responsitivitas ini diduga menyebabkan perbedaan keuntungan dimana tenaga kerja pria dengan sedikit waktu luang mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja wanita yang sedikit waktu luang karena perbedaan upah yang berlaku antara tenaga kerja pria dan wanita.
Dari besaran antar elastisitas harga sendiri berdasarkan jenis lahan dan tingkat efisiensi keuntungan terlihat bahwa : 1 elastisitas harga sendiri produk
rumahtangga padi dan sayur bersifat elastis walau terdapat kecenderungan nilai yang berbeda dimana nilai elastisitas padi lebih tinggi daripada nilai elastisitas
sayur, 2 elastisitas harga pangan yang dibeli dan harga non pangan bersifat inelastis walau pada rumahtangga lahan tadah hujan memiliki nilai elastisitas yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok rumahtangga lainnya, dan 3 perubahan upah tenaga kerja pada semua kelompok rumahtangga bersifat inelastis.
7.2.2. Elastisitas Harga Silang
Elastisitas harga silang merupakan besarnya perubahan permintaan suatu komoditas akibat perubahan harga komoditas lainnya. Dalam teori konsumsi
angka elastisitas dengan tanda negatif memberikan makna bahwa kenaikan harga suatu komoditas menyebabkan menurunnya permintaan komoditas yang
bersangkutan diikuti dengan menurunnya permintaan komoditas lainnya sehingga terjadi hubungan yang saling melengkapi komplementer. Sebaliknya bila nilai
elastisitas silang bertanda positif maka kenaikan harga komoditas menyebabkan turunnya permintaan komoditas tersebut tetapi diikuti dengan kenaikan
permintaan komoditas lainnya sehingga hubungan yang terjadi diantara kedua komoditas tersebut adalah saling menggantikan substitusi. Estimasi elastisitas
harga silang disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37. Elastisitas Harga Silang Permintaan Pangan dan Non Pangan Rumahtangga Petani Padi terhadap Harga dan Upah di Sulawesi
Tenggara, Tahun 2009
Jenis Permintaan Harga
Padi Sayur
Pangan dibeli
Non pangan
Waktu Luang TKP
Waktu Luang TKW
Lahan sawah irigasi : Padi
-0.0254 -0.1183
-0.1387 -0.4445
-0.4845 Sayur
-0.1054 -0.0667
-0.1050 -0.3215
-0.2264 Pangan dibeli
0.0704 0.0114
0.3083 -0.1832
0.0672 Non pangan
0.0175 -0.0002
0.2556 -0.1979
-0.2119 Upah TKP
0.0223 0.0004
-0.1041 0.0924
-0.3571 Upah TKW
-0.0356 0.0017
-0.0326 -0.0871
-0.4610 Lahan sawah tadah hujan :
Padi -0.0212
-0.1484 -0.1073
-0.3237 -0.3668
Sayur -0.0441
-0.0088 -0.0084
-0.2162 -0.2732
Pangan dibeli 0.0347
0.0175 0.1717
-0.1642 -0.1017
Non pangan 0.0271
0.0129 0.1908
-0.2745 -0.1488
Upah TKP 0.0390
0.0032 -0.0692
-0.0783 -0.3118
Upah TKW -0.0120
-0.0080 -0.0794
-0.0612 -0.3842
Efisiensi keuntungan tinggi : Padi
-0.0161 0.2211
0.0148 -0.3861
-0.6842 Sayur
-0.0909 -0.0682
-0.0633 -0.3525
-0.1749 Pangan dibeli
0.3279 0.0082
0.1156 -0.2446
0.7954 Non pangan
0.3376 0.0058
0.1107 -0.2583
-0.0846 Upah TKP
-0.0253 -0.0045
-0.1154 -0.0960
-0.3374 Upah TKW
-0.1522 0.0034
-0.0910 -0.0460
-0.3945 Efisiensi keuntungan rendah :
Padi -0.0250
-0.1556 -0.1453
-0.4422 -0.4508
Sayur -0.0650
-0.0754 -0.1408
-0.1782 -0.2719
Pangan dibeli 0.0322
0.0063 0.1474
-0.2876 0.0408
Non pangan 0.0149
-0.0097 0.1486
-0.1211 -0.2110
Upah TKP 0.0369
0.0096 -0.0953
-0.0198 -0.3657
Upah TKW -0.0072
-0.0026 -0.0053
-0.0816 -0.4806
Tabel 37 memperlihatkan elastisitas harga silang permintaan rumahtangga petani berdasarkan jenis lahan dan efisiensi keuntungan. Dilihat dari besaran
maka semua elastisitas harga silang permintaan rumahtangga pada umumnya relatif rendah atau bersifat inelastis, namun hubungan antara permintaan waktu
luang pria dengan upah tenaga kerja wanita serta permintaan waktu luang wanita dengan upah tenaga kerja pria menunjukkan hubungan yang lebih erat, terlihat
dari nilai elastisitas silang yang lebih besar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
tenaga kerja pria dan wanita mempunyai peran yang cukup penting bagi pendapatan rumahtangga.
