47
Tabel 23. Hasil pengujian outlet IPAL di PG Subang tahun 2011
Sumber : Data PG Subang 2011 Pada Tabel 23 menunjukkan bahwa outlet IPAL di PG Subang tahun 2011 telah memenuhi
baku mutu lingkungan sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Outlet IPAL ini akan dialirkan ke lebung yang terletak di sekitar
kebun tebu yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk pengairan pada tanaman tebu sehingga dapat menghemat dalam pengairan tanaman. Apabila outlet IPAL sudah baik, maka tanaman tebu juga akan
tumbuh dengan baik, lain halnya apabila outlet IPAL melebihi baku mutu lingkungan, maka diperlukan biaya yang lebih tinggi untuk pengairan tanaman karena tidak layak digunakan untuk
pengairan tebu, selain itu akan mencemari sungai, jika hal ini terjadi akan berdampak pada PROPER di PG Subang yang menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap dampak lingkungan yang
ditimbulkan.
3. Limbah Udara
Limbah udara yang berada di lingkungan PG Subang terdiri dari udara emisi yang berasal dari cerobong boiler dan cerobong genset serta udara yang berada di dalam pabrik seperti di sekitar
lingkungan mesin-mesin yang ada di stasiun pabrik. Pada dasarnya emisi yang dihasilkan oleh PG Subang ini tidak terlalu berbahaya karena menggunakan bahan bakar organik. Limbah gas secara
penyebaran dan pencemarannya yang dihasilkan oleh PG Subang terdiri atas udara emisi cerobong boiler, udara ambien, dan udara lingkungan kerja dalam pabrik. Penanganan limbah gas ini dengan
melakukan pengontrolan dan pengujian kualitas emisi udara setiap periode tertentu seperti pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil analisis emisi dari boiler di PG Subang Parameter
Satuan Hasil analisa
a
Baku mutu
b
Partikulat mgm
3
70 250
Sulfur dioksida mgm
3
251 600
Nitrogen oksida mgm
3
194 800
Opasitas 15
30
a
Data PG Subang 2011
b
Permen LH 7 tahun 2007
Parameter Satuan
Baku Mutu
Tanggal pengujian limbah cair tahun 2011 31 Mei
07 Juni 22 Juli
04 Agust 13 Sept
03 Okt BOD
mgL 60
14,06 14,06
45,25 49,1
41,43 48,55
COD mgL
100 38,3
37,6 96,99
77,09 81,51
86,51 TSS
mgL 50
12 24
18 4
20 29
pH 6,0-9,0
6,57 6,92
6,42 6,05
6,16 6,32
Minyak Lemak
mgL 5
4,48 4,48
2,8 4,4
4,4 4,1
Volume m
3
bulan -
8.057 14.905
14.089 12.091
13.077 1.695
48
Diantara limbah udara yang dominan antara lain nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Namun jumlahnya tidak melebihi baku mutu, sehingga aman untuk di buang ke lingkungan, namun tetap
harus selalu diperhatikan dan dijaga agar jumlahnya tidak melebihi baku mutu karena nitrogen oksida dan sulfur dioksida memiliki dampak negatif terhadap lingkungan apabila jumlahnya terlalu banyak.
