Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani 1. Pola Tanam Lahan Sawah

semata-mata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok keluarga. Gambaran kepemilikan lahan dan status petani disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Kepemilikan Lahan dan Status Petani Padi di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Kisaran Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta Jumlah orang Jumlah orang Jumlah orang Jumlah orang 1. Luas lahan ha : a. 0.25 – 0.50 29 36.25 25 31.25 41 56.94 18 25.50 b. 0.60 – 1.00 38 47.50 42 52.50 22 30.56 39 48.75 c. 1.10 – 1.50 7 8.75 5 6.25 8 11.11 9 11.25 d. 1.50 6 1.39 8 10.00 1 1.39 14 17.50 Rata-rata luas lahan 0.97 1.04 0.69 1.06 Status petani : a. Pemilik penggarap 74 92.50 79 98.81 60 83.33 71 88.75 b. Penggarap 6 7.50 1 1.19 12 16.67 9 11.25 Jumlah 80 100.00 80 100.00 72 100.00 80 100.00 5.2. Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani 5.2.1. Pola Tanam Lahan Sawah Usahatani padi sawah merupakan mata pencaharian pokok bagi petani di daerah penelitian baik di lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Meskipun demikian aktivitas petani pada usahatani tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditi saja, melainka n pada beberapa jenis komoditi baik yang diusahakan di lahan sawah maupun pada lahan kering. Hal ini dilakukan sebagai penunjang ekonomi keluarga apabila terjadi kemarau panjang atau adanya serangan hama dan penyakit karena usahatani padi rentan terhadap anomali iklim. Optimalisasi pengelolaan lahan sawah sangat ditentukan oleh ketersediaan air. Pada lahan sawah irigasi yang memiliki sumber air petani bisa mengelola lahan sawah hingga tiga kali tanam IP300 dengan pola padi – padi – padi atau padi – padi - palawija, namun pada lahan sawah tadah hujan air merupakan faktor pembatas bagi petani untuk memaksimalkan pengelolaan lahan secara optimal sehingga pola tanam petani lahan sawah tadah hujan adalah padi – padi –bera atau padi – palawija - bera. Ketersediaan supply air pada lahan sawah tadah hujan di daerah penelitian berasal dari air hujan dan sungai yang berjarak 1.19 km. Pada saat MT I2009 petani menggunakan air hujan untuk mengairi lahan sawah dan pada MT II2009 menggunakan penampungan air yang relatif tidak mencukupi areal persawahan karena curah hujan yang relatif kecil. Oleh karena itu usahatani pada MT II sebagian petani menggunakan air sungai dengan sistem pompanisasi. Pompanisasi air di daerah penelitian dikelola secara individu oleh petani yang mampu dan bagi petani yang menggunakan pompa dikenakan biaya sewa sebesar Rp10 000jam. Biaya pompanisasi ini memberatkan bagi petani yang kurang mampu karena untuk mengairi lahan sawah seluas 0.5 ha diperlukan air dengan sewa pompa sebanyak 15 jamminggu atau biaya yang diperlukan setiap minggu sebesar Rp 150 000. Berdasarkan hal ini maka petani yang menanam padi pada MT II2009 hanya 51.39 persen, sedangkan petani yang memiliki lahan jauh dari sumber air mengambil alternatif komoditas lain, yaitu dengan menanam komoditas selain padi seperti kedele, jagung, kacang tanah dan sayuran yang relatif tidak banyak memerlukan air seperti kebutuhan air pada komoditas padi sawah. Dengan adanya perbedaan ketersediaan air dan pilihan komoditi maka petani mempunyai pola tanam yang berbeda pada kedua jenis lahan sawah. Adapun pola tanam yang diterapkan oleh petani di daerah penelitian disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Petani Padi dan Penerapan Pola Tanam Lahan Sawah di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 orang Jenis Pola Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Tanam Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta 1. Padi – bera 16 20.00 8 10.00 17 21.25 9 11.25 2. Padi – padi 22 27.50 51 63.75 11 15.28 19 23.75 3. Padi – palawija 17 21.25 1 1.29 11 15.28 24 30.00 4. Padi – padi – palawija 19 23.75 10 12.50 26 36.11 9 11.25 5. Padi – palawija – Palawija 6 7.50 10 12.50 7 9.72 19 2.75 Jumlah 80 100.00 80 100.00 72 100.00 80 100.00 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Sebagian besar petani peserta Prima Tani lahan tadah hujan menerapkan pola tanam tiga kali setahun dengan pola tanam padi – padi – palawija. Di sisi lain jika lahan sawah jauh dari sumber air maka petani menerapkan pola tanam hanya dua kali yaitu padi - padi atau padi – palawija atau pada saat MT II lahan diberakan karena supply air kurang dan petani tersebut mempunyai lahan kering yang produktif sehingga untuk kebutuhan rumahtangga dapat dipenuhi dari hasil lahan kering. Petani lahan sawah irigasi bukan peserta Prima Tani lebih banyak mengelola lahan sawah dengan dua kali tanam, yaitu padi – padi. Dengan pola tanam yang lebih dari satu kali berarti petani telah berusaha mengoptimalkan lahan sehingga produktivitas tanaman dapat dipertahankan. Pola tanam padi – padi - palawijasayuranbera terutama rotasi tanaman serealia dengan leguminosa dapat memotong siklus hidup hama penyakit dan mempertahankan produktivitas tanaman. Selain itu pola tanam tersebut juga memberikan kesempatan kondisi fisik-kimia tanah recovery untuk mencegah kondisi kelelahan tanah soil fatique sehingga produktivitas lahan bisa terjaga Sitorus, 2004. 5.2.2. Diversifikasi Usahatani Menghadapi risiko gagal produksi maka petani tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditas saja melainkan juga mengusahakan berbagai komoditas baik pada lahan yang sama maupun pada lahan yang berbeda. Jenis lahan yang dimiliki oleh petani responden selain lahan sawah juga lahan kering. Beberapa komoditas yang diusahakan petani baik di lahan sawah maupun lahan kering adalah beberapa jenis sayuran, ubi kayu, ubi jalar dan beberapa tanaman tahunan seperti lada dan kakao. Diversifikasi usahatani dalam penelitian ini diartikan sebagai sikap atau tindakan petani menanam beberapa komoditas yang berbeda pada lahan yang sama atau lahan yang berbeda dalam waktu yang sama. Diversifikasi usahatani ini sangat dirasakan manfaatnya oleh petani sebagai penopang pendapatan rumahtangga. Secara empiris pendapatan diversifikasi usahatani sangat bervariasi tergantung pada jenis, produktivitas dan pasar komoditas yang bersangkutan. Terkait dengan aplikasi teknologi dan kondisi sumberdaya yang tersedia rata-rata produktivitas dan pendapatan diversifikasi usahatani pada agroekosistem lahan sawah umumnya lebih tinggi daripada agroekosistem lahan kering Sumaryanto, 2008. Usahatani sayuran pada lahan sawah dengan menggunakan sistem surjan, yaitu sistem pertanaman kombinasi padi sawah dengan tanaman sayuran dalam satu areal. Pada bagian lahan sawah dibuat gundukan-gundukan untuk menanam sayuran. Diversifikasi usahatani padi dengan usahatani tanaman sayuran lebih mendominasi usahatani yang dilakukan petani di daerah penelitian. Petani yang memilih komoditas sayuran lebih disebabkan dalam satu tahun bisa menanam dua hingga tiga kali, mudah dalam memasarkan produk dan bisa mengkonsumsinya. Pada umumnya petani melakukan diversifikasi usahatani dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja keluarga, permodalan, peranan usahatani dalam ekonomi rumahtangga, dan ketersediaan air Sumaryanto, 2006. Hasil kajian lapang tentang diversifikasi usahatani petani disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Petani Padi dalam Diversifikasi Usahatani di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 orang Jenis Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Diversifikasi Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta 1. Padi – + sayur 15 18.75 8 10.00 17 23.61 9 11.25 2. Padi + tanaman tahunan 4 5.00 1 1.25 5 6.94 3 3.75 3. Padi – padi – + sayuran 19 23.25 50 62.50 11 15.28 19 23.75 4. Padi – palawija - + sayuran 17 21.25 1 1.25 11 15.28 24 30.00 5. Padi – padi – palawija + sayuran 19 23.75 10 12.50 26 36.11 9 11.25 6. Padi – palawija – palawija – + sayuran 6 7.50 10 12.50 4 2.78 16 20.00 Jumlah 80 100.00 80 100.00 72 100.00 80 100.00 Keterangan : Tanda – menunjukkan pola tanam di lahan sawah Keterangan : Tanda + menunjukkan usahatani di pekarangan atau lahan kering Angka dalam kurung menunjukkan persentase Hasil wawancara dengan petani, ketua Gapoktan, petugas Prima Tani dan petugas pertanian lainnya yang ada di wilayah penelitian mengatakan bahwa pilihan komoditas dalam diversifikasi didasarkan atas beberapa alasan yang telah disarikan sebagai berikut : 1. Mengurangi adanya risiko produksi yang dihadapi rumahtangga bila hanya menanam satu komoditas saja usahatani padi, artinya untuk menghadapi kemungkinan gagal produksi dari usahatani padi rumahtangga masih tetap mendapatkan sumber pendapatan dari usahatani yang lain. 2. Beberapa komoditas pilihan tidak memerlukan biaya produksi yang tinggi dan relatif dapat dikerjakan dengan tenaga kerja dalam keluarga seperti beberapa jenis sayuran, cabai, tomat dan kacang tanah. 3. Beberapa komoditas tersebut relatif lebih mudah menanam dan memeliharanya serta tidak memerlukan banyak curahan waktu kerja. 4. Untuk tanaman tahunan memiliki keuntungan tinggi karena tanaman tetap menghasilkan walau tanpa masukan yang memadai. Hal ini ditunjang dengan harga produk yang cukup tinggi seperti harga lada bisa mencapai Rp 25 000 per kilogram pada tahun 2009. 5. Walau memiliki risiko mudah rusak, namun petani tetap menanam komoditas sayuran karena memiliki nilai guna yang lebih dibandingkan komoditas lainnya seperti palawija. Produksi sayuran selain dapat dijual untuk menambah pendapatan rumahtangga juga bisa untuk konsumsi keluarga sehingga produk sayuran bisa mengurangi pengeluaran rumahtangga. Disamping pengembangan beberapa komoditas berbasis lahan tersebut petani juga mengembangkan komoditas ternak. Ternak bagi petani di daerah penelitian merupakan asset rumahtangga terutama dari jenis ternak ruminansia sapi bali atau sebagai tabungan keluarga yang akan digunakan pada saat rumahtangga membutuhkan dana besar untuk pembelian perabot rumahtangga seperti kendaraan roda dua, televisi, lahan atau sebagai biaya perbaikan rumah, sedangkan jenis ternak unggas ayam dan itik merupakan salah satu sumber pendapatan dengan menjual ternak serta untuk konsumsi rumahtangga. Kepemilikan ternak ruminansia terutama sapi lebih banyak dimiliki oleh petani lahan sawah tadah hujan baik petani peserta maupun petani bukan peserta Prima Tani, sedangkan petani pada lahan sawah irigasi kepemilikan ternak lebih banyak dari jenis unggas ayam baik ayam kampung maupun ayam potong. Beberapa jenis kepemilikan ternak di tingkat rumahtangga petani ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-Rata Jumlah dan Nilai Ternak di Tingkat Rumahtangga Petani Padi di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Jenis Ternak Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Jumlah ekor Nilai Rp Jumlah ekor Nilai Rp Peserta Primatani : 1. Ruminansia : a. Sapi 1.53 6 112 500 3.15 15 700 660 b. Kambing 0.32 175 000 0.21 115 280 2. Unggas : a. Ayam 12.45 353 850 5.34 182 290 b. Itik 5.15 152 880 3.32 95 015 Bukan Peserta : 1. Ruminansia : a. Sapi 0.51 1 745 760 3.61 17 400 000 b. Kambing 0.56 454 385 0.66 432 500 2. Unggas : a. Ayam 95.51 372 750 9.80 325 560 b. Itik 3.05 83 305 1.81 67 090 3. Lainnya 0.11 64 475

5.3. Keragaan Usahatani Padi