Dilihat dari tanda elastisitas silang, maka tanda negatif diperoleh pada perubahan harga padi dan harga sayur sehingga padi dan sayur merupakan dua
komoditas yang saling melengkapi. Hal ini menggambarkan bahwa konsumsi rumahtangga petani di daerah penelitian masih dominan pada hasil usahatani
dibandingkan dengan pangan yang dibeli. Pernyataan ini juga ditunjukkan oleh nilai elastisitas harga pangan yang dibeli tidak elastis terhadap perubahan harga
dan upah. Hubungan substitusi yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas silang positif
terjadi pada padi dengan pangan yang dibeli pada rumahtangga yang mempunyai efisiensi tinggi. Hal ini mengindikasikan hubungan yang terjadi antar pangan
yang dibeli dengan padi bersifat saling menggantikan. Fenomena ini menggambarkan bahwa pada rumahtangga yang mempunyai keuntungan tinggi
mempunyai kemampuan untuk menggantikan konsumsi padi beras dengan pangan yang dibeli diantaranya adalah mie instant. Hasil yang sama juga
diperoleh dari penelitian Sawit 1993 bahwa padi dan barang pasar mempunyai hubungan substitusi dengan nilai elastisitas 0.257, tetapi penelitian Susila 2005
mendapatkan bahwa beras dan barang pasar mempunyai hubungan yang saling melengkapi komplementer.
Perubahan harga pangan yang dibeli dan non pangan ternyata direspon negatif oleh tenaga kerja pria. Implikasi dari hasil yang diperoleh adalah apabila
terjadi kenaikan harga barang-barang yang dijual di pasar baik pangan maupun non pangan maka tenaga kerja pria sebagai kepala keluarga yang bertanggung
jawab dengan mengurangi waktu luang dan lebih giat bekerja untuk mendapatkan upah atau meningkatkan pendapatan
dengan meningkatkan produksi rumahtangga.
Upah merupakan salah satu komponen pembentuk pendapatan rumahtangga dan tingkat upah yang berlaku akan menentukan sikap petani untuk
mengalokasikan waktu bekerja atau menikmati waktu luang. Petani di daerah penelitian merespon perubahan upah dengan arah berlawanan terhadap waktu
luang, artinya jika terjadi kenaikan upah maka tenaga kerja termotivasi meluangkan waktu lebih banyak untuk bekerja baik pada tenaga kerja pria
maupun tenaga kerja wanita daripada menikmati waktu luang, namun jika upah menurun maka tenaga kerja akan lebih memilih menikmati waktu luang.
Pengaruh perubahan upah terhadap permintaan padi dan sayur relatif kecil bahkan mendekati nol untuk permintaan sayur. Terhadap permintaan padi
perubahan upah tenaga kerja pria memberikan pengaruh yang positif kecuali pada rumahtangga efisiensi tinggi, artinya bila terjadi kenaikan upah tenaga pria maka
akan meningkatkan permintaan padi karena dengan melakukan aktivitas bekerja maka kebutuhan bahan pangan terutama beras padi untuk konsumsi juga
meningkat. Dari pembahasan elastisitas harga menyiratkan bahwa rumahtangga petani
pada umumnya masih mengutamakan konsumsi pangan pokok, yaitu padi beras dan sayur serta belum menunjukkan ke arah jenis pangan yang dibeli kecuali pada
rumahtangga petani yang memiliki efisiensi keuntungan tinggi. Hasil penelitian ini belum sejalan dengan hasil penelitian Rachman 2001 yang menyatakan
bahwa rumahtangga di Kawasan Timur Indonesia KTI sudah menunjukkan
populernya makanan jadi dalam pola konsumsi pangan rumahtangga. Walaupun Sulawesi Tenggara masuk dalam wilayah KTI, namun kenyataan rumahtangga
petani padi tidak searah dengan temuan sebelumnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena penelitian sebelumnya mengagregatkan wilayah timur Indonesia
sebagai satu pembahasan sehingga kurang bisa menggambarkan pola konsumsi di desa-desa di setiap provinsi yang ada di KTI.
7.3. Respon Perubahan Pendapatan