Jenis Kelamin Responden Umur Responden

70 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran umum mengenai latar belakang peternak sebagai responden yang akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku pengambilan keputusan pembelian. Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, alamat, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pendapatan selama 15 hari, pengalaman beternak, penggunaan pakan sebelumnya, status kepemilikan sapi perah, jumlah sapi laktasi, dan rata-rata total produksi susu per hari. Karakteristik responden secara menyeluruh ditampilkan pada Lampiran 3

6.1.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin berhubungan dengan aktivitas usaha yang dilakukan seseorang. Beban pekerjaan yang dilakukan oleh pria dan wanita berbeda. Umumnya, pria lebih kuat dalam mengerjakan pekerjaan yang berat, sedangkan wanita cenderung lemah untuk mengerjakan pekerjaan berat. Jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tahun 2011 Responden Jumlah orang Persentase Pria 40 80 Wanita 10 20 Total 50 100 Data pada Tabel 19 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari 40 pria 80 dan 10 wanita 20. Pada umumnya, peternak sapi perah adalah pria. Hal ini dilihat dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan dalam memelihara sapi perah. Mulai dari membuat kandang, membersihkan kandang, memberi pakan konsentrat, mengarit rumput, hingga memerah susu dilakukan oleh pria. Umumnya, wanita membantu dalam membersihkan kandang, memberi pakan konsentrat dan mengarit rumput. Gambar 7 menunjukkan peternak yang sedang memerah susu. 71

