64 Tabel  38.  Proporsi  Pendapatan  dan  Biaya  Produksi  terhadap  Penerimaan  Total
pada  Unit  Usaha  Wisata  di  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  Tahun 2013
Komponen Proporsi terhadap Penerimaan Total
Keterangan Pendapatan pemilik
42.13 Lokal
Upah tenaga kerja 11.75
Lokal Pembelian input
24.80 Lokal
Pemeliharaan alat 1.13
Lokal Biaya operasional
1.47 Non lokal
Pengembalian kredit 2.97
Non lokal Pangan harian
14.14 Lokal
Transportasi lokal 1.36
Lokal Retribusipajak
0.25 Non lokal
Sumber : Data primer diolah
Kisaran jumlah pendapatan yang diterima oleh unit usaha dan tenaga kerja di  masing-masing unit usaha  yang lebih  rinci  dapat  dilihat Tabel  38. Pendapatan
tertinggi  di  kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  terjadi  di penginapan,  sedangkan  pendapatan  yang  paling  rendah  terjadi  pada  jenis  usaha
pedagang asongan. Tabel  39.  Kisaran  Pendapatan  Pemilik  Unit  Usaha  di  Kawasan  Wisata  Tanjung
Mutiara Danau Singkarak
Unit Usaha Pendapatan Pemilik Rpbulan
Rumah makan 5 000 000
– 10 000 000 Kios
450 000 – 8 000 000
Sewa alat 700 000
– 1 000 000 Pedagang asongan
50 000 – 400 000
Sewa tikar 100 000
– 200 000 Penginapan
10 000 000 – 18 000 000
Sumber : Data primer diolah
Beberapa unit usaha seperti pengrajin oleh-oleh  makanan khas dan kios, sebagian  tidak  memiliki  tenaga  kerjakarena  unit  usaha  tersebut  masih  berskala
kecil atau menengah. Namun ada juga sebagian dari unit usaha ini yang memiliki tenaga kerja. Secara umum pendapatan yang diterima oleh unit usaha ini berkisar
Rp  2  000  000 –  Rp  3  000  000  per  bulan.  Kisaran  pendapatan  tenaga  kerja  di
kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  berdasarkan  jenis  usahanya dapat dilihat pada Tabel 40.
65 Tabel  40. Kisaran Pendapatan Tenaga Kerja  Lokal  pada Unit  Usaha di  Kawasan
Wisata Tanjung Mutiara Danau Singkarak Tahun 2013
Unit Usaha Pendapatan Tenaga Kerja Lokal Rupiah
Rumah makan 600 000
– 1 000 000 Kios
300 000 – 1000 000
Sewa alat 100 000
– 200 000 Penginapan
1 000 000 – 1 500 000
Sumber : Data primer diolah Bagi  pemilik  modal,  tingginya  jumlah  kunjungan  dan  perputaran  uang
yang  terjadi  merupakan  insentif  untuk  membuka  unit  usaha  di  kawasan  wisata Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak.  Hal  ini  ditunjukkan  dengan  semakin
banyaknya  warga  yang  membuka  kios  dan  rumah  makan  di  kawasan  wisata  ini. Pendirian unit usaha yang semakin banyak diharapkan dapat membuka pekerjaan
bagi masyarakat lokal yang umumnya memiliki modal dan keahlian yang terbatas.
8.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Dengan  adanya  unit  usaha  di  kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau Singkarak dapat membuka kesempatan kerja baru bagi penduduk lokal. Walaupun
unit  usaha  yang  ada  di  kawasan  wisata  umumnya  dikelola  langsung  oleh pemiliknya,  namun  pada  waktu-waktu  tertentu  tetap  membutuhkan  tenaga  kerja
tambahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada jumlah wisatawan dan kondisi  musim.  Beberapa  unit  usaha  yang  rutin  memerlukan  tenaga  kerja  adalah
rumah  makan,  penginapan,  penyewaan  alat,  usaha  kasur  dan  boneka,  pengrajin keripik,  dan  pengolahan  ikan  bilih.  Sedangkan  kios  makanan  dan  pedagang  kaki
lima  asongan mengelola sendiri usahanya.  Kesempatan kerja  yang tercipta dari keberadaan unit usaha memberikan dampak yang sangat berarti pada penyerapan
tenaga  kerja  lokal.  Peningkatan  jumlah  wisatawan  membuka  kesempatan  kerja paruh  waktu  seperti  yang  terjadi  pada  unit  usaha  penyewaan  sepeda  air  di
kawasan wisata Tanjung Mutiara Danau Singkarak. Tingginya jumlah pengunjung berdampak  positif  berupa  terbukanya  kesempatan  kerja  bagi  tenaga  kerja  di  unit
usaha rumah makan, penyewaan alat, dan penginapan. Pada  kawasan  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  dan  sekitarnya,
kebutuhan  sumberdaya  manusia  masih  dapat  dipenuhi  oleh  penduduk  lokal.
