85 manis+caisin pada MT II, timun+caisin pada MT II, dan jagung manis+caisin
pada MT III. Pada petani sempit, pola tanam yang tidak dianjurkan terdiri dari jagung manis+caisin pada MT I, tomat+caisin pada MT I, jagung manis+caisin
pada MT II, timun+caisin pada MT III, buncis+tomat pada MT III, dan buncis+caisin pada MT III. Nilai reduced cost pada tanaman tersebut
menunjukkan bahwa keuntungan petani akan berkurang sebesar nilai reduced cost-
nya apabila tanaman tersebut tetap diusahakan.
7.3.2 Analisis Dual
Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar sumberdaya yang digunakan oleh petani sayuran di Kelompok Tani Pondok menteng merupakan sumberdaya
pembatas atau tidak berlebih. Semua sumberdaya yang habis terpakai merupakan sumberdaya pembatas. Pada golongan petani luas, tenaga kerja pria dan wanita
menjadi sumberdaya pembatas. Namun, pada petani sempit, selain tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita, modal juga menjadi sumberdaya pembatas. Hal ini
dapat dilihat dari nilai dual prices yang tidak bernilai nol. Nilai dual dari sumberdaya yang langka atau sumberdaya pembatas
merupakan shadow price dari sumberdaya tersebut. Penambahan satu satuan sumberdaya akan menyebabkan perubahan nilai tujuan sebesar nilai shadow
price -nya. Sumberdaya yang merupakan kendala utama adalah sumberdaya yang
memiliki nilai shadow price terbesar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai dual price terbesar pada golongan
petani luas adalah kendala lahan pada musim tanam ketiga, yaitu sebesar Rp 16.462.507,00. Nilai tersebut menunjukkan penambahan satu hektar lahan akan
meningkatkan pendapatan usahatani sebesar Rp 16.462.507,00. Nilai sumberdaya berlebih golongan petani luas dan petani sempit dapat dilihat pada tabel 44.
Hasil analisis optimal menunjukkan bahwa kendala lahan merupakan sumberdaya pembatas bagi golongan petani luas maupun petani sempit. Lahan
yang tersedia habis terpakai pada ketiga musim tanam. Nilai dual prices kendala lahan golongan petani luas untuk MT I, MT II, dan MT III berturut-turut adalah
Rp 9.396.523, Rp 7.244.864, dan Rp 16.462.507. Sedangkan dual prices kendala lahan golongan petani sempit adalah Rp 21.638.390 untuk MT I, Rp 33.278.806
untuk MT II, dan Rp 16.365.462 untuk MT III.
86
Tabel 44. Sumberdaya Berlebih Petani Luas dan Petani Sempit Berdasarkan
Hasil Optimalisasi
No Sumber Daya
Musim Tanam Petani Luas
Petani Sempit 1
Tenaga Kerja Pria 1
- 25.45
2 Tenaga Kerja Wanita
1 4.11
16.67 3
Tenaga Kerja Pria 2
- 61.36
4 Tenaga Kerja Wanita
2 -
42.94 5
Tenaga Kerja Pria 3
7.52 36.81
6 Tenaga Kerja Wanita
3 -
64.01 7
Modal 1
- 1,914,666.50
8 Modal
2 -
3,971,870.75 9
Modal 3
- 2,883,314.50
Sumberdaya pupuk merupakan sumberdaya langka atau sumberdaya pembatas pada golongan petani luas maupun golongan petani sempit. Nilai dual
prices sumberdaya pupuk pada ketiga musim tanam golongan petani luas dan
petani sempit tidak sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk yang tersedia habis terpakai atau merupakan sumberdaya terbatas.
Sumberdaya tenaga kerja pada golongan petani luas maupun petani sempit merupakan sumberdaya berlebih. Pada petani luas, terdapat kelebihan sumberdaya
tenaga kerja wanita pada MT I sebesar 4,11 dan 7,52 pada MT III untuk tenaga kerja pria. Pada golongan petani sempit, terdapat kelebihan sumberdaya tenaga
kerja pria dan wanita di setiap musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua tenaga kerja dapat dialokasikan dalam kegiatan usahatani sayuran.
Kelebihan tenaga kerja tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh petani agar tidak terjadi pemborosan biaya upah tenaga kerja.
Sumberdaya modal pada golongan petani luas merupakan sumberdaya pembatas, dimana seluruh modal habis terpakai. Sedangkan pada golongan petani
sempit, terdapat kelebihan sumberdaya modal pada ketiga musim tanam masing- masing sebesar Rp 1.914.666,50 pada MT I, Rp 3.971.870,75 pada MT II, dan Rp
2.883.314,50 pada MT III. Sumberdaya modal yang berlebihan menunjukkan bahwa terjadi pemborosan dalam mengalokasikan sumberdaya pertanian.
87
7.3.3 Analisis Sensitivitas