Dampak Ekonomi Analisis Dampak Berganda (Multiplier Effect) Pemanfaatan Wisata Alam Tanjung Mutiara di Danau Singkarak Kabupaten Tanah Datar
                                                                                19 Penelitian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dan dampak berganda
multiplier  effect.  Pendekatan  yang  digunakan  yaitu  dengan  kuisioner  dan wawancara  kepada  pihak-pihak  yang  terkait  dengan  objek  wisata  GSE.  Hasil
penelitiannya menunjukkan pengunjung objek wisata GSE umumnya didominasi kelompok  masyarakat  usia  muda  umur    24  tahun,  dengan  tingkat  pedidikan
SMU  dan  sederajat,  bekerja  di  sektor  swasta,  timgkat  pendapatan  untuk  obyek wisata  Curug  Cigamea  dan  air  panas  adalah  lebih  dari  Rp  3000000,-  per  bulan.
Sesangkan  untuk  Curug  Ngumpet  Rp  1000000,-  -  Rp  2000000,-  per  bulan. Sebagian  besar  pengunjung  berasal  dari  daerah  Bogor  dan  Jadetabek  dan  pada
umumnya  pengunjung  datang  dengan  rombongan  menggunakan  kendaraan pribadi. Umumnya pengunjung mengetahui objek wisata GSE berasal dari teman
dan  keluarga.  Tingkat  partisipasi  masyarakat  dalam  mendukung  kegiatan  wisata ditunjukan dengan pekerjaan sampingan yang dilakoni.
Persepsi pengunjung terhadap keadaan alam, fasilitas dan pengelolaannya di  obyek  wisata  Air  Panas  berada  pada  penilaian  baik.  Penilaian  buruk  terletak
pada  aspek  jaringan  seluler  dan  keberadaan  tempat  sampah  yang  minim. Sedangkan  persepsi  pengunjung  Curug  Cigamea  terhadap  keadaan  alam
menunjukan  hampir  seluruhnya  sedang,  hanya  saja  fasilitas  kebersihan  masih dinilai  buruk.  Sedangkan  untuk  Curug  Ngumpet  dan  Curug  Seribu,  persepsi
wisatawan terhadap fasilitas dan pengelolaannya berada pada penilaian buruk. Hal tersebut  dikarenakan  belum  optimalnya  pengelolaan  di  kedua  objek  wisata
tersebut.  Preferensi  pengunjung  terhadap  objek  wisata  Air  Panas  Curug  Seribu menunjukan  bahwa  kelestarian  alam  merupakan  hal  terpenting.  Sedangkan  di
Curug  Cigamea  dan  Curug  Ngumpet  pembangunan  sarana  dan  prasarana  yang lengkap harus menjadi prioritas. Dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran
wisatawan,  yang  dikeluarkan  di  luar  obyek  wisata  sebesar  ±  60 –  70  persen,
dimana  sekitar  40  persen  dihabiskan  untuk  biaya  transportasi.  Artinya  dampak ekonomi  yang  berasal  dari  tingkat  pembelanjaan  pengunjung  masih  rendah.
Dampak ekonomi langsung direct  impact  yang  berupa pendapatan pemilik unit usaha  berkisar  38
–  43  persen.  Sedangkan  dampak  tidak  langsung  indirect impact  yang  berupa  pendapatan  tenaga  kerja  masih  sangat  rendah  berkisar  0-6
persen.  Dampak  ekonomi  yang  ditunjukan  dengan  nilai  pengganda  multiplier
20 yang  dihasilkan  di  sejumlah  lokasi  relatif  rendah,  nilai  Keynesian  Iincome
Multiplier  tertinggi  adalah  1.96,  Ratio  Income  Multiplier  Tipe  I  tertinggi  adalah 1.65, dan Ratio Income Multiplier Tipe II tertinggi sebesar 2.00.
