88 merubah nilai dual price. Selang kepekaan ditunjukkan dengan batas bawah dan
batas minimum. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala dalam penelitian ini terdiri dari
analisis sensitivitas kendala lahan, kendala pembelian pupuk, kendala tenaga kerja, dan kendala modal. Analisis RHS terhadap kendala menunjukkan bahwa
lahan untuk golongan petani luas tidak memiliki batas bawah. Sedangkan pada golongan petani sempit menunjukkan bahwa kendala lahan pada MT III
mendekati nilai optimal, yaitu sebesar 0.216794. Analisis sensitivitas RHS terhadap kendala transfer pembelian pupuk golongan petani luas dan petani
sempit menunjukkan bahwa sebagian besar input pupuk tidak memiliki batas bawah.
Analisis sensitivitas RHS terhadap kendala tenaga kerja menunjukkan bahwa tenaga kerja golongan petani luas tidak memiliki batas bawah. Sedangkan
golongan petani sempit tidak memiliki batas atas terhadap tenaga kerja wanita. Analisis sensitivitas RHS terhadap modal menunjukkan bahwa golongan petani
luas tidak memiliki batas bawah pada ketiga musim tanam. Sedangkan golongan petani sempit, analisis sensitivitas RHS terhadap modal tidak memiliki nilai batas
atas pada ketiga musim tanam.
7.3.4 Analisis Post Optimal
Analisis post optimal dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada fungsi tujuan dan kendala apabila terjadi perubahan harga output dan
lahan. Dalam penelitian ini akan dilakukan empat skenario perubahan yang memiliki kemungkinan terhadap perubahan pendapatan petani. Hasil analisis post
optimal mengenai pola tanam dan tingkat pendapatan per hektar untuk masing-
masing skenario dapat dilihat pada Tabel 45. Skenario pertama adalah dengan meningkatkan harga sayuran sebesar
harga tertinggi pada setiap musim tanam. Skenario ini menghasilkan pola tanam yang sama dengan pola tanam optimal pada petani luas maupun petani sempit.
Tingkat pendapatan usahatani juga bertambah pada skenario ini, baik golongan petani luas maupun golongan petani sempit masing-masing sebesar 79,08 persen
dan 361,16 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga jual sayuran mampu meningkatkan pendapatan usahatani sayuran.
89
Tabel 45. Hasil Analisis Post Optimal Berdasarkan Skenario di Kelompok Tani
Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012
Skenario Golongan
Pola Tanam Pendapatan
Perubahan ID
Petani Luas KPC - ToC – CKC
42,828,061 -
0.659 Petani Sempit
BC - ToC – JMC 20,000,608
- 0.805
1 Petani Luas
KPC - ToC – CKC 76,697,436
79.08 0.755
Petani Sempit BC - ToC – JMC
92,235,092 361.16
0.800 2
Petani Luas KPC - ToC – CKC
25,661,177 40.08
0.755 Petani Sempit
BC - ToC – JMC 4,873,832
75.63 0.800
3 Petani Luas
KPC - ToC – CKC 33,441,755
21.92 0.755
Petani Sempit BC - ToC – JMC
53,438,425 167.18
0.743 4
Petani Luas KPC - ToC – CKC
9,530,310 77.75
0.755 Petani Sempit
BC - ToC – JMC 5,346,200
73.27 0.800
Keterangan: Skenario 0 : skenario optimal
Skenario 1 : menaikkan harga jual sayuran Skenario 2 : menurunkan harga jual sayuran
Skenario 3 : meningkatkan luas lahan Skenario 4 : mengurangi luas lahan
Skenario kedua adalah menurunkan harga sebesar harga terendah pada setiap musim tanam. Skenario ini dilakukan untuk melihat pola tanam dan tingkat
pendapatan petani dalam kondisi harga jual terkecil. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola tanam pada petani luas tidak mengalami perubahan. Begitu juga
dengan pola tanam petani sempit. Pada skenario ini, tingkat pendapatan usahatani petani luas dan petani sempit berkurang masing-masing sebesar 40,08 persen dan
75,63 persen. Skenario ketiga adalah menambah luas lahan sebesar luas lahan tertinggi
yang diolah oleh petani. Luas lahan terbesar yang diolah golongan petani luas adalah 20,000 m
2
2 ha. Luas lahan terbesar golongan petani sempit adalah 4,000 m
2
0.4 ha. Berdasarkan hasil analisis, kondisi ini tidak mengubah pola tanam optimal untuk golongan petani luas dan petani sempit. Selain itu, tingkat
pendapatan usahatani mengalami penurunan untuk petani luas sebesar 21,92 persen dan petani sempit memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 167,18
persen. Penurunan pendapatan petani luas kemungkinan karena petani menggunakan jumlah input produksi yang sama pada lahan yang lebih luas. Hal
90 tersebut mengakibatkan berkurangnya pendapatan usahatani petani luas.
Sebaliknya, petani sempit mendapatkan peningkatan pendapatan karena pada kondisi aktual petani sempit menggunakan input produksi yang berlebihan.
Sehingga, ketika luas lahan bertambah, kelebihan sarana produksi dapat dialokasikan pada lahan tersebut.
Skenario terakhir adalah dengan menurunkan luas lahan sebesar luas terendah pada masing-masing golongan petani. Luas lahan terkecil golongan
petani luas adalah 4.000 m
2
0,4 ha. Sedangkan luas lahan terkecil golongan petani sempit adalah 300 m
2
0,03 ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola tanam golongan petani luas dan sempit tidak mengalami perubahan. Namun,
pendapatan usahataninya berkurang sebesar 77,75 persen untuk golongan petani luas dan 73,27 persen untuk petani sempit.
Indeks diversifikasi kondisi optimal dan perubahan pada petani luas lebih kecil daripada kondisi aktual 0,769. Namun, pada petani sempit memiliki nilai
yang cenderung sama dengan kondisi aktual 0,800. Artinya, pada kondisi aktual maupun optimal, petani sempit lebih berdiversifikasi daripada petani luas. Secara
umum, berdasarkan hasil analisis, tanaman yang memberikan keuntungan maksimal pada petani luas adalah kacang panjang+caisin, tomat+caisin, dan cabai
keriting+caisin. Sedangkan untuk petani sempit adalah kacang buncis+caisin, tomat+caisin, dan jagung masin+caisin.
7.3.5 Perbandingan Kondisi Aktual dan Optimal