Pengalaman Beternak Responden Pakan Sebelumnya yang Digunakan Responden

76 pakan Cargill lebih mahal dibandingkan dengan pakan HBM, tetapi mereka tidak menghitung penggunaan pakan Cargill yang lebih efisien dibandingkan pakan HBM. Selain itu, volume produksi susu setelah menggunakan pakan Cargill lebih tinggi dibandingkan menggunakan pakan HBM, sehingga hal itu berpengaruh pada pemasukan peternak dari penjualan susu.

6.1.7 Pengalaman Beternak Responden

Lama usaha beternak berkaitan dengan tingkat pengalaman yang diperoleh peternak dalam melakukan suatu usaha peternakan. Mosher 1985 menyatakan bahwa lama usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya sehingga dapat membantu peternak dalam usahanya, karena semakin lama usahanya maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh peternak. Pengalaman akan mempengaruhi pemahaman peternak didalam upaya menunjang manajemen usaha ternaknya. Pengalaman beternak responden dapat dillihat pada Tabel 25. Tabel 25. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak pada Tahun 2011 Pengalaman Beternak Jumlah Orang Persentase 10 tahun 17 34 10 - 20 tahun 21 42 21 - 40 tahun 12 24 Total 50 100 Pada Tabel 25 menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki pengalaman beternak selama 10 hingga 20 tahun yaitu sebanyak 21 responden 42. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya telah memiliki pengamalan ternak yang cukup lama. Pengalaman memelihara sapi perah adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas usaha sapi perah. Semakin lama usaha sapi perah yang diusahakan peternak, akan berpengaruh pada semakin terampilnya peternak dalam memelihara sapi perah dan mampu menghadapi permasalahan usaha ternak sapi perah yang terjadi. 77

