Pengaturan kawin Teknik reproduksi

Gambar 14 Jalak bali jantan kanan dan jalak bali betina kiri. Selain ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina, Penangkaran UD Anugrah juga melihat dari aktivitasnya. Aktivitas jalak bali jantan lebih aktif daripada aktivitas jalak bali betina. Mas’ud 2010 menambahkan, perbedaan antara jalak bali jantan dan jalak bali betina adalah jalak bali betina kicauannya kurang rajin dan kurang bervariasi serta volume suaranya lebih kecil dibandingkan dengan jalak bali jantan yang memiliki volume suara yang lebih besar dan bervariasi. Pada musim kawin juga terlihat perbedaan antara jalak bali jantan dengan jalak bali betina. Menurut Kurniasih 1997, pada musim kawin jalak bali jantan lebih agresif dari pada jalak bali betina.

5.1.6.3 Pengaturan kawin

Pengaturan kawin terhadap jalak bali yang berada di Penangkaran UD Anugrah adalah dengan mengawinkan satu jantan dengan satu betina dalam satu kandang reproduksi. Jalak tergolong hewan monogamus yang hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin sehingga sex rasionya adalah 1:1 Mas’ud 2010. Proses perkawinan jalak bali menurut pengelola Penangkaran UD. Anugrah terjadi setiap bulan dengan frekuensi telur yang dihasilkan antara 2 – 4 telur. Jalak bali yang akan dijadikan induk, sebelumnya dilakukan tahap penjodohan. Cara tersebut adalah melepas beberapa pasang jalak bali dewasa di kandang pembesaran, jalak bali dibiarkan memilih pasangannya sendiri. Jalak bali yang sudah berjodoh ditandai selalu berdua dengan pasangannya dan berkicau sahut menyahut. Setelah itu, jalak bali yang sudah memilih jodoh dipindahkan ke kandang kawin kemudian jika tidak memperlihatkan tanda-tanda kawin maka salah satu induk diambil dan diganti dengan pasangan yang lain. Menurut Mas’ud 2010, dalam proses perkawinan intensitas perawatan kandang harus dikurangi dan faktor-faktor gangguan sedapat mungkin harus dihindari karena jika terdapat gangguan, pasangan jalak bali seringkali memperlihatkan sifat tidak mau bertelur, enggan mengerami telur atau bahkan kanibalisme. Setelah melakukan perkawinan dan mengeluarkan telur, jalak bali jantan dan jalak bali betina akan mengerami telur dengan masa pengeraman 14 – 18 hari. Jalak bali betina mengeluarkan satu telur per hari dan terus berlanjut hingga jumlah telur di tubuhnya habis. Berdasarkan hasil pengamatan, proses mengeluarkan telur terjadi pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB. Pengeraman telur dilakukan pada waktu hari pertama mengeluarkan telur dengan frekuensi pengeraman paling banyak pengeraman dilakukan oleh jalak bali betina. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, terdapat kasus dimana telur berhasil menetas, tetapi anaknya mati setelah menetas. Menurut Forum Agri 2012, terdapat binatang pengganggu yang masuk ke dalam sarang. Solusi untuk hal ini, begitu telur-telur sudah menetas, peternak harus rajin memperhatikan atau mengawasi keadaan sarang dalam jarak yang tidak terlalu dekat, sehingga apabila terjadi hal-hal yang mencurigakan bisa langsung ditangani.

5.1.6.4 Pembesaran piyik