Elastisitas Permintaan Input Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input

keuntungan terhadap perubahan harga padi bersifat elastis dengan nilai 1.1189. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan harga padi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan usahatani jika dibandingkan dengan perubahan harga sayur. Elastisitas keuntungan terhadap harga padi bersifat elastis dan terhadap harga sayur bersifat inelastis. Hal ini terlihat dari struktur pendapatan rumahtangga petani bahwa proporsi pendapatan dari usahatani padi rata-rata 37.77 persen lahan irigasi dan 15.15 persen lahan tadah hujan, sedangkan kontribusi usahatani sayur terhadap pendapatan relatif kecil yaitu sebesar 14.33 persen lahan irigasi dan 5.31 persen lahan sawah tadah hujan. Kenyataan ini dapat disebabkan oleh areal tanam sayur yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas tanam padi dan usahatani sayur bukan sebagai usahatani pokok sehingga keuntungan usahatani sayur tidak responsif terhadap perubahan harga.

6.3.2. Elastisitas Permintaan Input

Dengan melihat respon permintaan input terhadap harganya sendiri pada Tabel 33 terlihat bahwa semua nilai elastisitas harga sendiri permintaan input bertanda negatif sesuai dengan yang diharapkan. Elastisitas harga sendiri permintaan pupuk relatif lebih kecil nilainya dibandingkan elastisitas permintaan tenaga kerja. Hal ni dapat diartikan bahwa petani kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk karena perubahan harga pupuk memberikan pengaruh yang relatif kecil terhadap permintaan pupuk. Elastisitas harga sendiri permintaan pupuk yang diperoleh sebesar -0.4278 dan -0.3805 dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan satu persen harga pupuk maka permintaan pupuk menurun 0.38 persen hingga 0.43 persen. Hasil ini berbeda dengan penelitian Siregar 2007 yang mendapatkan elastisitas harga sendiri permintaan pupuk yang lebih elastis, yaitu -0.968, tetapi sama dengan penelitian Sawit 1993 dan Susila 2005 yang mendapatkan elastisitas permintaan pupuk yang tidak elastis, yaitu -0.006 dan -0.155. Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa sebenarnya petani kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk dalam menentukan permintaan pupuk karena petani membeli pupuk pada harga yang disubsidi sehingga perubahan harga pupuk lebih disebabkan oleh perbedaan cara pembayaran. Elastisitas permintaan tenaga kerja pria menunjukkan nilai yang tinggi pada kedua jenis lahan, yaitu -0.6986 untuk lahan irigasi dan -0.6528 untuk lahan tadah hujan. Dari besaran angka yang diperoleh berimplikasi bahwa komponen tenaga kerja pria merupakan input yang paling penting pada usahatani padi karena usahatani padi merupakan usaha yang padat tenaga kerja. Terkait dengan kebijakan maka diperlukan adanya insentif upah harian pada usahatani tanaman pangan khususnya usahatani padi karena biaya tenaga kerja lebih dari 70 persen dari total biaya usahatani. Besaran dari elastisitas permintaan pupuk terhadap harga padi lebih elastis dibandingkan terhadap harganya sendiri dan bertanda positif, mempunyai arti bahwa untuk meningkatkan permintaan pupuk akan lebih efektif dengan meningkatkan harga padi dibandingkan dengan menurunkan harga pupuk. Elastisitas harga silang antara permintaan input dengan harga input lainnya di lahan tadah hujan memiliki tanda negatif, sedangkan di lahan irigasi upah tenaga kerja wanita dengan permintaan pupuk memberikan tanda positif. Permintaan tenaga kerja pria terhadap perubahan harga input harga pupuk, upah tenaga kerja pria dan upah tenaga kerja wanita bersifat elastis dan bertanda negatif, artinya petani akan segera mengubah permintaan tenaga kerja apabila terjadi perubahan harga input. Jika melihat besaran elastisitas keuntungan terhadap harga input menunjukkan tanda yang negatif, artinya semakin tinggi harga input maka keuntungan yang diperoleh semakin berkurang. Terhadap harga pupuk elastisitas keuntungan mempunyai nilai paling kecil diantara harga input lainnya yaitu sebesar -0.0807 di lahan irigasi dan -0.1683 di lahan tadah hujan. Implikasi penting dari nilai tersebut adalah dengan meningkatnya harga pupuk satu persen akan mengurangi keuntungan usahatani dengan proporsi yang sangat kecil 0.08 hingga 0.17 persen, namun jika upah tenaga kerja pria meningkat satu persen maka keuntungan usahatani akan berkurang dengan presentase yang lebih besar, yaitu 0.30 hingga 0.77 persen. Elastisitas keuntungan terhadap upah tenaga kerja terlihat besar pada upah tenaga kerja pria pada lahan tadah hujan, yaitu 0.7706. Dilihat dari fakta di lapangan upah tenaga kerja pria menduduki posisi teratas dari komponen biaya usahatani sehingga dampak dari kenaikan upah tenaga kerja akan mengurangi pendapatan usahatani secara signifikan. Oleh karena itu diperlukan pemberian insentif upah bagi petani yang berusahatani untuk menjaga kestabilan pendapatan rumahtangga.

VII. PERILAKU KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

Pengelompokan rumahtangga untuk analisis pola konsumsi dibedakan antara rumahtangga berdasarkan agroekosistem lahan sawah. Dari hasil uji-t diperoleh bahwa struktur pengeluaran rumahtangga tidak berbeda nyata antara rumahtangga petani peserta dan rumahtangga petani bukan peserta Prima Tani baik di lahan sawah irigasi maupun di lahan sawah tadah hujan, oleh karena itu analisis konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga petani tidak membedakan antara keikutsertaan petani di dalam kegiatan Prima Tani. Selanjutnya pengelompokan rumahtangga juga dibedakan berdasarkan respon produksi yang ditangkap melalui efisiensi keuntungan untuk menggambarkan pengaruh keuntungan usahatani terhadap konsumsi rumahtangga. Pengelompokan ini didasarkan dari hasil analisis efisiensi keuntungan, dipisahkan antara rumahtangga yang memiliki efisiensi keuntungan rendah nilai efisiensi kurang dari atau sama dengan 0.70 dan rumahtangga yang memiliki efisiensi keuntungan tinggi nilai efisiensi lebih dari 0.70 pada semua jenis lahan. Konsumsi rumahtangga dalam penelitian ini dikembangkan dari teori permintaan rumahtangga petani terhadap barang produksi rumahtangga, barang yang dibeli di pasar dan waktu luang. Permintaan barang pasar dibedakan menjadi permintaan pangan yang dibeli dan permintaan non pangan sehingga fungsi permintaan rumahtangga mencakup permintaan pangan, non pangan dan waktu luang bagi anggota rumahtangga pria dan wanita. Dalam analisis ekonometrika permintaan rumahtangga disusun dalam model sistem permintaan yang terdiri dari enam persamaan pangsa permintaan,