Stasiun Penguapan Penggunaan Bahan Tambahan pada Proses Produksi Gula

34 dari proses pemurnian. Output dalam proses pemurnian sangat dipengaruhi oleh besarnya jumlah kadar sukrosa pol dan kecilnya kerusakan kadar sukrosa yang dihasilkan. Komponen yang terpenting pada stasiun pemurnian adalah pH, suhu, dan waktu. Apabila komponen tersebut berjalan dengan stabil maka proses pemurnian akan lancar, hal ini pula yang akan mempengaruhi output yang akan dihasilkan seperti nira encer, blotong, dan loss yang dihasilkan. Losses yang dihasilkan dari stasiun pemurnian sebesar 0,79 dari nira mentah yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu pengawasan yang tepat terhadap pH, suhu, dan waktu pada stasiun pemurnian agar berjalan secara optimal. Tabel 12. Angka pengawasan di stasiun pemurnian Parameter Tolok ukur Realisasi Pol blotong 2 2,42 Belerang 0,05 ton100 ton tebu 0,028 ton100 ton tebu Kapur tohor 0,16 ton100 ton tebu 0,14 ton 100 ton tebu Flokulan 3 - 4 ppm 5 ppm Sumber : Soebekti 2001 Pengawasan pada stasiun pemurnian Tabel 12 diantaranya: pol blotong 2 , belerang 0,05 ton100 ton tebu, kapur 0,16 ton100 ton tebu, dan flokulan 3 - 4 ppm terhadap tebu. Berdasarkan data PG Subang, pol blotong sebesar 2,42 , hal ini menunjukkan banyaknya zat gula yang ikut terbawa pada blotong sehingga terjadi losses. Pemakaian kapur di PG Subang sudah tepat yaitu 0,14 ton100 ton tebu, fungsi penggunaan kapur tohor adalah untuk pemurnian nira mentah, penetral asam, serta sebagai desinfektan agar mikroorganisme yang terdapat dalam nira dapat mati. Belerang yang ditambahkan di PG Subang adalah 0,028 ton100 ton tebu, hal ini sudah sesuai dengan aturan standar. Fungsi penambahan belerang adalah untuk reaksi pembakaran yang menghasilkan gas SO 2 untuk proses sulfitasi, selain itu belerang juga berfungsi untuk menetralisir kelebihan susu kapur dan menyerap atau menghilangkan zat warna pada nira. Penggunaan flokulan di PG Subang adalah 5 ppm terhadap tebu, hal ini kurang sesuai dengan standar. Fungsi penambahan flokulan adalah untuk mempercepat proses pengendapan kotoran dalam clarifier sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat dan untuk meningkatkan densitas nira kotor sehingga akan lebih mudah untuk disaring.

c. Stasiun Penguapan

Proses yang terjadi di stasiun penguapan adalah nira encer menghasilkan nira kental dengan menggunakan uap bekas, dari proses penguapan menghasilkan air kondensat yang dipergunakan kembali sebagai air umpan boiler. Neraca bahan di stasiun penguapan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Neraca bahan di stasiun penguapan tahun 2011 Data Satuan Input Output Nira encer ton 304.814.80 Nira kental ton 68.191.36 Air diuapkan ton 236.623.44 Loss ton - Sumber : PG Subang 2011 35 Berdasarkan data PG Subang tahun 2011, brix nira encer yang akan dipekatkan dalam evaporator sebesar 12,10 , namun brix nira kental yang dihasilkan hanya sebesar 52,88 . Hal ini menunjukkan tidak tercapainya brix nira kental yang dihasilkan dari aturan standar yaitu sebesar 60-64 brix. Kendala yang sering terjadi di stasiun penguapan adalah nira kental yang dihasilkan tidak mencapai brix yang optimal sehingga nira yang terbentuk masih belum mengental. Upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi kendala ini adalah dengan menyediakan sarana untuk mendaur-ulang nira kental agar dapat diuapkan kembali, sehingga pengontrolan kondisi badan evaporator dan kinerja mesin evaporator dapat bekerja dengan baik. Selain itu dipengaruhi oleh kondisi evaporator yang seharusnya dalam kondisi vakum, kondisi badan evaporator yang kurang vakum biasanya disebabkan aliran air injeksi pada kondensor berjalan cepat sehingga terjadi penurunan tekanan pada aliran setelah diinjeksikan dan uap hasil penguapan secara langsung akan bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah atau mengalami peristiwa difusi. Oleh karena itu, apabila kondisi vakum pada badan evaporator tidak berjalan secara optimal, maka air yang diinjeksikan perlu ditambah dengan aliran yang optimum. Kurangnya jumlah steam disebabkan oleh banyaknya pipa sebagai pelapis badan evaporator terbuka sehingga aliran uap akan kontak dengan udara luar dan melakukan pindah panas secara konveksi. Selain itu, luas permukaan pipa kontak pada badan evaporator perlu diperluas untuk lebih meningkatkan kontak nira dengan pipa sehingga pindah panas akan berlangsung dengan baik. Mekanisme pindah panas badan mesin evaporator yang kurang efisien disebabkan kurangnya jumlah steam dan banyaknya kerak yang menempel pada pipa uap akibat dari penguraian gula pereduksi yang berubah menjadi asam organik. Kerak yang menempel pada pipa uap dapat dikurangi apabila proses pada stasiun pemurnian dapat dioptimalkan terutama pada pembentukan inti endapan.

d. Stasiun Kristalisasi dan Sentrifugasi