5.3.3 Palatabilitas formulasi pakan
Berdasarkan pengamatan palatabilitas jenis pakan, jumlah rata-rata konsumsi pakan B 75 daging ayam dan 25 ikan kembung dikonsumsi lebih
besar daripada rata-rata formulasi pakan lain yang dikonsumsi yaitu sebesar 8,0 gekorhari dengan tingkat palatabilitas sebesar 80,4. Sedangkan untuk tingkat
palatabilitas formulasi pakan lain yang dicobakan yaitu sebesar 61,8 untuk formulasi pakan A, 63,3 untuk formulasi pakan C, 68,2 untuk formulasi pakan
D, dan 59,2 untuk formulasi pakan E. Formulasi pakan B yaitu 75 daging ayam dan 25 ikan kembung
dikonsumsi lebih besar oleh anakan buaya muara di Taman Margasatwa Ragunan TMR, hal ini dapat disebabkan faktor kebiasaan pemberian pakan yang
dilakukan sebelumnya saat anakan buaya muara berusia 1 bulan yaitu daging ayam sebagai pakan utama dan ikan mas kecil sebagai tambahannya. Adanya
aroma tambahan dari ikan kembung yang diberikan, diduga meningkatkan daya konsumsi anakan buaya muara terhadap jenis formulasi pakan ini. Selain itu,
diduga perilaku dominasi mempengaruhi daya konsumsi anakan buaya muara. Berdasarkan pengamatan pada setiap kandang penelitian selalu terdapat satu
individu yang terdominasi oleh individu lain, mengakibatkan individu tersebut sulit mendapat pakan dan ruang gerak. Pada formulasi pakan B, individu anakan
buaya muara yang terdominasi mengalami kematian pada minggu ke-5 menyebabkan perebutan pakan akibat perilaku dominasi tersebut menjadi
berkurang sehingga konsumsi pakan menjadi lebih besar. Kanwil Kehutanan 1986 menyebutkan bahwa buaya di alam bersifat
secretive suka bersembunyi dan jarang berkelompok. Tingkah laku semua jenis buaya sama dimana mereka mempunyai hirarki sosial yang tampak dominan pada
buaya jantan. Jika ada buaya lain yang masuk dalam teritorinya, mereka akan berkelahi untuk mempertahankan teritori dan mengusir buaya pendatang. Masyud
et al. 1993 menyebutkan bahwa salah satu yang mempengaruhi tingkat konsumsi suatu pakan antara lain faktor kebiasaan serta faktor aromabau dari
pakan tersebut.
5.4 Pertumbuhan 5.4.1 Pertambahan bobot badan anakan buaya muara