11 Tabel 10 Nilai likelihood beserta deskripsi untuk setiap nodus pada alur tapak
penilaian pelepasan masuknya virus AI dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui ayam hobi
Nodus Deskripsi
Likelihood Sumber data
Status di
Sulawesi Utara
terinfeksi
Kejadian AI di Sulut mulai tahun 2006, 2011, 2012, 2013 dan 2014.
Hasil pemeriksaan laboratorium positif AI sebesar 21.05 dari 38 sampel
Kendala dalam melaksanakan 9 strategi pengendalian
AI: kurangnya
tenaga kesehatan
hewan, kurang
kesadaran masyarakat
melaksanakan biosekuriti,
sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif. L1:
Tinggi Dinas
Pertanian 2012, BBVET maros
2014 Zakariya 2013
Wawancara dengan petugas dinas
Pengepul tidak
terdeteksi Ayam berasal dari berbagai daerah di
Sulawesi Utara, beberapa berasal dari pasar Pengepul tidak menerapkan sistem all in all
out. Program biosekuriti tidak dilaksanakan dengan baik.
Pemahaman pengepul tentang AI kurang penyebab, gejala umum dan penanganan.
L2: Tinggi
Wawancara pengepul Wawancara pengepul
Wawancara pengepul Wawancara pengepul
Pasar tidak
terdeteksi Sistem penjualan ayam tidak dikandangkan,
pemahaman penjual tentang AI kurang. L3:
Tinggi Wawancara pengepul
dan penjual Rumah
Tangga tidak
terdeteksi Ayam
berasal dari
pasar, kerabat.
Pemahaman tentang AI kurang L4:
Tinggi Wawancara pemain
ayam hobi
Transportasi tidak
terdeteksi Orang yang mengirim atau membawa ayam
kurang mengetahui informasi tentang AI, waktu yang dibutuhkan kurang dari 3 hari
L5: Tinggi
Wawancara pengepul dan
buruh bagasi
pelabuhan Jalur
Laut tidak
terdeteksi
Terdapat upaya penyelundupan ayam hobi ke Maluku Utara setiap minggu
L6: Tinggi
Wawancara petugas karantina,
buruh, kapten
kapal dan
anak buah
kapal ABK, penjual di
pelabuhan Alat
angkut tidak
terdeteksi Waktu yang dibutuhkan dari Sulawesi Utara
ke Maluku Utara 8 sd 12 jam. Pengetahuan kapten dan Anak Buah Kapal tentang AI
kurang L7:
Tinggi Wawancara
kapten dan ABK
Tabel 11 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui ayam hobi
Alur tapak
Nodus Perkalian likelihod
Nilai
likelihood
Ketidak-
pastian
Alur tapak 1
Status Sulawesi Utara pengepul transportasi laut alat angkut
L1xL2xL5xL6xL7 tinggi
rendah Alur
tapak 2 Status Sulawesi Utara pasar
transportasi laut alat angkut L1xL3xL5xL6xL7
tinggi rendah
Alur tapak 3
Status Sulawesi Utara rumah tangga transportasi laut alat angkut
L1xL4xL5xL6xL7 tinggi
rendah Alur
tapak 4 Status Sulawesi Utara pasar
pengepul transportasi laut alat angkut
L1xL3xL2xL5xL6x L7
tinggi rendah
12 Tabel 11 Alur tapak risiko penilaian pelepasan melalui ayam hobi lanjutan
Alur tapak
Nodus Perkalian likelihod
Nilai
likelihood
Ketidak-
pastian
Alur tapak 5
Status Sulawesi Utara pasar rumah tangga transportasi laut
alat angkut L1xL3xL4xL5xL6x
L7 tinggi
rendah
Kesim pulan
L8 adalah ayam hobi yang terinfeksi AI masuk ke Maluku Utara
tinggi rendah
4.2.2 Penilaian Pelepasan pada Nodus Status AI di Sulawesi Utara L1
Tingginya likelihood ayam hobi dapat terinfeksi dengan ketidakpastian rendah diduga terjadi karena beberapa faktor berikut ini. Kejadian AI di Sulawesi
Utara bermula pada tahun 2006 di Kabupaten Minahasa Selatan, kemudian pada tahun 2011 didapat kasus AI di Kabupaten Bolaang Monggondow Dinas
Pertanian 2012. Pada tahun 2013 prevalensi AI di Kabupaten Minahasa sebesar 21.05 Zakariya 2013. Data dari Ditkeswan 2014 menunjukkan jumlah
kematian itik karena AI di Sulawesi Utara dari September 2012 sampai dengan 31 Mei 2014 sebanyak 569 ekor. Penelitian lain yang terkait adalah hasil surveilans
AI yang dilakukan oleh Bbvet Maros selama tahun 2012 terdapat 1 ekor kasus positif HPAI dan 103 ekor seropositif AI. Sementara pada tahun 2013 terdapat 17
ekor positif HPAI dan 158 seropositif AI. Tahun 2014 dari 1 Januari sampai dengan 16 Oktober didapatkan data 7 ekor positif HPAI, 151 seropositif AI
BBVet MAROS 2014.
