Teknik adaptasi Manajemen pemanfaatan hasil

Pemasangan cincin dilakukan terhadap piyik yang berumur tujuh hari pada kaki kiri. Menurut Setio dan Takandjandji 2007, pemasangan cincin kepada piyik yang masih berumur muda dilakukan agar tidak merusak kakinya serta pemasangan cincin di sebelah kiri karena kaki kiri sering dipakai untuk bertumpu sedangkan kaki kanan dipakai untuk mengambil, memegang atau menjepit makanan.

5.1.7 Teknik adaptasi

Teknik adaptasi dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah kepada jalak bali yang baru didatangkan ke dalam lingkungan penangkaran yang baru. Proses adaptasi satwa bagi jalak bali diletakkan di dalam kandang karantina yang bertujuan untuk mengurangi rasa stres pada burung. Kandang karantina yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah sama dengan kandang soliter. Menurut Mas’ud 2010, adaptasi di kandang karantina hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain. Lama proses adaptasi jalak bali di kandang soliter yang pernah dilakukan oleh Penangkaran UD Anugrah selama 2 – 7 hari. Menurut Turut 2011, dalam menjinakkan burung yang didatangkan dari luar terdapat beberapa cara, diantaranya: a. Harus diupayakan mandi di tempat mandi khusus burung. b. Jangan terlalu sering membuatnya terkejut. c. Harus dijauhkan dari gangguan lingkungan, baik pada siang dan malam hari. Selain itu, penggunaan kandang karantina juga digunakan bagi jalak bali yang menderita penyakit. Pemisahan ini dilakukan agar penyakit yang diderita tidak menular ke jalak bali yang lain dan agar bisa segera mendapatkan perawatan yang semestinya. Perlakuan yang diberikan oleh pengelola Penangkaran UD Anugrah terhadap jalak bali yang berada di kandang karantina adalah sama seperti perlakuan pada burung lainnya yaitu memberi makan, minum dan pemberian obat-obatan serta vitamin.

5.2.8 Manajemen pemanfaatan hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Penangkaran UD Anugrah, jalak bali yang dimanfaatkan digunakan sebagai satwa peliharaan dan indukan penangkaran. Menurut Hermawan 2012, jalak bali banyak diminati oleh konsumen karena penampilannya yang indah dan elok. Syarat jalak bali yang diperdagangkan adalah sehat dan tidak ada cacat. Jalak bali yang berumur tiga bulan dijual dengan harga Rp. 5.000.000,- per ekor lengkap dengan cincin, sertifikat dan SATS-DN. Jalak bali yang telah berpasangan dijual oleh Penangkaran UD Anugrah dengan harga 9 – 20 juta per pasang. Pemakaian cincin dilakukan pengelola kepada jalak bali yang berumur tujuh hari. Jalak bali yang sudah dibeli, dibawa oleh konsumen dengan kandang soliter yang dipakaikan dengan kerodong. Kerodong adalah kain yang digunakan menutup kandang soliter agar burung yang dibawa tidak stres. Perbedaan harga yang dijual selain syarat utama yaitu sehat dan tidak ada cacat serta syarat yang lain yaitu dari perbedaan umur jalak bali yang ditangkarkan. Untuk mengetahui bentuk cincin dan sertifikat yang terdapat di Penangkaran UD Anugrah dapat dilihat pada Gambar 16 a dan b. Gambar 16 a Cincin jalak bali; b Sertifikat penjualan jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah. Pemasaran jalak bali di Penangkaran UD. Anugrah masih secara sederhana dalam melakukan promosi kepada konsumen karena promosi hanya dilakukan secara lisan antara penggemar burung. Konsumen yang tertarik dengan jalak bali yang terdapat di Penangkaran UD. Anugrah, datang ke penangkaran dan memilih jalak bali yang diminati olehnya.

5.2 Ukuran keberhasilan dalam kegiatan penangkaran jalak bali di

Penangkaran UD Anugrah Dalam suatu usaha penangkaran, khususnya penangkaran jalak bali keberhasilan dalam mengembangbiakkan jalak bali hingga memperoleh bibit yang baru adalah hal yang mutlak untuk diperoleh apabila penangkaran tersebut ingin terus berjalan. Jalak bali yang ditangkarkan oleh suatu penangkaran harus sehat dan tidak cacat, hal ini akan berakibat dengan kualitas jalak bali dan bibit jalak bali yang dihasilkan. Berikut persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan induk jalak bali dan angka kematian piyik dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Persentase dan kriteria tingkat daya tetas telur, perkembangbiakan dan angka kematian jalak bali di Penangkaran UD Anugrah No Tahun Persentase Daya tetas telur Perkembangbiakan induk jalak bali Angka kematian 1 2009 50 40 25 2 2010 50 50 25 3 2011 50 70 25 4 2012 50 100 25 Rata-rata 50 65 25 Kriteria Sedang Tinggi Rendah Berdasarkan tabel 14, daya tetas telur diperoleh sebanyak 50 dengan kategori sedang. Daya tetas telur diperoleh dari telur yang ditetaskan dibagi dengan jumlah total telur yang ada. Jalak bali di Penangkaran UD Anugrah mampu menghasilkan telur antara 2 – 4 telur, namun yang dapat ditetaskan berjumlah 1 – 2 telur. Persentase perkembangbiakan induk jalak bali di Penangkaran UD Anugrah tergolong tinggi yaitu 65. Hal ini diduga karena pengelolaan jalak bali di Penangkaran UD Anugrah telah cukup berhasil untuk membuat jalak bali di penangkaran tersebut menghasilkan telur serta bertambahnya indukan jalak bali yang mampu berkembangbiak menyebabkan nilai dari tingkat perkembangbiakan menjadi tinggi. Angka kematian piyik yang berada di Penangkaran UD Anugrah tergolong rendah yaitu 25. Hal ini dikarenakan pada saat umur piyik sekitar 3 – 7 hari telah dipisahkan lebih awal agar mencegah kematian piyik akibat dipatuk oleh induknya serta nilai tersebut