Limbah B3 Bahan Berbahaya Dan Beracun

49 pengolahan limbah cair, dan NO 2 berasal dari pengolahan limbah blotong. Total emisi CO 2 yang dihasilkan pabrik gula sebesar 105.196,70 tCO 2 -setara yang berasal dari emisi bahan bakar boiler sebesar 101.927,57 tCO 2 , emisi penggunaan solar 2.855,45 tCO 2 , emisi LPG 2,51 tCO 2 , emisi dari pengolahan limbah cair 7,56 tCO 2 , dan emisi dari pengolahan limbah padat sebesar 403,62 tCO 2 - setara Sihombing 2012.

4. Limbah B3 Bahan Berbahaya Dan Beracun

Limbah yang mengandung bahan polutan dan bersifat berbahaya serta beracun dikenal dengan limbah B3, yaitu dinyatakan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan tersebut terdiri atas bahan kimia organik dan anorganik Kristanto 2002. Limbah B3 ini merupakan hasil sisa penggunaan bahan-bahan yang ada pada mesin-mesin pabrikasi dan alat berat yang digunakan di PG Subang. Limbah B3 yang terdapat di PG Subang berupa oli bekas, aki bekas, lap majun, dan lampu TL. Sumber utama aki bekas berasal dari penggunaan mesin-mesin mekanisasi, kendaran angkut dan transport, dan instalasi listrik. Oli bekas banyak dihasilkan oleh alat-alat berat, traktor, genset, dan sisa mesin milling di stasiun penggilingan. Lap majun merupakan lap bekas terpakai pada proses produksi maupun kegiatan lain yang telah digunakan untuk membersihkan atau kegiatan lain yang mengandung bahan kimia maupun bahan berbahaya lainnya seperti untuk pembersihan mesin-mesin, pompa, dan oli. Lampu TL termasuk bahan berbahaya dikarenakan di dalamnya terdapat bahan kimia serta komponen listrik yang apabila diletakkan sembarangan akan membahayakan orang disekitarnya. Sumber utama dari limbah oli adalah milling. Disini hampir semua peralatan yang digunakan membutuhkan oli dan pelumas dalam perawatannya. Pencemaran disebabkan oleh ceceran atau tumpahan oli atau pelumas ketika sedang digunakan. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara mengalirkan tumpahan oli dan pelumas pada suatu saluran atau ditampung dengan tangki penampung khusus oli. Oli dikumpulkan dalam suatu kolam kecil dan dipompa ke dalam alat penangkap oli untuk memisahkan oli dan air. Ceceran dan tumpahan oli dan aki terkadang tidak tepat jatuh disaluran yang tersedia dan jatuh ke lantai. Secara periodik oli diambil dan dimasukkan ke dalam drum oli bekas untuk disimpan di tempat Penyimpanan Sementara TPS Limbah B3 dan selanjutnya dijual kepada pihak ke III, begitu pula untuk penanganan aki bekas dengan surat izin langsung dari KLH. Surat izin juga disahkan untuk pemanfaatan atau pemakaian kembali oli bekas atau aki yang ada di gudang TPS. PG Subang sudah memiliki Surat Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 839 Tahun 2008 tentang Izin Pemanfaatan serta Surat Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 390 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT PG Rajawali II Unit PG Subang. Namun untuk tahun 2011 belum ada surat izin yang dikeluarkan KLH sementara PG Subang sudah mengupayakan perizinan sejak tahun 2009. Kegiatan pemanfaatan dan penyimpanan limbah B3 ini tercatat rapih dalam pembukuan di lembar kegiatan pemanfaatan limbah B3 dan lembar kegiatan penyimpanan limbah B3. Selain itu, dilakukan juga pencatatan terhadap neraca limbah B3 dan log book limbah B3. Penyimpanan limbah B3 di PG Subang dilakukan di gudang penyimpanan TPS dengan tata ruang yang sudah disesuaikan dengan ketetapan dan peraturan dari KLH. Kelengkapan TPS ini mencakup penyimpanan oli bekas, aki bekas, dan filter oli bekas dilakukan penyimpanan di atas pallet, drum air bersih, kotak P3K, SOP tanggap darurat, alat pemadam kebakaran ringan APAR, log book, dan saluran penampung ceceran oli. Mengingat pentingnya penanganan limbah B3 ini sesuai peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01BAPEDAL091995 50 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan tata cara penyimpanan memliliki ketentuan sebagai berikut : 1. Mengatur supaya seluruh limbah B3 disimpan menurut jenis dan karakteristiknya pada tempat yang sudah ditentukan. 