Nitrogen oksida NO
x
adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari gas nitrit oksida NO dan nitrogen dioksida NO
2
. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya NO
2
mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam. Pengaruh yang timbul dari pencemaran NO
x
bukan disebabkan karena oksida tersebut, melainkan karena peranannya dalam pembentukan oksidan fotokimia yang merupakan komponen berbahaya di dalam asap. Produksi
oksidan tersebut terjadi jika terdapat polutan-polutan lain yang mengakibatkan reaksi-reaksi yang melibatkan NO dan NO
2
. Reaksi-reaksi tersebut disebut dengan siklus fotolitik NO
2
dan merupakan akibat langsung dari interaksi antara sinar matahari dengan NO
2
. Kedua bentuk NO
x
, yaitu NO dan NO
2
sangat berbahaya bagi manusia. NO
2
empat kali lebih beracun daripada NO. Pada konsentrasi normal yang dijumpai di atmosfir, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada
konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO
2
yang lebih beracun, NO
2
bersifat racun terutama terhadap paru-paru. Pemberian sebanyak 5 ppm NO
2
selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesulitan dalam bernafas. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan NO
x
dalam bentuk NO yaitu suhu pembakaran, adanya faktor kelebihan udara excess air, dan waktu tinggal reaktan-reaktan pada suhu pembakaran tersebut. Suhu pembakaran yang lebih
tinggi akan menghasilkan lebih banyak NO
x
, kelebihan udara yang lebih tinggi akan menghasilkan NO
x
yang lebih sedikit, tetapi kelebihan udara pada konsentrasi tertentu akan mengencerkan gas-gas pembakaran sehingga menghasilkan suhu pembakaran yang lebih rendah, akibatnya akan terjadi
penurunan konsentrasi NO
x
. Beberapa cara untuk mengurangi konsentrasi NO
x
yang diproduksi selama pembakaran adalah dengan pembakaran dua tahap, resirkulasi gas buang, dan melakukan
injeksi dengan uap atau air. Pada metode pembakaran dua tahap, sebagian bahan bakar dibakar dengan udara dalam jumlah
stoikiometrik lebih rendah dari yang tersedia sehingga oksigen yang tersedia tidak berlebih dan mengurangi produksi NO. Pada tahap kedua, pembakaran dilanjutkan setelah injeksi udara ke dalam
campuran. Dengan menghilangkan panas diantara kedua tahapan tersebut, suhu dimana pembakaran terjadi pada keadaan kelebihan udara menjadi lebih rendah sehingga konsentrasi NO yang terbentuk
juga berkurang. Resirkulasi gas buang kembali ke ruang bakar akan menurunkan suhu api dan menurunkan konsentrasi oksigen yang tersedia. Kedua hal ini mengakibatkan penurunan produksi
NO
x
. Uap air atau air yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar juga dapat menurunkan suhu api dan menurunkan produksi NO
x
. Injeksi dengan air lebih sering dilakukan daripada dengan uap air karena mudah tersedia, biayanya murah dan pengaruh pendinginannya lebih besar. Metode absorbsi efektif
digunakan untuk mengabsorbsi gas yang keluar dari cerobong asap pabrik. Gas yang keluar dilewatkan adsorber padat atau cair dimana NO
x
akan tertahan. Sistem adsorbsi yang mengandung air lebih efektif digunakan, terutama jika air itu mengandung komponen alkali atau asam sulfat.
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida SO
2
dan sulfur trioksida SO
3
. Kedua jenis gas ini dikenal dengan nama SO
x
. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Sumber emisi di pabrik gula berasal dari penggunaan bahan bakar pada boiler, solar, LPG, pengolahan limbah padat, dan limbah cair. Emisi yang dihasilkan berkaitan terhadap efek gas rumah
kaca yang dihasilkan dari emisi CO
2
di pabrik gula. Potensi emisi CO
2
berasal dari penggunaan bahan bakar pada boiler, dalam hal ini yaitu pemakaian ampas tebu dan IDO, emisi CH
4
berasal dari
49
pengolahan limbah cair, dan NO
2
berasal dari pengolahan limbah blotong. Total emisi CO
2
yang dihasilkan pabrik gula sebesar 105.196,70 tCO
2
-setara yang berasal dari emisi bahan bakar boiler sebesar 101.927,57 tCO
2
, emisi penggunaan solar 2.855,45 tCO
2
, emisi LPG 2,51 tCO
2
, emisi dari pengolahan limbah cair 7,56 tCO
2
, dan emisi dari pengolahan limbah padat sebesar 403,62 tCO
2
- setara Sihombing 2012.
4. Limbah B3 Bahan Berbahaya Dan Beracun