ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, daramerpati, bebekitik, dan pelepasan burung
merpati. - Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong
serta kemenyan. Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga dan relasi
d. Upacara Brobosan
Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan
penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman
rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Tradisi Brobosan dilangsungkan secara
berurutan sebagai berikut: 1 peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2
anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka mrobos
selama tiga kali dan searah jarum jam, 3 urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih
muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.
4.2.2 Upacara Adat Kelahiran Suku Jawa
Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka. Salah satu tradisi kelahiran
dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut: a
Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima
macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
b Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng
among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam. Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan
pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama,
famili dan keluarga terdekat.
4.2.3 Upacara Pernikahan Suku Jawa
Pesta pernikah adat Jawa mempunya beraneka ragam tradisi. Pemaes, dukun pengantin perempuan di mana menjadi pemimpin dari acara pernikahan, itu
sangat penting. Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya
dia juga menyewakan pakaian pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta pernikahan.
Banyak yang harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan. Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai. Besarnya
panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya tamu yang di undang 300, 500, 1000 atau lebih. Sesungguhnya upacara pernikahan itu
merupakan pertunjukan besar. Panitia mengurus seluruh persiapan perkawinan: protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi dari
ruangan resepsi, pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka, transportasi, komunikasi dan keamanan. Persiapan yang paling penting adalah Ijab catatan
agama dan catatan sipil, dimana tercatat sebagai pasangan suami istri. Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah
orangtua wanita dihias dengan Tarub dekorasi tumbuhan, terdiri dari berbeda Tuwuhan tanaman dan daun.
a Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak berarti: Suami akan
menjadi pemimpin yang baik di keluarga. Pohon pisang sangat mudah tumbuh dimana saja. Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia
dimana saja.
b Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk
bantuan nikah. c
Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.
d Bentuk daun seperti beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap srep berarti:
Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga. bekletepe di atas pintu gerbang berarti menjauhkan dari gangguan roh jahat dan
menunjukan di rumah mana pesta itu diadakan. e
Kembar Mayang adalah karangan dari bermacam daun sebagian besar daun kelapa di dalam batang pohon pisang. Itu dekorasi sanggat indah dan
menpunya arti yang luas. Itu menpunyai bentuk seperti gunung: Gunung itu tinggi dan besar, berarti laki-laki harus punya banyak pengetahuan,
pengalaman dan kesabaran. f
Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.
g Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk
kehidupan yang baik. h
Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya. i
Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
j Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.
k Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan
masyarakat sekitarnya. l
Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan. m
Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk
menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.
n Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan
untuk melindungi gangguan setan. o
Bunga Patra Manggala: Itu digunakan untuk memperindah karangan.
Sebelum memasang Tarub dan Bekletepe harus membuat sepesial Sajen. Tradisionil Sajen persembahan dalam pesta adat Jawa itu sangat penting. Itu
adalah simbol yang sangat berarti, di mana Tuhan Pencipta melidungi kami. Sajen berarti untuk mendoakan leluhur dan untuk melindungi dari gangguan roh jahat.
Sajen diletakan di semua tempat di mana pesta itu diadakan, diantaranya di kamar mandi, di dapur, di bawah pintu gerbang, di bawah dekorasi Tarub, di jalan dekat
rumah, dan lain-lain. Siraman sajen terdiri dari:
a Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan.
b Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan.
c Makanan: ayam, daging, tahu, telur.
d Tujuh macam bubur.
e Pisang raja dan buah lainnya.
f Kelapa muda.
g Kue manis, lemper, cendol.
h Teh dan kopi pahit.
i Rokok dan kretek.
j Lantera.
k Bunga Telon kenanga, melati, magnolia dengan air Suci.