2. Menghindari terjadinya tumpahan dan ceceran limbah B3 yang disimpan, khususnya dari jenis-jenis yang mudah terbakar atau meledak serta melakukan prosedur rumah tangga housekeeping yang baik. 3. Mencatat setiap perpindahan limbah B3 baik yang masuk ataupun yang keluar dari tempat penyimpanan limbah sesuai dengan jenis dan jumlahnya dalam formulir kegiatan penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun. Selain itu penanganan limbah B3 juga tidak boleh menyimpannya melebihi jangka waktu 90 hari, oleh karena itu harus segera diupayakan untuk dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1. Dilakukan upaya 3R Reuse, Recycle, Recovery untuk keperluan sendiri sesuai sifat dan karakteristik limbah tersebut dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Dimanfaatkan oleh pihak lain sebagai bahan baku danatau pendukung kegiatan industri tertentu yang telah memiliki izin pemanfaatan dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup atau instansi yang berwenang. 3. Diangkut ke fasilitas pengolahan danatau penimbunan limbah B3 yang telah mempunyai izin dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengelolaan limbah B3 yang telah dilakukan PG Subang sebenarnya sudah cukup baik diantaranya pemanfaatan oli bekas untuk pelumasan gear mesin produksi, penyimpanan aki bekas yang kurang dari 90 hari yang kemudian diserahkan kepada pembeli pihak ke IIII seperti PT. Habindo Perkasa dan PT. WGI dan berbagai transaksi maupun kejadian yang berhubungan dengan limbah B3 dilakukan pencatatan harian di log book limbah B3. Bentuk pertanggung jawaban PG Subang terhadap limbah B3 yaitu dengan melakukan pelaporan secara rutin tiga bulan sekali ke KLH. Bentuk pengelolaan yang dilakukan PG Subang terhadap penanganan aki bekas di antaranya, untuk aki bekas yang akan masuk ke tempat penyimpanan sementara di pasang sticker gambar tengkorak lambang limbah B3, aki bekas disimpan secara bertumpuk yang beralas kayu, pemasukan aki bekas tercatat pada log book neraca limbah B3, penyimpanan aki bekas baru dan aki bekas yang lama dipisahkan, aki bekas disimpan paling lama 90 hari dan apabila sudah lebih dari 90 hari harus ada izin penyimpanan atau pengelolaan dari KLH, pengeluaran limbah B3 dijual kepada pihak ke III yang mempunyai izin pembelian atau manifest dari KLH, serta data neraca limbah B3 aki bekas setiap 3 bulan dan 6 bulan sekali dilaporkan ke KLH, BPLHD, dan BPLH. Bentuk pengelolaan yang dilakukan PG Subang terhadap penanganan oli bekas diantaranya. untuk oli bekas ditampung dalam drum dan ditempel sticker gambar tengkorak lambang Limbah B3, oli bekas disimpan dalam drum disusun berjajar yang beralas kayu, pemasukan oli bekas tercatat pada buku loog Book Neraca Limbah B3, penyimpanan oli bekas baru dan oli bekas lama dipisahkan, oli bekas disimpan paling lama 90 hari apabila 90 hari harus ada ijin dari KLH, pengeluaran Limbah B3 di jual kepada pihak III yang mempunyai ijin pembelian dari KLH, serta data neraca limbah B3 oli bekas setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali dilaporkan ke KLH, BPLHD, dan BPLH. Untuk penanganan terhadap upaya tanggap darurat di Tempat Penyimpanan Sementara TPS Limbah B3 telah dilakukan beberapa upaya, diantaranya gudang tempat penyimpanan limbah B3 aki bekas, oli bekas, lap majun dan lampu TL dipasang lampu penerangan untuk antisipasi terjadi 51 kebakaran dan kecelakaan di gudang tempat penyimpanan limbah B3, tersedia alat pemadam kebakaran dan kotak P3K, apabila terjadi kebakaran pintu gudang limbah B3 bisa dibuka lebar dan api disemprot dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia, apabila tenaga kerja ada yang terluka dapat dengan segera diobati dengan obat yang tersedia di kotak P3K, aki bekas atau oli bekas yang terbakar diseleksi untuk dipisahkan. Upaya penanganan limbah B3 lebih terfokuskan terhadap aki bekas dan oli bekas, upaya yang telah dilakukan di antaranya, menampung oli bekas di tempat penghasil oli bekas yaitu dari bagian pool kendaraan, alat berat traktor dan lain-lain serta diesel genset serta membuat gudang penyimpanan sementara oli bekas dan aki bekas di tempat khusus.

