Ampas tebu bagasse Limbah Padat

41 organik atau kompos untuk tanaman tebu sendiri. Data kuantitatif limbah padat dan pemanfaatannya di PG Subang dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Data kuantitatif limbah padat dan pemanfaatannya di PG Subang tahun 2011 Jenis limbah Jumlah ton Pemanfaatan Ampas tebu bagasse 109.303,6 Bahan bakar boiler Blotong 11.164,5 Pupuk organik Abu ketel 7.444,99 Pupuk organik Sumber : Data PG Subang 2011

a. Ampas tebu bagasse

Ampas yang dihasilkan dari stasiun gilingan langsung dikirim ke stasiun boiler untuk digunakan sebagai umpan pembakaran, sedangkan untuk ampas yang berlebih dan belum termanfaatkan sebagai umpan boiler disalurkan ke gudang ampas yang terletak di belakang stasiun boiler. Hampir seluruh ampas yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, karena PG Subang menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler. Ampas yang tersedia di gudang ampas sangat banyak sekali sampai melebihi kapasitas penyimpanan gudang ampas sehingga banyak ampas yang diletakkan di luar gudang penyimpanan. Kelebihan ampas tersebut diletakkan di ruangan terbuka, hal ini mengakibatkan banyak serbuk ampas yang beterbangan di sekitar gudang ampas yang dapat mengganggu penglihatan dan kesehatan orang yang berada di sekitar gudang ampas tersebut. Partikel serbuk ampas tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan apabila tidak ditangani dengan benar. Pada saat menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 - 5 mikron akan tertahan pada saluran pernafasan bagian tengah, partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli, partikel lebih kecil lagi yaitu kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat nafas dihembuskan. Pneumokoniosis adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel yang masuk atau mengendap ke dalam paru-paru. Penyakit pneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru Wardhana 1994. Komposisi ampas tebu dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 . Komposisi bagasse Analisis Kandungan Karbon C Hidrogen H Oksigen Ash Abu 47 6,5 44 2,5 Sumber: Anonim 2008 42 Selain itu, terjadinya losses pada stasiun gilingan dapat disebabkan karena adanya kandungan gula pol yang ikut terbawa dalam ampas. Adanya kandungan gula pada ampas dapat menimbulkan karamel pada dinding-dinding pipa pada stasiun boiler sehingga heat transfer menjadi turun dan pembakaran di boiler menjadi terhambat, sehingga diperlukan energi panas yang lebih besar. Kualitas ampas sebagai bahan bakar boiler dipengaruhi oleh nilai kalorinya, semakin tinggi kualitas ampas berarti semakin tinggi nilai kalorinya. Kualitas ampas dipengaruhi pula oleh kadar air ampas, dengan meningkatkan efisiensi gilingan, diharapkan kadar air ampas keluar gilingan akhir lebih kecil dari 50 dan kadar gula pol 2,5 Saechu 2009. Menurut rumus Pritzelwitz Hugot 1986; Net Calorific ValueNCV = 4250 - 48 w – 10 pol, dimana w menunjukkan kadar air ampas, dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan pol ampas, semakin rendah pol dan kadar air yang terkandung dalam ampas, maka nilai kalor yang dihasilkan semakin tinggi. Nilai kalor ampas di PG Subang masih rendah yaitu 1.777 Kkal, hal ini disebabkan oleh kadar air dan kandungan gula pada ampas yang masih tinggi yaitu kadar air sebesar 52,08 dan pol ampas sebesar 2,66 . Oleh karena itu, untuk menghasilkan nilai kalor yang tinggi, diusahakan kadar air ampas 50 dan pol ampas 2 , dengan begitu nilai kalor yang dihasilkan akan mengalami peningkatan sebesar 2,9 yaitu menjadi 1.830 Kkal. Untuk mendapatkan nilai kalor dengan pembakaran sempurna yaitu 2.018 Kkal dengan pol ampas sebesar 2 , maka kadar air yang terkandung dalam ampas sebesar 46,92 atau penurunan kadar air sebesar 9,9 . Untuk optimasi kualitas ampas dapat ditempuh dengan menurunkan kadar air ampas melalui penerapan teknologi pengeringan, yaitu dengan memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong boiler yang masih memiliki suhu hingga di atas 225 o C. Dengan penurunan kadar air ampas dari 50 menjadi 40 maka nilai bakar per kg ampas akan dapat meningkat hingga 2.305 Kkal atau nilai bakar per kg ampas relatif akan meningkat hingga 6 , sehingga untuk bahan bakar boiler di pabrik gula akan dapat meningkatkan produksi uap hingga 10 . Penerapan teknologi pengeringan ampas tersebut telah banyak diandalkan oleh banyak pabrik gula di luar negeri Maranhao 1980; Abilio dan Faul 1987. Untuk optimasi pemanfaatan energi ampas di pabrik gula juga tidak terlepas dari faktor kehilangan panas akibat radiasi, kondensasi, kebocoran pada pipa distribusi uap dan bejana proses, isolasi, pengerakan, dan korosi yang kurang sempurna. Kerugian panas akibat dari hal-hal tersebut dapat mencapai 5 dan pada kondisi terburuk dapat mencapai hingga 12 dari produksi uap. Melalui penanganan yang optimal, kehilangan tersebut dapat ditekan hingga kondisi normal 1 , keadaan tersebut antara lain dapat ditandai oleh dinginnya udara dalam pabrik sehingga para operator dapat bekerja dengan nyaman dan tidak gerah Saechu 2009.

b. Blotong