Mencuatnya kasus AI di Sulawesi Utara mendorong pemerintah daerah setempat melakukan program pengendalian AI sesuai dengan pedoman Direktorat
Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan nomor 17KptsPD.640F02.04 tentang Sembilan Strategi Pengendalian AI Dinas Pertanian 2012. Hambatan
dalam pelaksanaan strategi pengendalian AI diantaranya karena kurangnya tenaga kesehatan hewan, minimnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan
biosekuriti, dan sulitnya pelaksanaan depopulasi selektif. Menurut Martindah et al. 2006 keterbatasan peternak dan petugas kesehatan hewan membawa dampak
pada pelaksanaan 3E: early detection , early reporting dan early respons, yang akan berpengaruh dalam penyebaran kasus AI. Pelaksanaan biosekuriti secara
ketat, yang mencakup pengawasan lalu lintas unggas dan produknya di check point, mengalami kendala pada terbatasnya tenaga kesehatan hewan sehingga
hanya bisa dilakukan ketika terjadi kasus. Menurut Zakariya 2013 kurangnya sikap masyarakat terhadap biosekuriti sendiri menjadi faktor meningkatnya risiko
AI di Minahasa. Tindakan depopulasi sendiri telah dilakukan pada daerah kasus AI namun mengalami beberapa kendala karena beberapa masyarakat tidak mau
menyerahkan unggas miliknya dengan alasan bahwa ayam mereka sehat dan kompensasi yang diberikan dianggap kurang bila dibandingkan dengan harga
ayam mereka. Faktor manajemen kesehatan unggas dengan membiarkan ternak yang sakit tetap hidup turut berisiko menjadi sumber penularan infeksi virus AI
dua kali lebih besar daripada tindakan memotongnya Basri et al. 2013. Ketika terjadi kasus wabah HPAI, stamping out dan depopulasi merupakan pertahanan
pertama untuk menghentikan penyebaran dan menghilangkan penyakit Swayne Suarez 2000.
13
4.2.3 Penilaian Pelepasan pada Nodus Pengepul L2
Pengepul mendapatkan ayam dari berbagai daerah di Sulawesi Utara. Beberapa diantaranya bahkan ada yang membelinya langsung dari pasar. Menurut
Zakariya 2013 perilaku masyarakat yang menjual unggas dari daerah kasus ke pasar tersebut berpeluang dalam menyebarkan penyakit AI sebesar 8.25 kali.
Faktor lain penyebab timbulnya AI adalah karena pengepul yang tidak menerapkan all in all out. Tempat penampungan di tempat pengepul dapat
menampung 40-50 ekor. Dengan tidak diterapkannya manajemen all in all out dan banyaknya suplai unggas menjadi faktor penting penyebaran virus AI karena pada
tempat penampungan dapat terjadi percampuran berbagai unggas Cardona et al. 2009.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai AIflu burung antara lain pernah mendengar AI, memelihara unggas
jauh dari pemukiman, mengandangkan unggas, dan memusnahkan unggas jika terinfeksi AI dengan sub indikator memusnahkan unggas tanpa syarat, mengetahui
ciri-ciri ayam terinfeksi AI dengan subindikator kematian unggas mendadak Suartha et al. 2011. Pada beberapa kasus AI diketahui sebagian pengepul tidak
mau memusnahkan unggasnya ketika terjadi kasus di daerahnya, bahkan pengepul memindahkan unggasnya ke rumah kerabat. Pemahaman pengepul yang minim
tentang AI, baik dari penyebab, gejala dan penanganan turut mempengaruhi penyebaran AI. Pada kasus lain pengepul sebenarnya pernah menjumpai kematian
ayam mendadak tetapi beranggapan bukan AI karena bagian pial tidak berwarna kebiruan. Dari informasi yang dihimpun, dinas terkait juga diketahui jarang
melakukan monitoring AI ke pengepul ayam hobi disebabkan kurangnya tenaga kesehatan hewan dan anggaran yang ada. Berdasarkan data yang didapat dapat
disimpulkan likelihood ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah.
4.2.4 Penilaian Pelepasan pada Nodus Pasar L3
Ayam hobi di Sulawesi Utara bisa didapat terutama dari pasar-pasar tradisional. Menurut Zakariya 2013 diduga 36.84 masyarakat menjual unggas
yang berasal dari daerah terinfeksi ke pasar. Pasar unggas tersebut dapat menjadi reservoir virus AI dan merupakan sumber infeksi bagi unggas domestik lainnya
Kung et al. 2003. Pada nodus pasar, ayam hobi yang terinfeksi AI tidak dapat terdeteksi sehingga likelihood menjadi tinggi dengan ketidakpastian rendah karena
kurangnya pemahaman penjual tentang AI. Indikator hal ini antara lain sistem penjualan di pasar yaitu ayam dilepas dengan kaki diikat walaupun beberapa ayam
dikandangkan. Faktor lain penyebab tingginya likelihood adalah karena penjual yang tidak mau menyerahkan unggasnya untuk dimusnahkan apabila unggas yang
lain terinfeksi AI karena menganggap kompensasi yang diterima tidak sebanding dengan harga ayam. Selain itu, penjual juga tidak mengetahui cara penanganan
secara umum apabila ayamnya terinfeksi AI dan tidak mengetahui bahwa kematian ayam mendadak adalah indikator kematian ayam yang terinfeksi AI.
Dinas terkait juga diketahui jarang melakukan monitoring ke pasar. 4.2.5 Penilaian Pelepasan pada Nodus Rumah Tangga L4
Sistem pemeliharaan di rumah tangga prinsipnya hampir sama dengan di pengepul, walau tempat penampungannya tidaklah sebanyak seperti di pengepul.