66 Kesempatan  bekerja  dan  berusaha  di  sektor  pariwisata  terbuka  lebar  bagi  ibu
rumah tangga yang sehari-hari tidak bekerja dan bagi pemuda setempat yang tidak memiliki  pekerjaan  tetap.  Ibu  rumah  tangga  umumnya  bekerja  sebagai  pengrajin
oleh-oleh  seperti  keripik  dan  ikan  bilih  olahan.  Sementara  pemuda  setempat bekerja  sebagai  pemandu  sepeda  air.  Seperti  halnya  sumberdaya  manusia
yangbanyak  tersedia,  bahan  pangan  baik  untuk  kebutuhan  usaha  maupun konsumsi  masyarakat  sehari-hari  juga  masih  dapat  dipenuhi  di  dalam  kawasan
tersebut  karena  di  kawasan  tersebut  masih  ada  kegiatan  pertanian  dan  juga menghasilkan sumberdaya ikan dari perairan Danau Singkarak.
Tenaga  kerja  yang  bekerja  di  unit  usaha  adalah  penerima  dampak  tidak langsung  dari  pengeluaran  wisatawan,  yaitu  berupa  upah  yang  diterimanya  dari
unit  usaha  tempat  merea  bekerja.  Secara  umum,  tenaga  kerja  lokal  yang  turut bekerja  di  unit  usaha  yang  ada  umumnya  memiliki  ciri-ciri  sebagai  berikut:  1
sebelumnya  tidak  bekerja,  2  pekerjaan  yang  dimiliki  merupakan  pekerjaan utama, 3 memiliki jam kerja yang relatif panjang  yaitu antara 8-13 jam per hari,
dan 4 mendapat  upah  bulanan dengan kisaran  Rp 700 000 – Rp 1 000 000 per
bulan. Dampak  ekonomi  tidak  langsung  indirect  impact  dapat  dihitung  dari
proporsi pengeluaran unit usaha untuk penyediaan sumberdaya tenaga kerja dan bahan  baku  terhadap  penerimaan.  Secara  umum,  pengeluaran  terbesar  dari  unit
usaha  di  kawasan  wisata  adalah  untuk  pembelian  input  bahan  baku.  Tabel  43 menunjukkan  proporsi  pengeluaran  untuk  pembelian  input  cukup  besar  yaitu
sebesar  24.80  persen.  Hal  ini  dikarenakan  di  kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara Danau  Singkarak  sebagian  besar  unit  usaha  adalah  rumah  makan  dan  pengrajin
oleh-olehmakanan  khas  yang  membutuhkan  banyak  bahan  baku.  Dampak ekonomi  tidak  langsung  indirect  impact  juga  dapat  dilihat  dari  proporsi  upah
tenaga  kerja  terhadap  penerimaan  unit  usaha.  Tabel  38  menunjukkan  direct spending wisatawan yang sampai ke tanaga kerja lokal di kawasan wisata Tanjung
Mutiara  Danau  Singkarak  hanya  sekitar  11.75  persen.  Jika  dilihat  lebih  lanjut proporsi  upah  tenaga  kerja  lokal  jauh  lebih  rendah  dibandingkan  pendapatan
pemilik  unit  usaha.  Hal  ini  dikarenakan  umumnya  unit  usaha  yang  ada  berskala kecil dan dikelola sendiri oleh pemiliknya tidak membutuhkan tenaga kerja.
