Efisiensi Keuntungan Usahatani Estimasi Parameter Fungsi Keuntungan Stokastik Frontir

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa harga input produksi harga pupuk dan upah tenaga kerja berpengaruh nyata dengan tanda negatif pada semua agroekosistem lahan sawah kecuali pada petani peserta Prima Tani yang menunjukkan tidak nyata, hal ini mengimplikasikan bahwa kebijakan harga pupuk tidak efektif bagi petani karena kenaikan harga pupuk akan mengurangi keuntungan usahatani. Variabel tetap, yaitu biaya lainnya yang merupakan penjumlahan dari biaya pestisida dan iuran air menunjukkan pengaruh yang nyata dengan tanda positif pada semua agroekosistem lahan sawah mengartikan bahwa keuntungan usahatani dapat ditingkatkan dengan pengendalian hama penyakit serta kontinuitas pengairan. Variabel interaksi dalam fungsi keuntungan stokastik menggambarkan hubungan antar variabel secara bersama-sama mempengaruhi efisiensi keuntungan. Hasil analisis memperihatkan bahwa interaksi variabel harga memberikan pengaruh yang berbeda pada semua kelompok petani baik pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Dari variabel interaksi tersebut terlihat bahwa interaksi variabel harga padi berpengaruh nyata pada semua kelompok petani. Dari pengaruh harga padi baik secara individu maupun secara interaksi yang berbeda nyata maka hal tersebut mengindikasikan bahwa harga padi masih dominan pengaruhnya terhadap keuntungan usahatani yang dilakukan oleh petani.

6.1.1. Efisiensi Keuntungan Usahatani

Untuk mengetahui efisiensi keuntungan usahatani dilakukan dengan menganalisis fungsi keuntungan dengan Frontir 4.1 yang memberikan nilai efisiensi keuntungan seperti pada Tabel 30 contoh hasil estimasi disajikan pada Lampiran 5. Efisiensi keuntungan diartikan sebagai tingkat keuntungan dari usahatani padi dan usahatani sayur yang diperoleh oleh petani padi pada tingkat harga dan input tertentu. Sebagian besar petani pada kedua jenis lahan sawah lebih dari 50 persen baik petani peserta maupun petani bukan peserta Prima Tani telah beroperasi pada daerah frontir dengan nilai efisiensi lebih dari 0.70. Tabel 30. Nilai Efisiensi Keuntungan Usahatani Padi dan Usahatani Sayur di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Kisaran Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Nilai Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta Efisiensi Frek. Frek. Frek. Frek. 0.0000 ≤ 0.4000 1 1.25 0.00 7 9.39 2 2.50 0.4100 – 0.5000 1 1.25 3 3.75 5 6.94 1 1.25 0.5100 – 0.6000 4 5.00 7 8.75 6 8.33 1 1.25 0.6100 – 0.7000 5 6.25 15 18.75 12 16.67 7 8.75 0.7100 – 1.0000 69 86.25 55 68.75 42 58.33 69 86.25 Efisiensi terendah 0.3392 0.4853 0.3253 0.3159 Efisiensi tertinggi 0.9765 0.9967 0.9898 0.9458 Efisiensi rata-rata 0.8775 0.7944 0.7600 0.8241 Keterangan : Frek = frekuensi Efisiensi keuntungan petani peserta Prima Tani lahan sawah irigasi memiliki nilai efisiensi keuntungan tertinggi dibandingkan dengan petani lainnya dengan rata-rata 0.8775 dengan kisaran antara 0.3392 - 0.9765. Petani peserta Prima Tani lahan irigasi mempunyai keuntungan yang lebih tinggi diduga dengan mengikuti program Prima Tani petani mendapat arahan untuk memperbaiki teknologi produksi sehingga produktivitas usahatani padi dan sayur dapat lebih tinggi dari petani bukan peserta Prima Tani. Dengan meningkatnya produktivitas maka akan meningkatkan keuntungan sehingga efisiensi keuntungan dapat lebih mendekati frontirnya. Di sisi lain, efisiensi keuntungan pada petani peserta Prima Tani lahan sawah tadah hujan tidak dapat mencapai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan petani bukan peserta, walaupun secara rata-rata efisiensi keuntungan yang diperoleh sudah lebih dari 0.70. Rendahnya efisiensi keuntungan petani peserta Prima Tani lahan sawah tadah hujan disebabkan oleh biaya produksi pada usahatani padi lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh lebih rendah. Selain itu, rendahnya efisiensi keuntungan juga disebabkan oleh jumlah petani yang memiliki efisiensi kurang dari 0.70 sebanyak 41.67 persen. Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan peserta. Jika dilihat dari nilai rata-rata efisiensi tersebut berarti petani hanya mampu mencapai keuntungan sebesar 76.00 hingga 87.75 persen dari keuntungan maksimal dan terdapat 12.75 hingga 24.00 persen keuntungan yang belum bisa dicapai oleh petani karena adanya efek inefisiensi. Dari variabel yang nyata mempengaruhi efisiensi keuntungan mencerminkan bahwa peran harga padi khususnya harga gabah kering panen masih diperlukan sebagai insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan keuntungan usahatani. Uji statistik dari efisiensi yang diperoleh antara petani peserta dan petani bukan peserta Prima Tani pada lahan sawah irigasi berbeda nyata pada taraf 95 persen t-hitung = 3.61 dan probabilitas = 0.00 sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan produksi padi dan sayuran dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi spesifik lokasi. Demikian juga dengan hasil uji-t efisiensi keuntungan pada lahan sawah tadah hujan antara petani peserta dan bukan peserta Prima Tani secara statistik berbeda nyata pada taraf 95 persen t-hitung = 2.134 dan probabilitas = 0.035. Rendahnya jumlah petani yang mencapai efisiensi dapat disebabkan oleh penggunaan input produksi, terutama pupuk pada usahatani padi yang berlebih. Interpretasi dari hasil tersebut adalah dapat direkomendasikan bahwa peningkatan produktivitas dan keuntungan usahatani pada lahan sawah dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi produksi dan penyediaan air irigasi sehingga masih diperlukan perbaikan jaringan irigasi atau pengadaan sarana air atau embung air khususnya pada lahan sawah tadah hujan. Beberapa hasil penelitian dengan menganalisis efisiensi keuntungan dilakukan oleh Wang et al. 1996 memperoleh rata-rata efisiensi keuntungan 0.62 dengan kisaran 0.60 – 0.93 untuk rumahtangga petani di pedesaan Cina, Rahman 2003 mendapatkan tingkat efisiensi keuntungan petani padi di Bangladesh rata- rata 0.77 dengan variasi 0.59 – 0.83 dan Kolawole 2006 mendapatkan tingkat efisiensi keuntungan usahatani padi di Nigeria sebesar 0.60 yang bervariasi antara 0.20 – 0.93.

6.1.2. Sumber-Sumber Inefisiensi Keuntungan