya Harto 2001. Sedangkan indera penglihatan pada jenis alligator dan caiman diketahui berperan lebih penting dibandingkan indera penglihatan pada jenis crocodilian. Jenis crocodilian umumnya akan menggunakan indera penglihatannya untuk menangkap mangsa di atas permukaan air, tetapi akan bergantung pada indera lainnya bila menangkap mangsa di dalam air Ross 1989. Sandjojo 1982 menjelaskan bahwa sistem pencernaan buaya bermula dari rongga mulut dengan gigi penggunting yang kuat untuk menangkap dan mengoyak mangsa. Lidah terdapat didasar mulut dan tidak dapat dijulurkan. Antara rongga mulut dan kerongkongan dipisahkan oleh dua katup besar Velum platinum. Kerongkongan oesophagus bermula dari pharynx sampai perut dan berselaput lendir. Antara ujung oesophagus dengan perut dijaga oleh sphincter. Oesophagus dapat dipakai untuk menyimpan makanan sementara Harto 2001. Perut buaya bagian kiri dipisahkan dengan perut sebelah kanan oleh “kerah” tebal dari otot dan selaput spons. “Kerah” ini diduga memilki fungsi sebagai penggiling makanan hingga menjadi partikel yang kecil. Perut dipisahkan dengan usus kecil oleh pyroric sphincter tebal. Usus dua belas jari terletak pada permukaan anterior dan dorsal dari perut yang bergabung dengan usus halus. buaya muara memiliki pankreas, hati, dan limpa. Usus besar rectum berdiameter dua kali lebih besar dari usus kecil dan dipisahkan dengan usus kecil oleh ileoconic kloaka. Kloaka merupakan akhir dari pencernaan yang berakhir pada vent. Otot perut buaya memilki fungsi yang sama seperti gizzard pada burung, dan seperti halnya pada burung, buaya juga diketahui menelan objek yang keras untuk membantu menghancurkan makanan Goin et al. 1978.

2.4 Pertumbuhan