6.1.8 Pakan Sebelumnya yang Digunakan Responden

Informasi pakan yang digunakan sebelumnya oleh peternak berguna untuk membandingkan kinerja pakan sebelumnya dengan pakan Cargill. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada produksi dan kualitas susu sebelum dan setelah menggunakan pakan Cargill. Penggunaan pakan yang digunakan responden sebelum menggunakan pakan Cargill dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Pakan Sebelumnya yang Digunakan Responden pada Tahun 2011 Pakan Sebelumnya Jumlah Orang Persentase HBM 47 94 Ampas Tahu 3 6 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 26, umumnya, peternak menggunakan pakan HBM sebelum menggunakan pakan Cargill yaitu sebanyak 47 responden 94. Pakan HBM merupakan pakan yang dipercaya peternak sebagai pakan yang berkualitas, sehingga peternak menggunakannya. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu, kualitas pakan HBM semakin menurun. Peternak menilai kinerja pakan HBM semakin buruk, karena melihat pakan yang telah dicampur dengan bahan-bahan lain, seperti pasir. Selain itu, daya tahan pakan yang buruk yaitu tiga hari setelah pembelian pakan HBM telah menggumpal, dan juga berdampak pada kesehatan sapi yang menurun. Oleh sebab itu, peternak mencari alternatif pakan konsentrat yang berkualitas dan terjaga kekonsistenannya. Gambar 14. Pakan HBM Gambar 15. Kemasan Pakan HBM 78 Menurut peternak, penggunaan ampas tahu untuk pakan sapi dapat meningkatkan produksi susu. Akan tetapi, hal itu tidak disertai dengan peningkatan kualitas susu dan berdampak pada penurunan kesehatan sapi. Hal tersebut disebabkan karena kandungan nutrisi dalam ampas tahu belum memenuhi kriteria standar pakan konsentrat. Misalnya total nutrisi tercerna Total Digestible Nutrient = TDN atau energi, dan protein kasar PK. Selain itu, sapi perah juga memerlukan mineral untuk kebutuhan hidupnya, misalnya natrium Na, kalsium Ca, phosphorm P, dan vitamin-vitamin. Sapi perah yang memakan ampas tahu tidak memiliki sumber energi, sehingga sapi perah kekurangan sumber energi yang mengakibatkan sapi menjadi lemas dan kakinya tidak kuat untuk mengangkat bobot tubuhnya sendiri. Hal inilah yang dilihat peternak bahwa sapi yang memakan ampas tahu merasa sapi mereka lemas dan tidak bertenaga bahkan tidak bisa berdiri. Gambar 16. Ampas Tahu 6.1.9 Status Kepemilikan Sapi Perah Responden Kepemilikan sapi perah dapat mempengaruhi pendapatan, karena dengan memiliki sapi perah sendiri jauh lebih besar dibandingkan jika hanya sebagai pengurus ternak. Selain berpengaruh pada pendapatan, status kepemilikan ternak juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk memelihara sapi perah. Peternak yang memiliki sapi sendiri akan lebih leluasa dalam memutuskan hal untuk memelihara ternak sapi, seperti penggunaan pakan konsentrat, sedangkan peternak yang hanya memelihara saja bergantung dengan keputusan dari pemilik ternak. 79 Tabel 27. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Sapi Perah pada Tahun 2011 Status Kepemilikan Jumlah Orang Persentase Pemilik 46 92 Pemilik dan Pekerja Bagi Hasil 3 6 Pekerja Bagi Hasil 1 2 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 27, sebagian besar peternak memiliki sapi perah sendiri. Hal ini karena 100 persen keuntungan didapatkan peternak. Berbeda dengan peternak yang memelihara sapi orang lainpekerja bagi hasil. Keuntungan yang didapat adalah 60 persen dari keseluruhan pendapatan, sisanya 40 persen diberikan kepada pemilik. Adapun status kepemilikan sapi sebagai pemilik dan juga memelihara sapi orang lain dapat lebih menguntungkan, karena mendapatkan keuntungan ganda. Peternak mendapatkan hasil keuntungan 100 persen dari sapi milik sendiri dan juga 60 persen dari hasil memelihara sapi orang lain. 6.1.10 Jumlah Sapi Laktasi Responden Jumlah sapi yang dimiliki peternak mempengaruhi skala usaha. Skala usaha yang dinilai efisien adalah kepemilikan sapi produktif berkisar lima hingga tujuh ekor Swastika dkk 2001. Tabel 28. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Sapi Laktasi pada Tahun 2011 Jumlah Sapi Laktasi Ekor Jumlah Orang Persentase 1 - 3 42 84 4 - 6 8 16 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 28, jumlah sapi produktif atau sapi laktasi yang dimiliki responden sebagian besar berjumlah satu hingga tiga ekor 84. Berdasarkan pengamatan di lapangan, peternak yang memiliki sapi produktif 3 ekor belum memperoleh keuntungan yang optimal dari usaha pemeliharaan sapi perah. Hal ini sesuai dengan rata-rata pendapatan peternak selama 15 hari yaitu Rp 500.000 yang didominasi oleh peternak yang memiliki sapi laktasi satu hingga dua ekor. Kendala yang dihadapi peternak untuk meningkatkan skala usahanya adalah ketersediaan modal untuk pembelian bibit dan keterbatasan lahan untuk 80 pengadaan pakan hijauan. Semakin bertambahnya peternak dengan skala kepemilikan sapi produktif yang kecil menimbulkan masalah dalam efisiensi usaha Swatika dkk, 2001. 6.1.11 Rata-rata Total Produksi Susu Per Hari Total produksi susu per hari mempengaruhi pendapatan yang diterima. Semakin besar produksi susu yang dihasilkan maka semakin besar pendapatan yang diterima. Tabel 29. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Rata-Rata Total Produksi Susu per Hari pada Tahun 2011 Total Produksi Susu Per Hari Liter Jumlah Orang Persentase 10 3 6 11 - 20 25 50 21 - 40 8 16 41 - 60 10 20 61 4 8 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 29, rata-rata total produksi susu per hari peternak adalah 11 hingga 20 liter per hari 50. Peternak dengan rata-rata total produksi susunya masih rendah yaitu 10 literhari berjumlah tiga orang 6. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, pertama, sapi sedang bunting. Produksi susu akan semakin menurun terutama saat sapi bunting tujuh bulan sampai beranak Sudono, 1999. Kedua, umur sapi sudah lebih dari tujuh tahun, bahkan ada yang berumur 10 tahun. Menurut Sudono 1999, setelah umur enam tahun produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit, sampai sapi berumur 11 tahun. Hal ini disebabkan kondisi tubuh yang menurun dan tua. Ketiga, penggunaan pakan Cargill berdampak pada kesehatan sapi. Peternak yang belum merasakan peningkatan produksi susu secara signifikan mengemukakan bahwa walaupun belum terjadi peningkatan produksi, namun kesehatan sapi menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya, seperti bobot tubuh sapi menjadi ideal dan berkurang kerontokan bulu sapi. 81

6.2. Proses Keputusan Pembelian Pakan Cargill