Penelitian  yang  juga  menganalisis  dampak  ekonomi  pariwisata  dilakukan oleh  Prasetio  2011.  Penelitian  yang  dilakukannya  yaitu  analisis  dampak
ekonomi  wisata  bahari  terhadap  masyarakat  di  pulau  pramuka  taman  nasional kepulauan  seribu.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Prasetio  2011  menggunakan
metode multiplier effect. Hasil dari penelitiannya adalah kawasan Taman Nasional Kepulauan  Seribu  TNKpS  memiliki  areal  seluas  107.489  Ha  yang  ditunjuk
dengan  Keputusan  Menteri  Kehutanan  Nomor6310Kpts-II2002  tanggal  13  Juni 2002.  Sebagai  salah  satu  daerah  tujuan  wisata,kawasan  wisata  bahari  di  Pulau
Pramuka  memiliki  potensi  wisata  seperti  terumbukarang,  pantai  pasir  putih,  dan penangkaran  penyu.  Untuk  mengetahui  dampakekonomi  kegiatan  wisata  bahari,
maka  dilakukan  penelitian  analisis  dampak  ekonomi  wisata  bahari  terhadap masyarakat.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  kondisi  masyarakat
sebelum  dan  setelah  adanya  pengembangankegiatan  wisata  bahari  serta  dampak ekonomi setelah adanya pengembangankegiatan wisata.
Penelitian  dilaksanakan  bulan  Desember  2010  sampai  Januari  2011  di Pulau  Pramuka  Taman  Nasional  Kepulauan  Seribu.  Kajian  terhadap  pengunjung
dan masyarakat terlibat maupun tidak terlibat kegiatan wisata. Data dikumpulkan melalui  studi  pustaka,  wawancara,  dan  kuesioner.  Faktor-faktor  yang
mempengaruhi  dampak  ekonomi  dianalisis  dengan  uji  statistik  t  student  dan konsep Multiplier. Kondisi ekonomi masyarakat  Pulau Pramuka sebelum  adanya
pengembangan  kegiatan  wisata  bahari  memiliki  profesi  sebagai  nelayan  sebesar 40 persen, setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari mata pencaharian
masyarakat  bertambah  keragamannya  yakni  di  bidang  perdagangan,  jasa  dan akomodasi, budidaya perikanan, home industry, perbengkelan, industri kerajinan,
warung, rumah makan, instansi swasta, pemerintahan dan lain-lain. Dampak yang terjadi  akibat  adanya  pengembangan  kegiatan  wisata  bahari  bahwa  nilai
pengganda  Keynesian  Multiplier  di  Pulau  Pramuka  sebesar  1.44  artinya peningkatan  pengeluaran  wisatawan  sebesar  1  rupiah  akan  berdampak  pada
peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1.44 rupiah atau setara dengan
21 Rp  4896525.  Ratio  Income  Multiplier  Tipe  I  sebesar  1.45  artinya  peningkatan  1
rupiah  pendapatan  pemilik  unit  usaha  dari  pengeluaran  wisatawan  akan mengakibatkan  peningkatan  pada  dampak  langsung  dan  tidak  langsung  berupa
pendapatan  pemilik  unit  usaha  dan  tenaga  kerja  lokal  sebesar  1.45  rupiah  atau setara  dengan  Rp  2141049.  Nilai  Ratio  Income  Multiplier  Tipe  II  sebesar  1.8
artinya  peningkatan  1  rupiah  pengeluaran  wisatawan  akan  mengakibatkan peningkatan  sebesar  1.8  rupiah  atau  setara  dengan  Rp  2723247  pada  total
pendapatan masyarakat pada dampak langsung, tak langsung dan induced berupa pendapatan  pemilik  usaha,  tenaga  kerja  dan  pengeluaran  konsumsi  di  tingkat
lokal. Hasil perhitungan nilai t atas pendapatan masyarakat yang terlibat sebesar - 4.752  sedangkan
–t  hitung  -4.752  -t  tabel  t  0.025;29,  maka  kegatan  wisata bahari  memberikan  pengaruh  nyata  terhadap  masyarakat  yang  terlibat  dan  tidak
terlibat kegiatan wisata baik sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari.
Dari  beberapa  penelitian  yang  sudah  dilakukan  sebelumnya  seperti  pada penelitian  terdahulu  yang  sudah  dijelaskan  secara  singkat,  maka  dapat  dilihat
aspek,  metode  serta  pendekatan  yang  digunakan  dalam  penelitian  tersebut.Pada penelitian  ini,  aspeknya  adalah  mengenai  dampak  ekonomi  dari  kegiatan  wisata
yang terjadi  di  kawasan  wisata alam Tanjung Mutiara Danau Singkarak.  Metode yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  analisis  deskriptif,  analisis  dampak
berganda  multiplier  effect,  dan  analisis  stakeholder.  Selain  itu,  terdapat  satu aspek  yang  membedakan  penelitian  ini  dengan  penelitian  terdahulu  yaitu  pada
penelitian ini juga dikaji mengenai tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dalam pengelolaan wisata alam Tanjung Mutiara di Danau Singkarak.
                                            
                