67 Berdasarkan  komponen  lokal  dan  non-lokal  maka  direct  spending
wisatawan yang benar-benar dirasakan penduduk lokal sekitar 95.31 persen, yaitu berupa  pendapatan  bagi  pemilik  unit  usaha,  upah  tenaga  kerja  lokal,  biaya
pembelian  input,  biaya  pemeliharaan  alat,  biaya  pangan  harian,  dan  biaya transportasi  lokal.  Selebihnya  merupakan  biaya  penyediaan  sumberdaya  untuk
aktivitas unit usaha yang tidak diterima oleh masyarakat lokal leakage. Biaya ini terkait dengan biaya operasional, pengembalian kredit, dan pembayaran pajak dan
retribusi.  Dampak  ekonomi  tidak  langsung  yang  ditunjukkan  oleh  Tabel  38 menunjukkan  bahwa  dari  keseluruhan  aliran  uang  yang  tercipta,  manfaat  yang
dirasakan oleh penduduk lokal yang tidak memiliki akses terhadap modal berbeda dengan  penduduk  lokal  yang  memiliki  akses  terhadap  modal.  Penduduk  lokal
pemilik  modal  mampu  memperoleh  proporsi  sekitar  42.13  persen,  sedangkan penduduk yang tidak memiliki akses terhadap modal hanya memperoleh manfaat
sekitar 53,18 persen yang terdiri dari 11.75 persen untuk upah tenaga kerja, 24.80 persen untuk pembelian input, 1.31 persen untuk pemeliharaan alat, 14.14 persen
untuk pangan harian, dan 1.36 persen untuk transportasi lokal. Data  di  atas  menunjukkan  kegiatan  wisata  alam  memberikan  manfaat
ekonomi  langsung  bagi  masyarakat,  namun  nilainya  masih  rendah.  Terlihat  dari pendapatan  yang  diterima  oleh  tenaga  kerja  lokal  yang  cukup  rendah.Hal  ini
diakibatkan oleh sifat kegiatan wisata di Tanjung Mutiara Danau Singkarak yang hanya  ramai  pada  akhir  pekan  dan  hari  libur,  sehingga  dampak  ekonomi  yang
tercipta pun sangat tergantung pada jumlah wisatawan.
8.3 Dampak Ekonomi Induced
Selain  dampak  ekonomi  langsung  dan  tidak  langsung,  kegiatan  wisata alam juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak lanjut
dari pendapatan  yang diperoleh tenaga kerja lokal dari unit usaha tempat mereka bekerja.  Dampak  ini  berasal  dari  pengeluaran  sehari-hari  tenaga  kerja  lokal.
Rendahnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan pendapatan tersebut hanya mencukupi untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Sebagian besar tenaga kerja lokal
menyatakan  bahwa  pendapatan  yang  mereka  terima  habis  untuk  makan  dan bahkan terkadang tidak cukup sehingga mereka sering mengandalkan pendapatan
lain  pendapatan  suami  dari  luar  kegiatan  wisata  untuk  menutupi  kekurangan
68 biaya  hidup  sehari-hari.  Tabel  41  menunjukkan  proporsi  rata-rata  pengeluaran
tenaga  kerja  terhadap  kebutuhan  sehari-hari  di  kawasan  wisata  alam  Tanjung Mutiara Danau Singkarak dimana pengeluaran untuk konsumsi adalah yang paling
utama.  Proporsi  pengeluaran  untuk  pangan  harian  di  kawasan  tersebut  sekitar 89.54 persen, kemudian sisanya untuk biaya transportasi, biaya retribusi dan biaya
lainnya. Tabel  41.  Proporsi  Rata-rata  Pengeluaran  Tenaga  Kerja  Lokal  terhadap
Penerimaan  di  Kawasan  Wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak Tahun 2013
Komponen Proporsi terhadap Penerimaan
Keterangan Kebutuhan pangan harian
89,54 Lokal
Biaya transportasi 7,57
Lokal Retribusi dan pajak
- Lokal
Biaya lainnya 2,79
Lokal
Sumber : Data primer diolah
8.4 Nilai Pengganda dari Pengeluaran Wisatawan
Dampak  ekonomi  dari  pengeluaran  wisatawan  yang  terjadi  di  kawasan wisata Tanjung Mutiara Danau Singkarak dapat diukur dengan menggunakan nilai
efek pengganda atau  multiplier effect dari aliran  uang  yang terjadi. Terdapat  dua nilai  pengganda  berdasarkan  META  2001  dalam  mengukur  dampak  ekonomi
kegiatan pariwisata di tingkat lokal, yaitu: 1 Keynesian Local Income Multiplier yang  menunjukkan  seberapa  besar  pengeluaran  wisatawan  berdampak  pada
peningkatan  pendapatan  masyarakat  lokal  dan  2  Ratio  Income  Multiplier  yang menunjukkan  seberapa  besar  dampak  langsung  yang  dirasakan  dari  pengeluaran
wisatawan yang berdampak langsung pada keseluruhan ekonomi lokal. Nilai pengganda mengukur dampak langsung, tidak langsung, dan induced.
