Analisis Usahatani Padi Keragaan Usahatani Padi

5.3.3. Analisis Usahatani Padi

Produksi padi merupakan hasil proses produksi dengan menggunakan berbagai input yang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan agroekosistem wilayah. Analisis usahatani padi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Analisis Usahatani Padi per Hektar di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 No Uraian Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Peserta Non Peserta Peserta Non Peserta 1. Produksi kgha 4 428.01 4 392.22 4 057.01 3 922.02 2. Biaya Rpha : a. Benih 166 143.51 3.85 152 864.94 3.65 170 236.11 3.19 234 326.98 5.08 b. Pupuk : Urea 235 843.75 5.46 188 277.71 4.50 187 175.00 3.50 200 466.96 4.35 SP-6 66 530.36 1.54 86 048.16 2.06 103 495.37 1.94 92 122.52 2.00 KCl 38 312.50 0.89 41 328.13 0.99 84 312.04 1.58 63 993.55 1.39 Ponska 153 051.49 3.54 173 575.15 4.15 107 916.67 2.02 92 395.83 2.00 c. Pestisida 172 663.51 4.00 181 893.00 4.35 138 347.22 2.59 114 187.00 2.48 d. Tenaga kerja : Pria 1 968 440.73 45.57 1 945 002.21 46.49 2 763 990.88 51.74 2 186 812.67 47.43 Wanita 995 902.85 23.06 896 125.01 21.42 1 356 273.72 25.39 1 102 429.02 23.91 e. Sewa traktor 492 327.50 11.40 470 553.37 11.25 364 592.59 6.82 474 655.56 10.30 f. Biaya lain 30 130.00 0.70 48 004.56 1.15 65 794.91 1.23 48 801.36 1.06 Total biaya 4 319 346.20 4 183 672.24 5 342 134.51 4 610 191.45 3. Penerimaan Rpha 9 649 211.68 9 941 938.35 8 842 943.56 8 726 026.25 4. Keuntungan Rpha 5 329 865.48 5 758 266.11 3 500 809.05 4 115 834.80 5. RC 2.23 2.38 1.66 1.89 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap biaya total Komponen biaya terbesar pada usahatani padi adalah biaya tenaga kerja terutama tenaga kerja pria yang mencapai 43.64 – 49.03 persen dari total biaya. Hal ini disebabkan usahatani padi lebih banyak menggunakan tenaga kerja pria terutama untuk kegiatan pengolahan lahan operator traktor, cabut bibit dan perontokan gabah diikuti dengan upah tenaga kerja wanita yang mencapai 21.92 – 25.82 persen dari biaya usahatani. Komponen upah tenaga kerja terbesar juga ditemukan pada penelitian Andriati dan Sudana 2007 dimana biaya tenaga kerja di Kabupaten Karawang mencapai lebih dari 75 persen, Sahara et al. 2007 juga mendapatkan proporsi upah tenaga kerja mencapai 76.49 persen dari total biaya usahatani padi sawah, sedangkan komponen upah pada usahatani padi lahan kering sebesar 52.36 persen Krismawati, 2007. Dengan tingginya komposisi upah maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan usahatani padi sawah memerlukan tenaga kerja relatif banyak intensive labor dimulai dari persiapan lahan hingga merontok gabah. Komponen upah tenaga kerja pria terbesar diperoleh pada upah panen dan merontok gabah yang dibayar dengan sistem bawon yang dikonversi ke harga gabah kering panen. System bawon yang berlaku di daerah penelitian adalah 7 : 1, artinya setiap tujuh bagian produksi dikeluarkan satu bagian sebagai upah tenaga kerja. Hasil konversi upah bawon gabah kering panen ke nilai rupiah menunjukkan bahwa upah sistem bawon lebih besar dari upah yang berlaku di pasar, dengan demikian berimplikasi terhadap struktur biaya tenaga kerja dengan proporsi lebih besar. Penggunaan input terbesar kedua adalah pupuk dengan kontribusi biaya sekitar 9.40 – 11.70 persen, sedangkan komponen biaya benih, pestisida dan biaya lainnya relatif lebih kecil, yaitu kurang dari 10 persen. Dilihat dari produktivitas maka produktivitas petani peserta Prima Tani lebih tinggi dari produktivitas petani bukan peserta Prima Tani baik di lahan irigasi maupun di lahan tadah hujan, namun jika dilihat dari nilai RC maka nilai RC petani peserta Prima Tani lebih rendah dari nilai RC petani bukan peserta baik di lahan irigasi maupun lahan tadah hujan. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang lebih tinggi karena petani peserta Prima Tani lebih banyak menggunakan pupuk Urea. Dengan melihat ratio antara penerimaan dan biaya maka RC petani peserta Prima Tani lahan sawah irigasi menjadi lebih kecil. Salah satu faktor pendukung tercapainya produktivitas yang lebih tinggi adalah adanya bimbingan dan perbaikan teknologi dalam Prima Tani. Bila metode ini dapat dilaksanakan maka permasalahan rendahnya produktivitas padi dapat diatasi dengan pendampingan dan adopsi teknologi spesifik lokasi. Sirappa et al. 2007 mengemukakan bahwa peran inovasi teknologi sangat nyata dalam usaha meningkatkan produktivitas padi. Dengan pendampingan dan penerapan teknologi dapat memberikan kontribusi yang dominan terhadap peningkatan produktivitas padi Las, 2003. Implikasi penting dari hasil ini adalah masih diperlukannya penelitian dan pengembangan teknologi spesifik lokasi dengan pendampingan teknologi dengan mengintensifkan peran penyuluh pertanian di pedesaan.

5.3.4. Usahatani Sayur