Latar Belakang Analisis tingkat kepuasan peternak sapi perah koperasi aneka usaha mitra (KAUM) mandiri terhadap penggunaan pakan cargil di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

1 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang berperan penting dalam mewujudkan pembangunan ketahanan pangan nasional. Subsektor peternakan memiliki andil dalam menjaga ketersediaan pangan dan kecukupan gizi bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, subsektor peternakan juga memberikan peranan dalam perekonomian Indonesia. Subsektor peternakan memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto PDB sektor pertanian lebih dari 12 persen per tahunnya 1 . PDB subsektor peternakan yang mencapai 12 persen tiap tahunnya ini cukup besar dalam membantu perekonomian Indonesia. Permintaan terhadap produk peternakan sebagai sumber hewani diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat. Susu sebagai salah satu hasil komoditi peternakan, adalah bahan makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Kebutuhan susu masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi susu Indonesia yang mencapai 11,7 liter per kapita per tahun pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 7,7 liter per kapita per tahun. Akan tetapi, tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia dinilai masih rendah apabila dibandingkan dengan konsumsi susu di Malaysia dan Filipina yang mencapai 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand 33,7 liter per kapita per tahun, Vietnam 12,1 liter per kapita per tahun dan India mencapai 42,08 liter per kapita per tahun 2 Permintaan terhadap komoditi susu dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, tetapi produksi susu nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Padahal kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di 1 Ria Laksmi.Kontribusi Peternakan dalam PDB lebih dari 12. www.livestockreview.com [30 Mei 2011] 2 Departemen Pertanian.2011.Pemerintah Ajak Masyarakat Untuk Konsumsi Susu Segar Setiap Hari. www.deptan.go.id [1 Juni 2011] 2 beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Saat ini pasokan susu yang dapat dipenuhi oleh peternak sapi perah dalam negeri hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan susu nasional, sedangkan sisanya 70 persen diimpor dari luar negeri. Tabel 1 menunjukkan besarnya volume ekspor dan impor susu nasional pada tahun 2004 hingga 2008. Tabel 1. Volume Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun 2004-2008 Tahun Ekspor Susu dan Produk Susu Ton Impor Susu dan Produk Susu Ton 2004 40.935 165.411 2005 45.018 173.084 2006 35.241 188.128 2007 1 21.947 181.520 2008 43.944 164.746 Keterangan : 1 Tahun 2007 terdapat perubahan kode HS dari 9 digit menjadi 10 digit Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Indonesia dalam peta perdagangan internasional berada dalam posisi sebagai net-consumer produk-produk susu, karena lebih banyak mengimpor susu daripada mengekspornya ke luar negeri. Ekspor dan impor susu tersebut berupa susu olahan. Kerugian yang ditimbulkan dari impor susu dan produk susu adalah terkurasnya devisa nasional, hilangnya kesempatan terbaik opportunity loss yang berasal dari menganggurnya atau tidak dimanfaatkannya potensi sumberdaya yang ada, dan hilangnya potensi revenue yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik 3 . Data yang diperoleh mengenai jumlah produksi susu segar dan konsumsi susu nasional dari tahun 2005 hingga 2009 dari Direktorat Jenderal Peternakan 2009 menunjukkan bahwa jumlah produksi susu segar nasional mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif, sedangkan konsumsi susu nasional cenderung meningkat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Tabel 2. 3 Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan APBN Peternakan 2010.2010. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Peternakan. 3 Tabel 2. Jumlah Produksi Susu Segar dan Konsumsi Susu Nasional Tahun 2000-2009 Tahun Produksi Susu Ton Konsumsi Susu Ton 2005 535.960 2.126.300 2006 616.550 2.534.960 2007 567.680 2.555.270 2008 646.950 2.277.200 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2009 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan susu. Tingginya permintaan susu belum dapat dipenuhi oleh pasokan susu dalam negeri, karena peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat dibandingkan produksinya. Pada tahun 2009, produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 25,11 persen dari total kebutuhan nasional 4 . Hal ini disebabkan karena produktivitas sapi perah Indonesia yang masih rendah. Produktivitas sapi perah di Indonesia masih rendah disebabkan usaha ini didominasi oleh peternak skala kecil dengan tingkat pemilikan sapi perah hanya dua sampai tiga ekor per peternak dan akibat rendahnya teknologi peternakan, sehingga produksi susu amat rendah Nugroho 2011. Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah turunan impor jenis Friesian Holstein FH yang telah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Potensi genetik sapi perah impor dalam berproduksi susu sekitar 15 liter per hari, sehingga turunan-turunannya berproduksi susu tidak jauh berbeda dari kemampuan berproduksi induk-induknya. Akan tetapi, karena berbagai faktor lingkungan yang tidak begitu kondusif, turunan sapi perah impor itu hanya mampu berproduksi susu sekitar 10-12 liter per hari Direktorat Jenderal Peternakan 1996. Menurut Sitepoe 2009, turunan FH banyak dijumpai di Pulau Jawa dengan kapasitas produksi 8 – 10 liter per hari dengan pemberian pakan sederhana, yaitu pangan konsentrat yang terdiri dari dedak halus, ampas kelapa, ampas tahu, dengan pemberian rumput. 4 http:dhi.koran-jakarta.com.Merangsang Publik Mengonsumsi Susu.[7 Maret 2011] 4 Salah satu penyebab utama ketidakmampuan sapi perah yang dipelihara para peternak berproduksi susu sesuai dengan potensi genetiknya adalah pakan, baik secara kuantitas, kualitas maupun manajemen pemberiannya. Kualitas dan kuantitas pakan serta cara pemberiannya yang baik seharusnya sesuai dengan kebutuhan gizi sapi dara Kusnadi 2006. Pakan yang diberikan untuk sapi perah berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Konsentrat sebagai makanan penguat biasanya diberikan berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral yang berupa garam dapur, kapur, dan lain-lain. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10 persen dari berat badan per hari Firman 2010. Perbaikan pakan untuk meningkatkan kemampuan berproduksi susu akan menambah biaya pakan yang berdampak terhadap peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan pakan harus lebih rendah dari nilai peningkatan produksi susu yang dicapai. Penelitian yang dilakukan di daerah Garut menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat yang lebih tinggi kandungan protein dan energinya sebanyak tiga kilogram per ekor per hari dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sampai dengan 22,3 persen yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan rata-rata Rp 685,23ekorhari Siregar, et al., 1994. Dengan demikian, penggunaan pakan konsentrat yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu dan berdampak pada peningkatan pendapatan peternak. Menurut Firman 2010, Pabrik Makanan Ternak PMT yang terbesar adalah PMT khusus untuk unggas. Namun, untuk pabrik makanan ternak yang mengkhususkan untuk ternak ruminansia sangat terbatas. Bahkan kecenderungan produksi konsentrat untuk sapi perah diproduksi oleh koperasi persusuanKUD. Di Jawa Barat saja, tercatat terdapat 17 koperasi persusuanKUD yang memproduksi sendiri konsentratnya dan 10 pabrik pakanhome industry yang mengkhususkan di konsentrat sapi Dinas peternakan Jawa Barat 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kemandirian dari koperasi untuk memenuhi permintaan konsentrat dari para anggotanya untuk sapi perah yang mereka 5 pelihara. Walaupun ini terkait dengan pelayanan koperasi terhadap anggotanya, namun kualitas konsentrat untuk sapi perah harus diperhatikan karena akan berdampak pada tingkat produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah. Pada usaha sapi perah, biaya pakan dapat mencapai 62,5 persen dari total biaya produksi Yusdja 2005, sehingga keuntungan yang diterima oleh peternak juga sangat tergantung dari besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Biaya terbesar kedua adalah biaya bangunan, perawatan dan pembelian alat-alat. Jika biaya penyusutan diabaikan, maka kontribusi biaya pakan mencapai 80 persen, sedangkan kontribusi biaya modal 3,8 sampai 7 persen. Dengan demikian, untuk meningkatkan pendapatan peternak yang perlu diperbaiki adalah biaya pakan, biaya modal dan penyusutan. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang cocok untuk mengembangkan peternakan sapi perah. Provinsi ini memiliki pegunungan dengan ketinggian 791 meter d atas permukaan laut dan dataran tinggi yang merupakan iklim yang cocok untuk peternakan sapi perah Badan Pusat Statistik 2009. Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Luas lahan pekarangan di Kabupaten Bandung sebesar 37.092 Ha, ladang sebesar 40.466 Ha, dan padang rumput sebesar 2.929 Ha Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2002. Dengan demikian, Kabupaten Bandung dapat menjadi wilayah untuk mengembangkan usaha ternak sapi perah karena ketersediaan pakan rumput hijau di wilayah tersebut relatif luas. Selain itu, Provinsi ini juga memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 188.63 mm 5 . Koperasi susu merupakan lembaga yang bertindak sebagai mediator antara peternak dengan Industri Pengolahan Susu IPS. Koperasi sangat menentukan posisi tawar peternak dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang akan diterima peternak. Selain itu, koperasi juga menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti pemberian kredit dan kawin suntik IB. Sebagian besar peternak sapi perah yang ada di Indonesia merupakan anggota koperasi susu. 5 Kondisi Geografis Jawa Barat. www.penataanruang.nettaruBDJabar.pdf [ 7 Maret 2011] 6 Koperasi Aneka Usaha Mitra KAUM Mandiri merupakan salah satu koperasi susu yang berada di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan penggunaan pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi sapi perah. Untuk meningkatkan kemampuan berproduksi susu, mereka mencoba menggunakan pakan Cargill. Penggunaan pakan Cargill tersebut dilakukan peternak dengan harapan dapat meningkatkan produksi dan kualitas susu.

1.2 Perumusan Masalah