D. INTERPRETASI HASIL

Adanya penggunaan bahan baku, tambahan, dan energi yang tidak optimal menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, diperlukan pembenahan secara maksimal di PG Subang dimulai dari modifikasi dan perbaikan mesin-mesin proses produksi, serta penggunaan bahan dan energi yang tepat agar tidak terjadi pemborosan yang dapat meningkatkan biaya produksi. Analisis daur hidup gula terhadap penggunaan bahan baku, tambahan, dan energi secara sistematis dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Dengan dilakukan analisis terhadap daur hidup gula, dapat diketahui kekurangan yang terjadi pada proses produksi gula sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan dalam memproduksi gula. Pada umumnya pabrik gula di Indonesia mengolah tebu hanya untuk menghasilkan gula pasir sebagai produk tunggal. Padahal tebu dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai produk turunan seperti, pupuk, makanan ternak, molasses, dan bagasse Mardianto et al. 2005. Ampas tebu merupakan sumber energi yang terbarukan dan tersedia cukup besar Hugot 1986. Langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah banyaknya ampas digudang agar tidak beterbangan yaitu dengan menutup gudang ampas sehingga gudang ampas tidak dalam keadaan terbuka dan tidak ada serbuk ampas yang beterbangan di sekitar pabrik yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Kegiatan pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemakaian masker di sekitar pabrik untuk mencegah terhirupnya partikel di sekitar pabrik. Selain itu, ampas tebu dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas, untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, particle board, dan bioetanol Misran 2005. Selain itu, adanya kandungan polisakarida dalam ampas tebu dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia yang digunakan untuk mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah pentosan dengan persentase sebesar 20-27 . Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi furfural. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas, diantaranya sebagai bahan kimia pembangun dalam produksi senyawa kimia yang digunakan pada industri farmasi, herbisida, senyawa penstabil stabilizer, dan juga dapat disintesis menjadi turunan- turunannya seperti: furfuril alkohol, furan, dan lain-lain. Limbah pabrik gula berupa ampas tebu sangat mengganggu lingkungan apabila tidak dimanfaatkan. Selama ini pemanfaatan ampas tebu hanya terbatas untuk pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board, dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tersebut masih cukup rendah. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan teknologi sehingga terjadi diversifikasi pemanfaatan limbah pertanian. Kandungan karbon yang tinggi dalam ampas tebu menjadi dasar untuk memanfaatkannya sebagai arang aktif. Arang aktif adalah arang yang dihasilkan dari proses pengaktifan dengan menggunakan bahan pengaktif sehingga memperluas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup sehingga daya adsorbsinya lebih tinggi. Arang aktif memiliki daya adsorbsi yang jauh lebih besar