Tabel 8. Perkembangan Produksi Bahan Pangan Utama di Sulawesi Tenggara, Tahun 2000-2008
Padi Jagung
Ubi Kayu Tahun
Luas Panen ha
Produksi ton
Luas Panen ha
Produksi ton
Luas Panen ha
Produksi ton
2000 85 799
314 955 41 882
87 141 18 023
203 222 2001
71 497 263 477
28 771 60 385
13 430 152 817
2002 79 251
298 813 33 789
68 148 15 293
181 851 2003
91 230 334 307
37 927 87 650
15 174 210 742
2004 84 888
320 115 37 927
78 147 15 569
263 972 2005
91 585 339 847
32 665 73 153
14 820 256 467
2006 93 826
349 430 33 343
74 672 14 825
238 039 2007
110 498 423 316
40 975 97 037
14 933 239 271
2008 102 520
405 256 37 249
93 064 12 190
217 727 r tahun
2.90 4.02
0.05 2.68
-4.03 2.10
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Walaupun produksi padi menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, namun hal ini belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan utama di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan memperhitungkan jumlah produksi dan kebutuhan konsumsi beras per kapita per tahun, maka Provinsi Sulawesi Tenggara
masih mengalami defisit beras sebesar 40 384 ton pada tahun 2008 Darwanto, 2009. Meskipun defisit beras, tingkat pertumbuhan bahan pangan yang lain juga
mengalami peningkatan, yaitu produksi jagung meningkat rata-rata 2.68 persen per tahun dan produksi ubi kayu meningkat 2.10 persen per tahun. Hal ini
menyiratkan bahwa kedua komoditas tersebut masih menjadi bahan pangan alternatif bagi sebagian penduduk Sulawesi Tenggara.
2.3. Penelitian Terdahulu
2.3.1. Penelitian tentang Efisiensi
Efisiensi merupakan permasalahan utama dalam proses produksi sehingga banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang efisiensi usahatani. Terdapat
dua pendekatan yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat efisiensi
usahatani yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan fungsi keuntungan stokastik.
Efisiensi produksi dengan pendekatan fungsi produksi telah dilakukan oleh Ahmad et al. 2002 untuk menganalisis efisiensi produksi gandum di Pakistan.
Hasil penelitian usahatani gandum di Pakistan menunjukkan bahwa petani mencapai efisiensi teknis sebesar 68 persen dan 32 persen merupakan inefisiensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi diantaranya adalah jumlah anggota keluarga, pendidikan, pendapatan dan ukuran lahan yang mempunyai hubungan
negatif dengan inefisiensi, artinya bila faktor-faktor tersebut dapat dikurangi maka usahatani gandum akan semakin efisien.
Ogundari dan Ojo 2006 menganalisis efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi pada usahatani ubi kayu cassava di Osun State Nigeria
dengan menggunakan data dari 200 petani ubi kayu. Fungsi produksi stokastik dan fungsi biaya diaplikasikan untuk mengetahui efisiensi produksi dan efisiensi
alokatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu di Osun State Nigeria dalam skala pengembalian yang menurun dengan nilai return to scale
sebesar 0.84 yang berarti petani ubi kayu sudah efisien di dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Selain itu nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi
yang diperoleh rata-rata sebesar 0.90, 0.89 dan 0.81. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitiannya adalah bahwa usahatani ubi kayu skala kecil sudah efisien di
dalam mengalokasikan sumberdaya dengan keterbatasan yang dimiliki. Penelitian efisiensi produksi dengan menggunakan fungsi keuntungan
stokastik frontir telah dilakukan oleh Rahman 2003 yang menganalisis efisiensi produksi padi di Bangladesh. Studi tersebut mengestimasi efisiensi keuntungan
dengan metode maximum likelihood. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani adalah biaya tenaga kerja, ternak dan pupuk dimana
proporsi biaya tenaga kerja mendominasi biaya usahatani. Elastisitas keuntungan menunjukkan bahwa petani padi responsif terhadap perubahan harga padi dan
lahan yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas 1.92 dan 0.97. Petani padi beroperasi pada tingkat efisiensi 0.77 mengindikasikan bahwa petani masih dapat
meningkatkan keuntungan dengan memperbaiki efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Dengan tidak efisiennya petani berusahatani maka petani mengalami
kehilangan keuntungan dari faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi, yaitu status kepemilikan lahan, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, kontak
dengan penyuluh, tingkat infrastruktur, tingkat kesuburan tanah dan tingkat pendapatan dari luar pertanian. Implikasi kebijakan yang disarankan adalah
dengan memperbaiki infrastruktur pedesaan dan meningkatkan jasa penyuluhan. Di bidang peternakan, Nganga et al. 2010 menganalisis efisiensi usaha
ternak kecil di Kenya dengan mengaplikasikan fungsi keuntungan stokastik frontier. Dengan asumsi bahwa petani konsisten dengan keputusan untuk
memaksimalkan keuntungan dan inefisiensi keuntungan berbeda antar petani dengan adanya perbedaan sosial ekonomi maka analisis fungsi keuntungan
stokastik frontir menunjukkan bahwa biaya pakan dan biaya obat-obatan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keuntungan sedangkan inefisiensi
disebabkan oleh pengaruh dari umur, pendidikan, pengalaman dan ukuran usaha. Dengan hasil seperti itu maka peternak sapi baru mencapai efisiensi sebesar 0.60
sehingga implikasi penting dari penelitian tersebut adalah untuk mereduksi inefisiensi dilakukan dengan memperbaiki tingkat pendidikan petani.
2.3.2. Penelitian tentang Penawaran Output dan Permintaan Input