Hasil  penelitian  menunjukkan  nilai  Keynesian  Local  Income  Multiplier  di kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  sebesar  1.14  yang  artinya
peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 100000 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 114000 rupiah. Nilai multiplier
dari  aliran  uang  yang  terjadi  pada  kegiatan  wisata  di  Tanjung  Mutiara  Danau Singkarak ditunjukkan pada Tabel 42.
69 Tabel 42. Nilai Multiplier dari Aliran Uang Kegiatan Wisata di Tanjung Mutiara
Danau Singkarak Tahun 2013
Kriteria Nilai Multiplier
Keynesian Local Income Multiplier 1.14
Ratio Income Multiplier Tipe I 1.19
Ratio Income Multiplier Tipe II 1.36
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Ratio Income Multiplier Tipe I di  kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak  sebesar  1.19,  artinya
peningkatan  100  000  rupiah  pendapatan  unit  usaha  dari  pengeluaran  wisatawan akan  mengakibatkan  peningkatan  sebesar  119  000  rupiah  pada  total  pendapatan
masyarakat  yang  meliputi  dampak  langsung  dan  tidak  langsung  berupa pendapatan  pemilik  unit  usaha  dan  tenaga  kerja  lokal.  Sedangkan  nilai  Ratio
Income  Multiplier  Tipe  II  di  kawasan  wisata  Tanjung  Mutiara  Danau  Singkarak sebesar  1.36,  artinya  peningkatan  100  000  rupiah  pengeluaran  wisatawan  akan
mengakibatkan  peningkatan  sebesar  136  000  rupiah  pada  total  pendapatan masyarakat yang meliputi dampak langsung, tidak langsung, dan induced berupa
pendapatan  pemilik  unit  usaha,  pendapatan  tenaga  kerja  lokal,  dan pengeluarannya untuk konumsi di tingkat lokal.
Multiplier keynesian
ini merupakan
pengganda terbaik
yang menggambarkan  dampak  keseluruhan  dari  peningkatan  pengeluaran  wisatawan
pada  perekonomian  lokal  META,  2001.  Income  multiplier  secara  umum mengukur tambahan pendapatan gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan dalam
perekonomian  sebagai  hasil  dari  peningkatan  pengeluaran  wisatawan.  Aktivitas wisata alam di Tanjung Mutiara Danau Singkarak tidak dapat dipandang sebelah
mata karena kegiatan ini turut berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat lokal yang  ditunjukkan  oleh  nilai  multiplier  pendapatan.  Oleh  karena  itu  peran
pemerintah  sangat  dibutuhkan  dalam  pembangunan  sarana  dan  prasarana  wisata yang dapat meningkatkan dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat lokal.
8.5 Dampak Aktivitas Wisata
Aktivitas  wisata  yang  terjadi  di  kawasan  wisata  alam  Tanjung  Mutiara Danau  Singkarak  akan  membawa  dampak,  baik  dampak  positif  maupun  dampak
negatif.  Dampak  positif  yang  nyata  terlihat  adalah  timbulnya  akitivitas  ekonomi dan peningkatan kualitas layanan publik. Sedangkan dampak negatif yang terlihat