Penilaian Pendedahan pada Nodus Peternakan L3
27 dalam sebulan. Informasi yang didapat dari peternak dan anak kandang diketahui
bahwa beberapa dari mereka kurang memahami tentang AI. Jumlah kematian ayam dalam 1 periode produksi sangat bervariasi tapi maksimalnya 50 ekor dari
1500 ekor ayam, walaupun pernah dijumpai dari 1 peternakan yang mengalami kematian dalam jumlah besar sekitar ± 50 dari total 1000 ekor. Menurut
Martindah et al. 2006 keterbatasan peternak dan petugas kesehatan hewan yang melakukan 3E berpengaruh terhadap pengendalian AI di lapangan. Kondisi di
Maluku Utara saat ini hanya memiliki sedikit tenaga kesehatan hewan, baik di tingkat Provinsi maupun di Kabupatenkota, dengan jumlah dokter hewan
berwenang sebanyak 3 orang dan tenaga harian lepas 2 orang serta jumlah paramedik sebanyak 2 orang. Kurangnya tenaga kesehatan hewan dan
pemahaman peternak tentang AI turut berperan sebagai penghambat pelaksanaan 3E.
Faktor lain yang dianggap mempermudah penyebaran AI pada nodus peternakan adalah kotoran ayam. Kotoran dari peternakan ayam umumnya
dimanfaatkan oleh peternak untuk dijadikan pupuk kandang. Pupuk tersebut ada yang sengaja diambil ataupun digunakan untuk kepentingan pribadi, tanpa
memperhitungkan segi keamanan apakah mengandung virus AI atau tidak. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, virus AI bereplikasi paling utama di saluran
respirasi dan gastrointestinal unggas dan dapat mengeluarkan ekskret dari rongga mulut, lubang hidung, konjungtiva serta kloaka dari unggas yang terinfeksi CDC
2012; Swayne dan Jackwood 2008. Virus AI mampu bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam feses unggas. Faktor seperti kondisi lingkungan yaitu
suhu, salinitas dan bahan organik mempengaruhi ketahanan virus Brown et al. 2007. Kurmi et al. 2013 mempelajari kemampuan bertahan hidup virus H5N1
dalam feses. Dari studi tersebut diketahui bahwa virus H5N1 dapat bertahan sampai dengan 24 jam pada suhu 37
o
C, sedangkan pada suhu 42
o
C hanya bertahan selama 18 jam serta dapat bertahan sampai dengan 5 hari pada suhu 24
o
C, baik itu di feses basah maupun feses kering. Virus H5N1 pada suhu 4
o
C dapat bertahan hidup hingga 8 minggu. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Lu et al.
2003 yang mengatakan hilangnya infektivitas virus AI H7N2 terjadi dalam waktu 24 jam pada suhu sekitar 30-37
o
C pada feses ayam komersial dan dalam waktu 2-23 hari pada suhu 15-20
o
C. Pendapat berbeda disampaikan oleh Songserm et al. 2006 yang mengatakan bahwa pada suhu 37-42
o
C di hadapan sinar matahari virus H5N1 tidak aktif dalam waktu setengah jam sedangkan pada
suhu 25-32
o
C di tempat teduh virus H5N1 dapat bertahan hingga 4 hari. Perbedaan laporan mengenai efek suhu pada kemampuan bertahan hidup virus AI
menyiratkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi kemampuan bertahan hidup virus dalam feses ayam. Isi organik dari bahan feses, jumlah kelembaban, paparan
sinar matahari, sisa bahan desinfektan juga berpengaruh terhadap ketahanan virus AI Kurmi 2013. Dari data-data di atas dinyatakan likelihood peternakan yang
terinfeksi AI dapat mendedahkan virus AI adalah tinggi dengan ketidakpastian rendah.