63 gelang, dimana satu ikat memiliki berat satu kilogram. Ikatan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam karung dan dijual ke Gapoktan Rukun Tani.
5.4.6 Gambaran Umum Usahatani Buncis
Kegiatan usahahatani buncis hampir sama dengan kegiatan usahatani kacang panjang. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengolahan lahan.
Pengolahan lahan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman lainnya, penggemburan, dan pembuatan bedengan. Penggemburan tanah
dilakukan dengan mencangkul dan membalikkan tanah, kemudian diberikan pupuk kandang. Sedangkan ukuran bedengan yang dibuat adalah 10 untuk
panjang, lebar 50 cm, dan tinggi 30 cm. Pada tahap ini, kegiatan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan kedalaman 4-6 cm.
Tahap selanjutnya adalah penanaman. Benih buncis ditanam pada lubang tanam yang memiliki jarak tanam 20 cm x 30 cm. Benih kacang panjang
dimasukkan sebanyak dua biji pada setiap lubang tanam. Setelah penanaman, hal yang harus diperhatikan adalah perawatan
tanaman buncis. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pemasangan ajir, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan bertujuan untuk memberikan
tambahan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika tanaman buncis berumur 10 hari dan 30 hari. Pemasangan ajir
dilakukan dengan menancapkan ajir di dekat tanaman dengan tujuan agar tanaman buncis dapat tumbuh dengan tegak. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dilakukan melalui penyemprotan obat-obatan kepada tanaman buncis. Penyemprotan dilakukan sebanyak enam kali. Penyemprotan pertama dilakukan
ketika tanaman buncis berusia 10 hari. Penyemprotan berikutnya dilakukan secara rutin, yaitu sekali dalam seminggu.
Pemanenan buncis dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 50-60 hari. Pemanenan dapat dilakukan hingga 15 kali yang dilakukan secara bertahap setiap
2 atau 3 hari sekali. Hasil pemanenan buncis dimasukkan ke dalam karung dan dijual ke Gapoktan Rukun Tani.
5.4.7 Gambaran Umum Usahatani Caisin
Sama seperti jenis sayuran lainnya, kegiatan budidaya sayuran caisin dimulai dengan pengolahan lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan adalah
64 pembersihan lahan, penggemburan, dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan
yang dimaksudkan adalah membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Penggemburan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah agar
tanah pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Setelah lahan digemburkan, dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran
panjang 10 m, lebar 120 cm, dan tinggi 30 cm. Untuk budidaya caisin, persemaian benih tidak dibutuhkan. Benih caisin
langsung di tanam pada lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutupi dengan pupuk kandang.
Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman dan penyiangan, pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan untuk menjaga ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman caisin. Penyulaman dilakukan
bersamaan dengan penyiangan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati kemudian ditanam kembali bibit caisin yang berasal dari tanaman caisin
yang tumbuh banyak dalam satu lubang tanam. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang mengganggu. Pemupukan tanaman caisin dilakukan
sebanyak 2-3 kali selama satu kali musim tanam, yaitu pada umur 7 hari dan 25 hari. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang dilakukan dengan
penyemprotan obat-obatan. Penyemprotan dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam satu kali musim tanam dengan priode seminggu sekali. Penyemprotan pertama
dilakukan setelah tanaman berusia 35 hari. Pemanenan caisin dilakukan sebanyak 1-2 kali. Panen pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 35 hari Panen kedua dilakukan 10 hari setelah panen pertama, yaitu pada umur 45 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar caisin
yang dipenen tidak layu terkena panas matahari terik. Sayur caisin yang dipanen dimasukkan ke dalam karung dengan kapasitas 50 kilogram per karung. Hasil
panen petani caisin dujual ke Gapoktan Rukun Tani.
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
6.1 Penerimaan Usahatani