Siraman: Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum Ijab dan
Panggih. Siraman di adakan di rumah orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman. Sekarang lebih banyak
diadakan di taman. Daftar nama dari orang yang melakukan Siraman itu sangat penting. Tidak hanya orangtua, tetapi juga keluarga dekat dan orang yang
dituakan. Mereka menyeleksi orang yang bermoral baik. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka
memberi nama PITULUNGAN berarti menolong. Apa saja yang harus dipersiapkan:
a Baskom untuk air, biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu. Air dari
sumur atau mata air. b
Bunga Setaman - mawar, melati, magnolia dan kenanga - di campur dengan air.
c Aroma - lima warna - berfungsi seperti sabun.
d Tradisionil shampoo dan conditioner abu dari merang, santan, air asam
Jawa. e
gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama. f
Kursi kecil, ditutup dengan: g
Tikar - kain putih - beberapa macam daun - dlingo benglé tanaman untuk obat-obatan - bango tulak kain dengan 4 macam motif - lurik motif garis
dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu. h
Memakai kain putih selama Siraman. i
Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari. j
Handuk. k
Kendi. Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa air-
bunga ke keluarga dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari kehidupan. Air ini diletakan di rumah pengantin laki-
laki. Pelaksanaan dari SIRAMAN: Pengantin perempuanlaki-laki datang dari
kamarnya dan bergabung dengan orangtuanya. Dia diantar ke tempat Siraman. Beberapa orang jalan di belakangnya dan membawa baki dengan kain batik,
handuk, dan lain-lain. Dan ini akan digunakan setelah Siraman. Dia mendudukkan di kursi dan berdoa. Orang pertama yang menyiramkan air ke pengantin adalah
ayah. Ibu boleh menyiramkan setalah ayah. Setelah mereka, orang lain boleh melakukan Siraman. Orang terakhir yang melakukan Siraman adalah Pemaes atau
orang sepesial yang telah ditunjuk. Pengantin perempuanlaki-laki duduk dengan kedua tangan di atas dada dengan posisi berdoa. Mereka menyiramkan air ke
tangannya dan membersihkan mulutnya tiga kali. Kemudian mereka menyiramkan air ke atas kepala, wajah, telinga, leher, tangan dan kaki juga sebanyak tiga kali.
Pemaes menggunakan tradisionil shampoo dan conditioner. Setelah Kendi itu
kosong, Pemaes atau orang yang ditunjuk memecahkan kendi ke lantai dan berkata: „Wis Pecah Pamore„ - berarti dia itu tampan menjadi cantik dan siap
untuk menikah. Upacara NGERIK: Setelah Siraman, pengantin duduk di kamar pengantin.
Pemaes mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menberi pewangi ratus di seluruh rambutnya. Dia mengikat rambut ke belakang dan mengeraskannya
gelung. Setelah itu Pemaes membersihkan wajahnya dan lehernya, dia siap untuk di dandani. Pemaes sangat behati-hati dalam merias pengantin. Dandanan
itu tergantun dari bentuk perkawinan. Akhirnya, pengantin wanita memakai kebaya dan kain batik dengan motif Sidomukti atau Sidoasih. Itu adalah simbol
dari kemakmuran hidup. Upacara Midodareni: Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama
dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu berasal dari kata Widodari yang berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan menjadi cantik sama seperti
Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang dari kayangan. Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam di temani
dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung;
semuanya harus wanita. Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang terakhir kalinya. Mulai dari besok, suaminya yang akan
bertanggung jawab.
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
5.1. Usia
Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock 1980 yaitu dewasa awal 18-40,
dewasa madya 41-60 dan usia lanjut 60. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Usia, Tahun 2011
Kelompok Umur Suami
Istri
N Persen
N Persen
18-40 1
2 9
20
41-60 31
69 36
80
60 13
29
Total 45
100 45
100
Tabel 6 menjelaskan usia responden dalam penelitian ini paling muda berusia 40 tahun untuk responden laki-laki dan 30 tahun untuk responden
perempuan, usia yang paling tua yaitu 66 tahun untuk responden laki-laki dan 60 tahun untuk responden perempuan. Persentase usia responden laki-laki dan
perempuan terbanyak tersebar antara 41-60 tahun sebanyak 69 persen untuk responden laki-laki serta 80 persen untuk responden perempuan. Usia tersebut
masuk dalam kategori dewasa madya. Tingginya partisipasi responden pada kategori usia ini sesuai dengan tugas salah satu perkembangan pada masa ini yaitu
berusaha mencapai dan mempertahankan suatu tingkat kehidupan ekonomi menstabilkan perekonomian rumahtangga melalui sektor usaha tersebut
5.2. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, responden sampel berjumlah 90 orang yang terdiri atas 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Jumlah responden sampel dalam