Pemilihan bibit Penentuan jenis kelamin

Gambar 13 Obat-obatan dan multivitamin jalak bali di Penangkaran UD Anugrah.

5.1.6 Teknik reproduksi

Reproduksi jenis-jenis satwa liar yang dilakukan secara intensif dalam penangkaran, memiliki proses pemeliharaan yang pada dasarnya sama dengan pengembangbiakan pada hewan ternak Thohari 1987. Menurut Setio dan Takandjandji 2007, reproduksi merupakan kunci keberhasilan dalam penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas. Pengetahuan tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan guna menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai harapan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola, aspek reproduksi yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah meliputi pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin dan pembesaran piyik.

5.1.6.1 Pemilihan bibit

Salah satu langkah pertama dalam memulai beternak jalak bali adalah menyeleksi atau memilih bibit unggulan yang nantinya akan dipelihara atau dikembangbiakan. Tujuan dari seleksi bibit ini adalah untuk mendapatkan bakalan jalak bali yang benar-benar bagus dan sehat sehingga nantinya dapat menghasilkan jalak bali yang berkualitas baik. Apabila bibit jalak bali yang digunakan kualitasnya buruk, seberapa pun bagusnya kualitas pemeliharaan yang telah diberikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Di Penangkaran UD Anugrah, pemilihan bibit jalak bali untuk dijadikan indukan harus sehat dan tidak cacat. Menurut Mas’ud 2010, pemilihan bibit jalak bali yang dijadikan sebagai indukan harus sehat, energik aktif, nafsu makannya baik, kotorannya tidak keras atau tidak encer, mata jernih, bulu halus, bulu bersih putih mengkilat, dan gerakannya lincah. Selain itu, pemilihan bibit di Penangkaran UD Anugrah untuk jantan usia minimal berumur satu tahun dan untuk betina usia minimal delapan bulan.

5.1.6.2 Penentuan jenis kelamin

Salah satu bentuk aktivitas yang sangat penting dan harus dilakukan dalam beternak jalak bali adalah melakukan identifikasi jenis kelamin jalak bali yang dikenal dengan istilah sexing. Identifikasi jenis kelamin ini sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan perbedaan perlakuan yang harus diberikan pada jalak bali jantan dengan jalak bali betina setelah memasuki masa birahi. Selain itu, identifikasi jenis kelamin ini sangat berguna sewaktu akan dilakukan proses perkawinan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan indukan, baik pada jantan maupun pada betina yang dijodohkan. Bagi sebagian orang, sexing ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Sebab, tampilan luar antara jalak bali jantan dan jalak bali betina memang nyaris tidak jauh berbeda. Mas’ud 2010 juga menyebutkan jalak bali termasuk burung monomorfik yang memiliki tampilan luar relatif sama, maka membedakan jenis kelamin antara burung jantan dan betina relatif sulit. Penangkaran UD Anugrah mempunyai cara sendiri dalam menentukan jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina pada jalak bali yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Ciri-ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina di Penangkaran UD Anugrah No Ciri morfologi Jantan Betina 1 Postur tubuh Tampak lebih besar Tampak lebih ramping 2 Bulu di paruh Lebih panjang dan tegak ke atas Pendek dan datar 3 Kuncir Lebih panjang Pendek Untuk mengetahui perbedaan nyata dari jalak bali jantan dan jalak bali betina, dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Jalak bali jantan kanan dan jalak bali betina kiri. Selain ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina, Penangkaran UD Anugrah juga melihat dari aktivitasnya. Aktivitas jalak bali jantan lebih aktif daripada aktivitas jalak bali betina. Mas’ud 2010 menambahkan, perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina adalah jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki volume suara yang lebih besar dan bervariasi. Pada musim kawin juga terlihat perbedaan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Kurniasih 1997, pada musim kawin jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina.

5.1.6.3 Pengaturan kawin