Konsumsi pakan Pengelolaan Buaya

Anwar 1985 menjelaskan bahwa kadar air dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasa makanan. Kandungan air yang banyak juga akan memperbesar kemungkinan timbulnya mikroba. Serat kasar tidak dapat dicerna langsung oleh hewan monogastrik seperti buaya dimana seluruh sistem pencernaannya menggunakan bantuan enzim. Sumber pakan yang mengandung serat kasar umumnya terdapat pada tumbuhan, sehingga pada kelima jenis formulasi pakan yang dicobakan tidak ditemukan kandungan serat kasar. Parakkasi 1983 mengatakan bahwa lemak juga berperan penting dalam penentuan pemberian pakan untuk buaya terutama untuk pembentukan tulang buaya yang berusia muda. Buaya merupakan binatang yang cenderung pasif dan tidak terlalu banyak bergerak terutama buaya yang hidup di penangkaran. Bila konsumsi karbohidrat melebihi kebutuhan energinya maka karbohidrat akan dikonversi menjadi lemak dan glikogen Sumarwan et al. 2003. Elmir 2008 menyebutkan bahwa penangkaran dengan tujuan hanya sebagai wahana konservasi, tidak harus memikirkan gizi pakan secara mendalam, yang terpenting adalah kebutuhan pakan bagi buaya per ekornya dapat tercukupi sehingga buaya-buaya tersebut dapat tumbuh dengan baik dan mampu menghasilkan keturunan berikutnya secara terus menerus.

5.3.2 Konsumsi pakan

Pemberian pakan anakan buaya muara dilakukan satu kali dalam sehari secara ad libitum pada pukul 09.00 WIB sesuai dengan waktu pemberian pakan yang telah ditentukan di Taman Margasatwa Ragunan TMR. Pakan yang diberikan diletakkan dalam papan plastik, kemudian biasanya anakan buaya muara menghampiri tempat pakan ketika keadaan sepi dan memakan pakan yang telah disediakan. Anakan buaya muara biasanya bersaing untuk memperoleh pakan yang tersedia dan jika merasa telah kenyang mereka akan menjauhi pakan serta melakukan aktivitas lain seperti masuk ke dalam air dan berjemur. Pakan yang dikonsumsi oleh anakan buaya muara selama delapan 8 minggu rata-rata 6,7 gramekorhari. Konsumsi pakan anakan buaya muara per ekor per hari tiap formulasi pakan selama 8 minggu dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 14. 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 g ek o rh ar i Minggu ke- Formulasi Pakan A Formulasi Pakan B Formulasi Pakan C Formulasi Pakan D Formulasi Pakan E Tabel 9 Rataan jumlah konsumsi pakan gekorhari selama penelitian Minggu Ke- Formulasi Pakan A B C D E 1 5,0 4,8 4,3 4,1 3,3 2 5,8 7,3 7,1 7,4 6,1 3 6,8 8,1 6,0 7,1 6,3 4 6,3 8,0 5,8 6,5 5,6 5 6,9 7,8 7,5 7,3 6,4 6 6,0 8,3 6,2 6,1 5,2 7 6,1 9,9 6,4 8,1 7,3 8 6,6 10,1 7,5 7,9 7,2 Jumlah 49,5 64,3 50,8 54,5 47,4 Rataan 6,2 8,0 6,4 6,8 5,9 Secara umum dari Tabel 9 dapat dinyatakan jumlah rataan konsumsi kelima macam formulasi pakan tersebut relatif sama meskipun formulasi pakan B menunjukkan rataan konsumsi yang lebih besar dibandingkan formulasi pakan lainnya. Formulasi pakan B lebih banyak dikonsumsi per ekor per hari dibandingkan dengan formulasi pakan lainnya yaitu sebesar 8,0 gekorhari. Kemudian berturut-turut jumlah konsumsi formulasi pakan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu formulasi pakan D, C, A, dan E yaitu sebesar 6,8 gekorhari, 6,4 gekorhari, 6,2 gekorhari, dan 5,9 gekorhari. keterangan : A 100 daging ayam, B 75 daging ayam + 25 ikan kembung, C 50 daging ayam +50 ikan kembung, D 25 daging ayam + 75 ikan kembung, E 100 ikan kembung. Gambar 14 Grafik konsumsi pakan selama penelitian.

5.3.3 Palatabilitas formulasi pakan