17
F. PROSES PRODUKSI GULA
Pabrik gula adalah pabrik yang mengelola gula sukrosa dan gula reduksi glukosa dan fruktosa yang terkandung dalam tebu. Sifat sukrosa adalah tidak tahan asam, bila sukrosa pada
kondisi asam maka akan rusak karena adanya inversi. Hasil kerusakan gula sukrosa adalah gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa. Sifat gula reduksi tidak tahan terhadap basa akan tereduksi
menjadi asam-asam, dan asam-asam ini akan memicu kerusakan pada sukrosa. Kerusakan inversi sukrosa dan destruksi dari monosakarida akan lebih besar pada kondisi suhu yang tinggi dan waktu
yang lama. Reaksi pada kerusakan gula bersifat irreversible searah, sehingga sukrosa yang sudah menjadi gula reduksi tidak bisa kembali lagi menjadi bahan semula sukrosa. Untuk itu perlu
dikendalikan melalui 3 variabel, yaitu pH stabil, suhu optimal, dan waktu yang singkat. Proses produksi gula dari tebu pada hakekatnya hanyalah memisahkan gula melalui
pemerahan, penyaringan, penguapan, pemutaran, dimana yang dipisahkan adalah air, kotoran, dan zat bukan gula. Kelemahan pengelolaan gula secara kimia adalah berubah-ubahnya kandungan sukrosa
selama proses akibat suhu, pH, waktu dan aktivitas mikroba. Reaksi perubahan tidak dapat dibolak- balik sehingga sekali tereduksi tidak dapat kembali, dan yang dapat terkristalkan hanyalah sukrosa
Soebekti 2001. Proses produki gula di PG Subang dilakukan melalui beberapa proses, yaitu : proses persiapan, proses ekstraksi nira, proses pemurnian, proses penguapan, proses kristalisasi, proses
pendinginan, proses pemisahan gula, dan proses penyelesaian.
1. Proses Persiapan
Tebu yang terdapat di lahan sebelum diolah menjadi gula, terlebih dahulu ditebang dan dibawa ke stasiun persiapan. Stasiun persiapan terdiri dari daerah ketika tebu masuk hingga tebu sebelum
masuk ke stasiun gilingan. Komponen yang terdapat di stasiun persiapan meliputi : meja tebu, tipper derek feeding, hillo hidrolik feeding, cane cutter pisau pemotong tebu, dan unigrator, serta
dilengkapi dengan penggerak-penggeraknya yaitu cane carrier dan cane elevator. Tebu yang masuk ke areal pabrik terlebih dahulu ditimbang pada jembatan timbang. Timbangan yang digunakan ada
dua jenis yaitu timbangan bruto dan timbangan tarra. Fungsi timbangan bruto adalah untuk mengetahui berat bruto yang terdiri dari berat truk atau trailler dan berat tebu. Setelah melewati
timbangan bruto, angkutan tebu kemudian masuk ke cane yard. Setelah tebu dibongkar di cane yard kemudian truk atau trailler ditimbang kembali ke timbangan tarra. Fungsi timbangan tarra adalah
untuk mengetahui berat tarra yaitu berat truk atau trailer yang kosong tanpa tebu. Hasil selisih dari timbangan bruto dan timbangan tarra adalah bobot tebu yang sebenarnya netto.
Cane yard di Pabrik Gula Subang merupakan tempat pembongkaran tebu dari kebun, tempat penyediaan tebu yang akan digiling dan tempat pemasukan feeding tebu ke dalam pabrik. Luas cane
yard PG Subang 2.230 ha yang terbagi menjadi 8 petak. Petak I – IV terletak di sebelah Timur cane
carrier dan petak V – VIII terletak di sebelah barat cane carrier. Kapasitas tampung cane yard 5.600
TCD, padahal untuk kapasitas pabrik 2.800 TCD yang ditampung di cane yard hanya 1.113,2 ton sehingga dengan luas yang tersedia sangat cukup bahkan berlebih untuk menampung tebu. Atas dasar
pertimbangan itu, dan juga karena cane table berada di sebelah timur petak I – IV maka cane yard
yang digunakan adalah petak I – IV.
