Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan

arah pemenuhan gizi keluarga yang dapat diperoleh dengan mendiversifikasi bahan pangan. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Abdulai et al. 1999 bahwa pendidikan kepala keluarga mempengaruhi konsumsi pangan di daerah perkotaan di India. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di daerah pedesaan yang didominasi oleh petani, tingkat pendidikan kepala keluarga belum bisa mempengaruhi pola konsumsi pangan rumahtangga yang mengarah kepada kecukupan gizi anggota keluarga. Disamping itu infrastruktur pedesaan yang belum terbenahi dengan baik seperti jalan desa, jasa listrik dan pasar desa pada hari-hari tertentu dapat menghambat akses rumahtangga terhadap informasi jenis pangan yang tidak diproduksi oleh rumahtangga petani.

7.1.2. Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan

Hasil estimasi model permintaan rumahtangga yang mencakup permintaan pangan, non pangan dan waktu luang petani padi lahan sawah tadah hujan disajikan pada Tabel 35. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sistem sebesar 0.4635 artinya 46.35 persen proporsi pengeluaran rumahtangga dipengaruhi oleh tingkat harga dan upah. Hal ini dapat diamati dari 60 koefisien regresi terdapat 44 koefisien 73.33 persen memiliki tanda yang nyata pada tingkat 90 hingga 99 persen. Dari enam persamaan pangsa pengeluaran terlihat bahwa variabel harga padi hanya mempengaruhi pangsanya sendiri dan tidak mempengaruhi pangsa pengeluaran lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi rumahtangga selain konsumsi padi tidak bergantung dari perubahan harga padi. Di sisi lain, harga sayur akan mempengaruhi permintaannya sendiri dan pangan yang dibeli Tabel 35. Estimasi Parameter Fungsi Pangsa Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Pangsa Permintaan Variabel Independen Padi Sayur Pangan yang Dibeli Non Pangan Luang TK Pria Luang TK Wanita 1. Intersep -0.8738 -0.0858 0.2444 0.0248 1.2743 0.4161 2. Harga gabah 0.0093 0.0013 -0.0002 0.0037 -0.0034 -0.0107 3. Harga sayur 0.0013 0.0017 0.0034 0.0027 -0.0031 -0.0059 4. Harga pangan dibeli -0.0002 0.0034 0.0846 0.0436 -0.0746 -0.0568 5. Non pangan 0.0037 0.0027 0.0436 0.0685 -0.0746 -0.0438 6. Upah TK pria -0.0034 -0.0031 -0.0746 -0.0746 0.4229 -0.2672 7. Upah TK wanita -0.0107 -0.0059 -0.0568 -0.0438 -0.2672 0.3844 8. Pendapatan 0.1414 0.0126 -0.0374 -0.0102 -0.0976 -0.0088 9. Jumlah anggota keluarga 0.7621 0.0816 -0.1349 0.0461 -0.4602 0.1009 10. Pendidikan KK 0.3268 0.0310 -0.0681 -0.0036 -0.1520 0.1085 Keterangan : = nyata pada taraf 95 persen Keterangan : = nyata pada taraf 99 persen dengan tanda positif. Hasil ini mengindikasikan bahwa meskipun usahatani sayur bukan usahatani pokok, namun bila harga sayur meningkat maka pendapatan petani juga akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan dari usahatani sayur akan dialokasikan untuk meningkatkan pangan yang dibeli, sedangkan terhadap konsumsi sayur sendiri pangsanya meningkat dengan meningkatnya harga sayur. Variabel pendapatan berpengaruh nyata dengan tanda positif terhadap pangsa permintaan padi dan sayur, bertanda negatif terhadap pangsa pangan yang dibeli, konsumsi non pangan serta waktu luang. Hal ini menyiratkan bahwa apabila pendapatan meningkat maka pengsa pengeluaran padi dan sayur juga meningkat tetapi pangsa pangan yang dibeli, pangsa konsumsi non pangan dan waktu luang akan menurun. Pernyataan ini menggambarkan bahwa padi dan sayur masih merupakan pangan pokok dan merupakan barang normal serta pola konsumsi pangan keluarga petani cenderung belum mengarah ke ragam pangan yang dibeli. Dengan pendapatan yang meningkat maka tenaga kerja akan mengurangi waktu luang untuk bekerja baik di usahatani maupun di luar usahatani untuk mendapatkan upah. Variabel demografi rumahtangga nyata mempengaruhi pangsa pengeluaran rumahtangga petani kecuali konsumsi non pangan. Jumlah anggota keluarga nyata mempengaruhi konsumsi pangan produksi rumahtangga dengan tanda positif serta konsumsi pangan yang dibeli dengan tanda negatif, artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi padi dan sayur meningkat, sedangkan konsumsi pangan yang dibeli menurun. Yang menarik dari perubahan variabel demografi adalah signifikan dengan tanda negatif terhadap waktu luang pria dan positif terhadap luang wanita. Ini menyiratkan bahwa dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga maka kepala keluarga akan mengurangi waktu luang, sedangkan semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga akan semakin sedikit waktu luang, sebaliknya bagi wanita akan lebih banyak mengalokasikan waktu untuk kegiatan rumahtangga. Bila dicermati dari hasil penelitian ini koefisien upah tenaga kerja mempunyai tanda yang berkebalikan antara tenaga kerja pria dan wanita terhadap waktu luang tenaga kerja. Bila upah tenaga kerja pria meningkat maka kepala keluarga akan meningkatkan waktu luang, tetapi tidak bagi ibu rumahtangga. Namun bila upah tenaga kerja wanita meningkat maka ibu rumahtangga akan mengurangi waktu bekerja dan lebih banyak luang, sedangkan kepala keluarga akan lebih giat bekerja. Hal ini dapat dipandang bahwa pada tingkat pendapatan tertentu pekerja pria dan wanita saling mendukung guna memperoleh pendapatan. Temuan serupa juga diperoleh pada penelitian Sawit 1993 dan Susila 2005 dimana upah tenaga kerja pria berpengaruh nyata dengan tanda positif terhadap waktu luang tenaga kerja pria dan berpengaruh negatif terhadap waktu luang tenaga kerja wanita.

7.2. Respon Perubahan Harga