90 tersebut mengakibatkan berkurangnya pendapatan usahatani petani luas.
Sebaliknya, petani sempit mendapatkan peningkatan pendapatan karena pada kondisi aktual petani sempit menggunakan input produksi yang berlebihan.
Sehingga, ketika luas lahan bertambah, kelebihan sarana produksi dapat dialokasikan pada lahan tersebut.
Skenario terakhir adalah dengan menurunkan luas lahan sebesar luas terendah pada masing-masing golongan petani. Luas lahan terkecil golongan
petani luas adalah 4.000 m
2
0,4 ha. Sedangkan luas lahan terkecil golongan petani sempit adalah 300 m
2
0,03 ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola tanam golongan petani luas dan sempit tidak mengalami perubahan. Namun,
pendapatan usahataninya berkurang sebesar 77,75 persen untuk golongan petani luas dan 73,27 persen untuk petani sempit.
Indeks diversifikasi kondisi optimal dan perubahan pada petani luas lebih kecil daripada kondisi aktual 0,769. Namun, pada petani sempit memiliki nilai
yang cenderung sama dengan kondisi aktual 0,800. Artinya, pada kondisi aktual maupun optimal, petani sempit lebih berdiversifikasi daripada petani luas. Secara
umum, berdasarkan hasil analisis, tanaman yang memberikan keuntungan maksimal pada petani luas adalah kacang panjang+caisin, tomat+caisin, dan cabai
keriting+caisin. Sedangkan untuk petani sempit adalah kacang buncis+caisin, tomat+caisin, dan jagung masin+caisin.
7.3.5 Perbandingan Kondisi Aktual dan Optimal
Nilai input usahatani yang digunakan oleh petani luas dan petani sempit pada kondisi aktual berbeda dengan kondisi optimal. Perbandingan penggunaan
input usahatani sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng dapat dilihat pada tabe 46.
Tabel 46. Perbandingan Nilai Input Usahatani Sayuran Per Hektar Golongan
Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012
Uraian Petani Luas
Petani Sempit Aktual
Optimal Aktual
Optimal Pupuk
23,872,506 9,665,252
23,511,020 11,451,708
Tenaga Kerja 45,123,334
6,804,038 47,981,742
- Biaya Lain
35,494,437 43,524,058
27,491,551 33,589,183
Total 104,490,277
59,993,347 98,984,313
45,040,890
91 Berdasarkan Tabel 46 dapat diketahui bahwa penggunaan input usahatani
yang dilakukan oleh petani belum optimal. Hal ini terlihat dari biaya aktual yang lebih besar dibandingkan dengan nilai optimalnya. Biaya tenaga kerja petani
sempit pada keadaan optimal menunjukkan angka nol. Hal ini berarti bahwa tenaga kerja keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja petani
sempit sehingga luar keluarga tidak dibutuhkan lagi. Penggunaan input usahatani pada skema optimal dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh petani,
sehingga pendapatan usahataninya juga meningkat. Tingkat pendapatan usahatani aktual dan optimal juga berbeda, baik golongan petani sempit maupun petani luas.
Perbandingan pendapatan usahatani pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 47.
Tabel 47. Perbandingan Pendapatan Usahatani Per Hektar Golongan Petani Luas
dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011- Juli 2012
No Golongan
Aktual Optimal
Tambahan Peningkatan
Persentasi 1
Petani Luas 11,922,200
42,828,061 30,905,861
259.23 2
Petani Sempit 8,153,092
20,000,608 11,847,516
145.31
Pada Tabel 47 dapat diketahui bahwa perubahan peningkatan pendapatan golongan petani luast lebih besar daripada petani sempit. Petani luas mampu
meningkatkan pendapatan usahataninya sebesar 259,23 persen, sedangkan petani sempit memperoleh peningkatan pendapat sebesar 145,31 persen per hektar per
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usahatani golongan petani luas dalam keadaan optimal lebih efisien daripada usahatani golongan petani sempit,
sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan yang lebih besar daripada golongan petani luas. Selain itu, pada kondisi aktual, sebanyak tujuh petani sempit
telah menerapkan pola tanam yang sama dengan pola tanam yang disarankan. Sedangkan pada petani luas, belum ada satu pun petani yang menerapkan pola
tanam yang disarankan. Hal tersebut menyebabkan tambahan peningkatan pendapatan petani luas lebih besar daripada petani sempit pada kondisi optimal.
Berdasarkan hasil optimalisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendapatan usahataninya dengan menerapkan
pola tanam optimal yang disarankan.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan