Elastisitas Penawaran Output Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input

Pada umumnya elastisitas harga sendiri pangsa input bertanda negatif yang mengikuti hukum permintaan, yaitu dengan semakin tinggi harga suatu input maka permintaan terhadap input tersebut semakin berkurang, sedangkan tanda dari elastisitas harga silang tidak selalu searah dengan perubahan harga tetapi tergantung pada sifat dan hubungan antar input. Pada penawaran output nilai elastisitas harga sendiri bertanda positif, artinya bahwa semakin tinggi harga suatu output maka penawaran terhadap output itu sendiri semakin meningkat. Elastisitas harga silang menunjukkan hubungan antar variabel. Tanda negatif elastisitas harga silang pada pangsa output menunjukkan hubungan kompetitif dan apabila bertanda positif menunjukkan hubungan yang komplemen antar output, namun pada pangsa input berlaku sebaliknya.

6.3.1. Elastisitas Penawaran Output

Elastisitas penawaran output terhadap harganya sendiri pada lahan irigasi memiliki tanda positif dan terhadap harga input bertanda negatif. Elastisitas yang diperoleh bersifat inelastis dengan nilai elastisitas kurang dari satu. Pada lahan sawah tadah hujan elastisitas penawaran output terhadap harganya sendiri bertanda positif, sedangkan terhadap harga input bertanda negatif dan bersifat lebih elastis dibandingkan dengan elastisitas pada lahan irigasi. Dari tanda pada nilai elastisitas maka dapat dikatakan bahwa peningkatan harga padi dan harga sayur akan meningkatkan jumlah output yang ditawarkan. Proporsi penawaran padi lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi peningkatan penawaran sayur terhadap perubahan harga sendiri karena usahatani padi sebagai usahatani pokok sehingga perubahan harga output akan mempengaruhi petani mengambil keputusan produksi padi. Elastisitas harga sendiri komoditas padi di lahan sawah irigasi 0.6960 dan elastiistas harga sayur 0.5921 kurang elastis dibandingkan di lahan tadah hujan 0.8392 dan 0.7298. Hal ini mengindikasikan bahwa petani lahan sawah tadah hujan lebih responsif terhadap perubahan harga padi dibandingkan petani lahan irigasi. Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa harga padi bagi petani lahan sawah tadah hujan masih menjadi insentif ekonomi dibandingkan pada petani lahan sawah irigasi. Hal ini diduga adanya keterbatasan kondisi lahan sawah baik kesuburan lahan maupun ketersediaan air irigasi sehingga petani lebih merespon perubahan harga padi. Hasil yang sama dengan elastisitas harga padi yang inelastis diperoleh dari penelitian Sawit 1993 mendapatkan nilai elastisitas harga padi terhadap penawaran padi sebesar 0.607, Hartoyo 1994 memperoleh elastisitas harga padi yang kurang elastis yaitu 0.266, Susila 2005 mendapatkan elastisitas harga padi tidak elastis terhadap pangsa padi dengan nilai elastisitas 0.123, serta Siregar 2007 memperoleh elastisitas harga padi sebesar 0.452. Hasil-hasil tersebut mengimplikasikan bahwa petani terhadap perubahan harga padi kurang responsif, namun hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Nur 1999 mendapatkan elastisitas harga padi ladang di Provinsi Lampung yang elastis, yaitu sebesar 1.184. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa respon petani terhadap perubahan harga padi berbeda antar wilayah dan antar jenis lahan, dan petani pada lahan kering lebih responsif terhadap perubahan harga yang diakibatkan oleh keterbatasan sumberdaya lahan dan akses ke air irigasi. Elastisitas harga silang penawaran output memberikan tanda positif dan bersifat elastis antara perubahan harga sayur terhadap penawaran padi baik di lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan harga sayur digunakan untuk meningkatkan penawaran sayur dan penawaran padi dengan proporsi yang lebih kecil daripada proporsi penawaran sayur, di sisi lain jika harga padi meningkat maka penawaran padi meningkat dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penawaran sayur. Hasil yang diperoleh mengimplikasikan bahwa perubahan harga output akan mengubah pangsa output dengan proporsi yang lebih besar daripada perubahan pangsa output lainnya. Tanda positif dari nilai elastisitas harga silang antara padi dan sayur menandakan hubungan antara padi dan sayur merupakan produk yang saling melengkapi complementary dimana jika harga padi meningkat maka penawaran padi meningkat dan penawaran sayur juga meningkat. Hubungan komplementer juga diperoleh dari penelitian Hartoyo 1994 antara padi dengan kedelai dan ubi kayu, Siregar 2007 antara padi dengan kacang tanah dan kedelai. Elastisitas penawaran ouput terhadap harga input semua bertanda negatif dan bersifat inelastis pada kedua jenis lahan sawah. Terlihat bahwa nilai elastisitas terkecil adalah elastisitas harga pupuk terhadap penawaran padi masing- masing sebesar -0.0770 dan -0.0312, artinya perubahan harga pupuk terhadap produksi padi sangat kecil sehingga indikasi yang dapat diperoleh adalah bahwa harga pupuk tidak responsif bagi petani di dalam mengambil keputusan produksi karena didaerah penelitian petani membeli pupuk pada harga subsidi. Demikian pula dengan beberapa hasil penelitian yang lain menemukan bahwa pengaruh harga pupuk terhadap penawaran padi juga sangat kecil, seperti dilaporkan oleh Sawit 1993 yang mengestimasi penawaran padi terhadap harga pupuk sebesar -0.074, Nahraeni 2000 mengestimasi penawaran padi terhadap permintaan input pada usahatani padi Tabela mendapatkan nilai elastisitas penawaran padi terhadap pupuk Urea sebesar -0.0492, pupuk TSP sebesar -0.0153 dan pupuk KCl sebesar -0.0230 dan Nur 1999 mendapatkan elastisitas harga pupuk Urea terhadap penawaran padi ladang sebesar -0.024 dan pupuk TSP sebesar 0.017. Dari hasil-hasil penelitian tersebut mempunyai arti bahwa untuk meningkatkan produksi padi akan lebih efektif dengan meningkatkan harga padi dibandingkan dengan menurunkan harga pupuk atau meningkatkan subsidi pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana 2003a yang menyatakan bahwa kebijakan stabilitas harga padi merupakan instrumen yang cukup memberi andil dalam meningkatkan produksi padi. Elastisitas harga input terbesar pada penawaran padi adalah upah tenaga kerja pria dengan elastisitas sebesar -0.5399 dan -0.9848 masing-masing pada lahan irigasi dan tadah hujan. Penelitian Nur 1999 memperoleh elastisitas upah tenaga kerja pada usahatani padi ladang sebesar -0.596 dan hasil penelitian Chaudary et al. 1998 mendapatkan elastisitas tenaga kerja sebesar 1.12. Temuan ini mengimplikasikan bahwa peningkatan penawaran padi dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat upah terutama upah tenaga kerja pria karena tingginya proporsi biaya tenaga kerja pria. Pada dua jenis lahan sawah, besaran elastisitas keuntungan terhadap harga output bertanda positif dengan elastisitas keuntungan terhadap harga padi bersifat elastis 1.4354 di lahan sawah irigasi dan 2.1377 di lahan tadah hujan dan terhadap harga sayur bersifat inelastis yaitu sebesar 0.0977 dan 0.2616. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Sawit 1993 yang mendapatkan elastisitas keuntungan terhadap perubahan harga padi bersifat elastis dengan nilai 1.1189. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan harga padi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan usahatani jika dibandingkan dengan perubahan harga sayur. Elastisitas keuntungan terhadap harga padi bersifat elastis dan terhadap harga sayur bersifat inelastis. Hal ini terlihat dari struktur pendapatan rumahtangga petani bahwa proporsi pendapatan dari usahatani padi rata-rata 37.77 persen lahan irigasi dan 15.15 persen lahan tadah hujan, sedangkan kontribusi usahatani sayur terhadap pendapatan relatif kecil yaitu sebesar 14.33 persen lahan irigasi dan 5.31 persen lahan sawah tadah hujan. Kenyataan ini dapat disebabkan oleh areal tanam sayur yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas tanam padi dan usahatani sayur bukan sebagai usahatani pokok sehingga keuntungan usahatani sayur tidak responsif terhadap perubahan harga.

6.3.2. Elastisitas Permintaan Input