6.1.2 Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseoang dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik dan daya pikir peternak. Semakin tua umur seseorang kemungkinan akan semakin lemah kemampuan fisik dan berpikir. Umur produktif berkisar antara 15 – 65 tahun, sedangkan umur 0 – 14 tahun dan 65 tahun keatas termasuk tidak produktif. Karakteristik umur peternak sapi perah KAUM Mandiri dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Umur Responden pada Tahun 2011 Kisaran Umur Tahun Jumlah Orang Persentase 19 – 20 3 6 21 – 30 14 28 31 – 40 13 26 41 – 50 13 26 51 – 60 5 10 61 – 70 2 4 Total 50 100 Berdasarkan tabel 20, umur responden didominasi pada kisaran umur 21 – 50 tahun. Namun, persentase yang paling tinggi adalah responden dengan kisaran umur 21 – 30 tahun yaitu 28 persen. Rentang umur tersebut adalah umur muda produktif. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi banyaknya umur muda produktif yang melakukan usaha pemeliharaan sapi perah di Kecamatan Pasirjambu. Pertama, usaha turun-temurun dari keluarga yang harus dilanjutkan usahanya. Kedua, Kecamatan Pasirjambu memiliki agroklimat yang mendukung perkembangan sapi perah, sehingga menunjang untuk melakukan usaha pemeliharaan sapi perah. Ketiga, sebagian besar masyarakat tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga hal yang dilakukan adalah beternak sapi perah yang dapat memberikan pendapatan. 6.1.3 Status Pernikahan Responden Status pernikahan dapat menunjukkan motivasi seseorang dalam berusaha. Seseorang yang telah menikah memikirkan usaha yang dapat dilakukan untuk 72 memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Usaha yang dapat dijadikan mata pencarian yang sesuai dan menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Status pernikahan responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Status Pernikahan pada Tahun 2011 Status Jumlah orang Persentase Menikah 45 90 Belum Menikah 5 10 Total 50 100 Berdasarkan tabel 21, sebagian besar responden telah menikah yaitu sebanyak 45 responden 90. Hal ini menunjukkan bahwa usaha sapi perah dijadikan sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain itu, dengan menikah maka peternak mendapatkan tenaga kerja dari keluarga untuk membantu memelihara sapi perah. Tenaga kerja dari keluarga dianggap lebih efisien bagi peternak karena dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk mempekerjakan orang lain. 6.1.4 Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pengeluaran rumah tangga. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Jumlah keluarga yang ideal berdasarkan keluarga berencana KB yaitu suami, istri, dan dua anak. Jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga pada Tahun 2011 Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Orang Persentase 4 31 62 5 12 24 6 1 2 7 5 10 8 1 2 Total 50 100 73 Pada Tabel 22, sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang. Hal ini sesuai dengan umur responden yang lebih banyak pada kisaran 21 – 30 tahun dan telah menikah. Pada umumnya, umur pernikahan responden masih tergolong muda, sehingga belum memiliki banyak anggota keluarga. Sebagian besar responden baru memiliki satu atau dua anak. 6.1.5 Pendidikan Responden Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan. Menurut Mosher 1985, pendidikan adalah faktor pelancar dalam pertanian. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh peternak. tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Pendidikan pada Tahun 2011 Pendidikan Terakhir Jumlah Orang Persentase SD 37 74 SMP 8 16 SMA 4 8 PT 1 2 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 23, sebagian besar responden berpendidikan rendah yaitu pada tingkat Sekolah Dasar SD sebanyak 37 responden 74. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan ekonomi, sehingga tidak mampu membiayai sekolah hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal dan tidak ada angkutan umum yang dapat memudahkan mereka untuk pergi ke sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, anak-anak mereka yang sekolah SD pun pergi ke sekolah dengan menumpang pada mobil pengantar susu. Keadaan inilah yang membuat mereka tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan peternak. 6.1.6 Pendapatan Responden Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah dikurangi dengan biaya pengeluaran. Pendapatan yang diperoleh tergantung dengan usaha yang dilakukan. Seseorang akan mendapatkan pendapatan yang besar apabila 74 biaya pengeluaran lebih kecil daripada penerimaan, sehingga mendapatkan keuntungan. Pendapatan peternak selama 15 dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Pendapatan per 15 hari pada Tahun 2011 Pendapatan Per 15 hari Jumlah Orang Persentase Rp 500.000 28 56 Rp 500.000 - Rp 999.999 12 24 Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 6 12 Rp 2.000.000 4 8 Total 50 100 Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 28 responden memiliki pendapatan rata-rata selama 15 hari kurang dari Rp 500.000,-. Padahal mereka menggunakan pakan Cargill yang terbukti telah meningkatkan produksi susu rata-rata 2 – 3 literekorhari. Peningkatan produksi susu seharusnya memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rata-rata peternak. Seperti penelitian yang dilakukan di daerah Pangalengan, Lembang dan Kertasasi yang menunjukkan bahwa implementasi pakan konsentrat yang lebih tinggi kandungan protein dan energinya sebanyak 2 kgekorhari dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sekitar 11,3 – 25,0 , yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan sekitar Rp 585 – Rp 1.235ekorhari Siregar, 2000. Berdasarkan pengamatan di lapangan, peternak dengan skala usaha kepemilikan sapi 5 ekor mengalami peningkatan pendapatan. Pendapatan rata- rata yang mereka terima sebesar Rp 2.000.000 selama 15 hari. Sedangkan, peternak yang memiliki pendapatan rata-rata kurang dari Rp 500.000 adalah peternak yang memiliki sapi laktasi 1 – 2 ekor, sehingga peningkatan produksi susu tidak berdampak secara signifikan pada peningkatan pendapatan peternak. Hal ini disebabkan harga pakan Cargill yang mahal yaitu Rp 3.100kg tidak sebanding dengan harga susu yang diterima oleh peternak yaitu Rp 2.700liter. Dengan demikian, harga penjualan susu peternak masih terlalu rendah bila dibandingkan dengan harga pembelian pakan Cargill, sehingga tidak menguntungkan bagi peternak. Peternak yang hanya memiliki sapi laktasi 1 – 2 ekor tidak dapat menutupi biaya produksi karena pengeluaran biaya pakan Cargill lebih besar daripada penerimaan dari hasil menjual susu. Berbeda dengan peternak 75 yang memiliki sapi laktasi 5 ekor, mereka masih memiliki keuntungan setelah dikurangi pengeluaran untuk pembelian pakan Cargill. Pendapatan peternak sebelum menggunakan pakan Cargill yaitu pakan HBM, tidak jauh berbeda sebenarnya. Apabila dibandingkan, pengeluaran untuk biaya pakan Cargill memang lebih besar dibandingkan dengan biaya pakan HBM. Tetapi, apabila dilihat dari volume produksi susu yang dihasilkan, penggunaan pakan Cargill masih lebih menguntungkan dibandingkan dengan pakan HBM. Perbedaan pendapatan peternak ketika menggunakan pakan HBM dengan pakan Cargill. Berikut Perhitungan sederhana pendapatan peternak, dengan asumsi pemasukan dari penjualan susu dan pengeluaran dari biaya pakan. a. Pakan HBM Kebutuhan pakan HBM : 12 kghari Harga pakan HBM : Rp 1.450,00kg Rata-rata produksi susu : 12 literhari Pendapatan per 15 hari : Pemasukan : 12 literhari x 15 hari x Rp 2.700,00liter = Rp 486.000,00 Pengeluaran : 12 kghari x 15 hari x Rp 1.450,00kg = Rp 261.000,00 Pendapatan Peternak dengan pakan HBM = Rp 225.000,00 b. Pakan Cargill Kebutuhan pakan Cargill : 6 kghari Harga pakan Cargill : Rp 3.100,00kg Rata-rata produksi susu : 15 literhari Pendapatan per 15 hari : Pemasukan : 15 literhari x 15 hari x Rp 2.700,00liter = Rp 607.500,00 Pengeluaran : 6 kghari x 15 hari x Rp 3.100,00kg = Rp 279.000,00 Pendapatan Peternak dengan pakan HBM = Rp 328.500,00 Berdasarkan perhitungan tersebut, pendapatan peternak memang masih Rp 500.000,00. Akan tetapi, sebenernya terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan pendapatan ketika menggunakan pakan HBM. Peternak menganggap tidak terjadi peningkatan pendapatan, karena harapan peternak bisa mendapatkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Peternak melihat bahwa harga 76 pakan Cargill lebih mahal dibandingkan dengan pakan HBM, tetapi mereka tidak menghitung penggunaan pakan Cargill yang lebih efisien dibandingkan pakan HBM. Selain itu, volume produksi susu setelah menggunakan pakan Cargill lebih tinggi dibandingkan menggunakan pakan HBM, sehingga hal itu berpengaruh pada pemasukan peternak dari penjualan susu.

6.1.7 Pengalaman Beternak Responden