Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Pola Tanam Diversifikasi

8 sifatnya yang mudah rusak, dan harga yang fluktuatif. Salah satu risiko yang dihadapi oleh petani di Pondok Menteng adalah harga jual yang berfluktuasi. Fluktuasi harga yang terjadi akan berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan jenis tanaman yang diusahakan. Adapun harga rata-rata sayuran yang berlaku di Kecamatan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Rata-rata Harga Sayuran di Kecamatan Ciawi Tahun 2010-2011 No Nama Komoditi Rata-Rata Per Tahun Rp 2010 2011 2012 1 Caesin 2,617 1,054 1,186 2 Timun 1,550 1,617 1,457 3 Cabe Kriting 18,413 14,917 11,143 4 Tomat 3,000 1,600 1,857 5 Buncis 2,867 3,917 3,500 6 Kacang Panjang 2,242 3,208 3,214 7 Jagung Manis 1,692 1,867 1,171 Sumber: Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, 2012 diolah Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa tingkat harga yang berlaku di Kecamatan Ciawi sangat berfluktuasi. Harga komoditi caesin pada tahun 2010 adalah Rp 2,617, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi Rp 1.054, dan Rp 1.186 pada tahun 2012. Hal tersebut juga terjadi pada komoditi lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pola tanam dan pendapatan usahatani sayuran Kelompok Tani Pondok Menteng? 2. Bagaimana pengaruh perubahan harga output terhadap pola tanam, pendapatan, dan indeks diversifikasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pendapatan usahatani sayuran Kelompok Tani Pondok Menteng. 9 2. Mengidentifikasi pola tanam dan tingkat diversifikasi usahatani sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng. 3. Menentukan pola tanam optimal serta menganalisis pengaruh perubahan harga dan lahan terhadap pola tanam, pendapatan usahatani, dan indeks diversifikasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua pihak, baik bagi petani sayuran, penulis, maupun masyarakat. 1. Bagi Kelompok Tani Pondok Menteng, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengambil keputusan sebagai pertimbangan dalam pemilihan pola tanam yang akan dilakukan. 2. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 3. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari bangku kuliah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tanaman sayuran yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Bogor, Jawa Barat. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis pendapatan usahatani dan optimalisasi pola tanam sayuran. Pada analisis pendapatan usahatani, nilai yang dihitung adalah penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani tunai cash. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Tanam Diversifikasi

Secara umum diversifikasi dapat diartikan sebagai upaya penganekaragaman produksi dengan cara pengembangan jenis atau bentuk. Diversifikasi aktivitas ekonomi memberi dampak pada pendapatan dan mampu mempengaruhi alokasi sumberdaya Sumaryanto, 2006. Diversifikasi berpeluang dalam meningkatkan kesempatan kerja, penggunaan modal, dan sumberdaya lainnya. Dalam kegiatan pertanian, diversifikasi usahatani dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil risiko akibat terjadinya fluktuasi harga, perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Diversifikasi usahatani sudah dikembangkan sejak Pelita II 1974-1978 dalam rangka menuju swasembada pangan. Program ini dikembangkan untuk mendorong intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman palawija dan hortikultura. Pada awalnya, alasan petani melakukan diversifikasi usahatani adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang beragam. Namun, seiring dengan perkembangannya, diversifikasi usahatani dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dan untuk meningkatkan pendapatan petani Rusastra, et al, 2004. Dalam melakukan diversifikasi usahatani petani memiliki pertimbangan- pertimbangan dalam memutuskan pola tanam yang akan dilakukan. Selain untuk meningkatkan pendapatan usahatani, hal tersebut juga dilakukan untuk memperkecil risiko usahatani yang sedang dilakukan. Oleh sebab itu, pengelolaan sumberdaya dilakukan seoptimal mungkin untuk memaksimalkan pendapatan. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam Rusastra, et al, 2004, Sumaryanto, 2006, Saliem, dan Supriyati, 2006. Faktor pertama yang harus dipertimbangkan adalah kondisi fisik tanah yang meliputi ketersediaan air, keadaan tanah, serta kondisi iklim dan cuaca. Komoditas yang akan diusahakan disesuaikan dengan kondisi fisik tanah yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kegiatan usahatani dapat berjalan dengan baik. Keadaan rumah tangga petani juga menjadi salah satu pertimbangan bagi petani dalam pemilihan pola tanam usahataninya. Keadaan rumah tangga petani terkait dengan kemampuan permodalan, ketersediaan tenaga kerja, kontribusi 11 pendapatan dari usahatani, pemilikan peralatan pompa irigasi, serta luas dan status garapan. Ketersediaan modal, peralatan, dan kepemilikan lahan pertanian berkaitan dengan keberhasilan dan keberlanjutan usahatani yang dijalankan. Sedangkan kontribusi pendapatan usahatani terkait dengan bagaimana hasil kegiatan usahatani yang telah dijalankan mampu meningkatkan pendapatan petani. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pola tanam. Hama merupakan binatang pengganggu tanaman, seperti serangga, ulat, dan kutu tanaman. Sedangkan penyakit adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganise yang tidak terlihat oleh mata, seperti cendawan dan bakteri. Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal, pengendalian hama dan penyakit dalam kegiatan budidaya sayuran harus dilakukan dengan baik. Hal ini karena hama dan penyakit tanaman berpotensi menyebabkan kegagalan panen dan berdampak pada pendapatan petani. Selain itu, faktor lain yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih pola tanam adalah ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman, aksesibilitas dan kelancaran pemasaran, karakteristik sosial budaya masyarakat terkait dengan adopsi teknologi. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanam terkait dengan ketersediaan input-input pertanian yang akan digunakan. Sedangkan aksesibilitas dan kelancaran pemasaran terkait dengan pemasaran penjualan hasil output pertanian.

2.2 Analisis Pendapatan Usahatani