Tebu yang diangkut oleh truk setelah memasuki cane yard akan dibongkar menggunakan sling alat pengait dari kawat yang terdapat di pinggir cane yard. Jika alat sling sedang digunakan maka
truk yang mengangkut tebu dialihkan menuju alat hidrolik yang disebut truck tipper. Tebu yang dibongkar dengan menggunakan sling akan diatur kembali penyimpanannya di cane yard dengan
18
menggunakan cane stacker yang kemudian akan dimasukkan ke cane table, sedangkan tebu yang dibongkar menggunakan truck tipper langsung masuk ke side carrier yang fungsinya sama dengan
cane table yang dilengkapi dengan rantai. Tebu yang diangkut oleh trailler tidak dibongkar di cane yard melainkan langsung dimasukkan
ke cane table dengan menggunakan hillo. Jumlah hillo yang digunakan ada dua buah yaitu hillo A dan hillo B. Hillo A digunakan pada saat pabrik sedang melakukan proses giling,
sedangkan hillo B digunakan saat proses giling tidak berjalan. Tebu yang dibongkar menggunakan hillo A langsung diletakkan di cane table, sedangkan tebu yang dibongkar menggunakan hillo B tidak
langsung dimasukkan ke cane table tetapi ditampung dulu di cane yard dan kemudian akan diatur peletakkannya di cane yard menggunakan cane stacker.
Tebu yang telah disusun di cane yard kemudian diproses di stasiun gilingan. Dari cane table, tebu dimasukkan ke dalam cane carrier. Sebelum tebu digiling, tebu dicacah menggunakan cane
cutter yang akan memotong tebu menjadi potongan tebu, kemudian tebu masuk ke unigrator yang akan membuat potongan tebu menjadi serabut. Cara kerja cane cutter dan unigrator berbeda, pada
cane cutter, tebu yang masuk dipotong-potong menjadi serabut kasar, sedangkan pada unigrator, tebu hasil cacahan dihantam-hantamkan dengan menggunakan hammer ke dinding unigrator sehingga
serabut tebu yang dihasilkan menjadi lebih halus. Tebu yang masuk ke cane yard akan langsung digiling pada hari itu juga dengan sistem FIFO
First In First Out, tebu yang ditebang di awal akan digiling di awal pula. Sistem ini tidak digunakan pada tebu bakaran, tebu bakaran yang masuk ke cane yard akan langsung digiling tanpa menunggu
antrian untuk mengurangi resiko kehilangan rendemen dalam jumlah besar. Proses memasukkan tebu bakaran ke cane table juga harus dicampur dengan tebu non bakaran agar tidak menurunkan
rendemen. Pada setiap akhir shift dilakukan taksasi tebu di cane yard dengan metode penghitungan volume tebu yang tersisa. Berat tebu taksasi diperoleh dengan mengalikan volume dengan bulk
density tebu sebesar 2,5 m
3
ton. Manfaat dari adanya taksasi sisa tebu diantaranya :
1. untuk menentukan perencanaan sasaran berapa tebu yang harus digiling 2. untuk mengetahui apakah tebu cukup
3. sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan bagi Chemiker jaga 4. sebagai bahan pertimbangan untuk rapat tebangan menentukan berapa tebu yang akan ditebang.
Tebu sisa pagi pukul 06.00 disarankan sekitar 250 ton, sehingga proses giling bisa berlanjut karena pukul 08.00 truck dan trailer dari kebun sudah berdatangan. Untuk membedakan tebu sisa
pagi dengan yang baru datang ditancapkan bendera dengan ketentuan sebagai berikut : Bendera Hijau
: tebu hari ke-1 Bendera Kuning
: tebu hari ke-2 Bendera Merah
: tebu hari ke-3 Bendera Hitam
: tebu lebih dari 3 hari Setelah menghitung berat tebu taksasi, dilakukan analisa pendahuluan yaitu menghitung pol
tebu, brix tebu, kotoran pada tebu untuk menghitung potensi rendemen dan efisiensi sehingga dapat memprediksi besarnya perolehan hasil gula yang diproduksi. Analisa pendahuluan yang dilakukan
menghasilkan HPG Harga Pemerahan Gula sebagai efisiensi gilingan dan BHR Boiling House Recovery sebagai efisiensi proses.
19
2. Proses Ekstraksi