7.4.2. Curahan Waktu Responden Petani Bawang Merah dalam Kegiatan Kemasyarakatan
Kegiatan kemasyarakatan pada responden petani bawang merah lebih dilakukan oleh suami, begitu juga dengan curahan waktunya. Curahan waktu
dalam kegiatan kemasyarakatan diukur dalam waktu satu bulan 24 jam x 30 hari. Berikut disajikan hasil rata-rata curahan waktu responden petani bawang merah
dalam kegiatan kemasyarakatan.
Tabel 19. Rata-rata Curahan Waktu Responden Suami dan Responden Istri dalam Kegiatan Kemasyarakatan 24 jam x 30 hari, Desa Sidakaton, 2011
No Jenis Kegiatan
Responden Suami Responden Istri
Jam jam
1. KB
1,00
2. Posyandu
1,60
3. Pemilu
4. Rapat RT
2,27 1,86
5. PKKDasawisma
1,50
6. Kelompok tani
2,33 2,00
7. KUT
1,86
8. Pengajian
2,12 2,29
9. Arisan
2,03 1,89
10. Gotong-royong
3,17 1,46
11. Selamatanhajatan
2,87 2,85
12. Kematiandukacita
2,89 2,00
13. Siskamling
6,39
14. Menjenguk orang sakit
1,74 1,87
15. Membantu di hajatan
2,98 3,00
Total 30,65
23,32
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata curahan waktu untuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh responden suami lebih banyak daripada responden istri.
Responden suami mencurahkan waktu 30,65 jam dari total waktu selama satu bulan. Sedangkan istri hanya mencurahkan waktu sebanyak 23,32 jam dari total
waktu selama satu bulan
.
7. 5. Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian Kerja dengan
KKG dalam Rumahtangga Petani Hubungan antara relasi gender dalam pembagian kerja reproduktif ,
produktif dan sosial dengan kesetaraan dan keadilan gender dalam rumahtangga petani dilihat dari akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat diuji dengan
menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Hasil pengujian hubungan tersebut tersaji pada Tabel 18 di bawah ini. Hasil pengujian hubungan antara relasi gender
dalam pembagian kerja dengan konsep KKG tidak memiliki hubungan yang nyata baik untuk akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat. Dengan demikian hipotesis
kedua yang menyatakan “Terdapat hubungan nyata antara relasi gender dalam
pembagian kerja dengan konsep KKG dalam rumah tangga petani yang ditinjau dari
akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat” ditolak.
Tabel 20 . Hasil Pengujian Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian Kerja dengan Konsep KKG dalam Rumahtangga Petani
Pembagian
kerja Akses
Kontrol
Pembentukan
Keluarga
Kontrol Kegiatan
Utbm
Kontrol Kegiatan
Masyarakat
Partisip
asi Manfaat
Reproduktif .190
-.188 -.162
.204 -.177
-0.037
Produktif -.029
.043 -.051
.136 -.061
-0.153 Kegiatan
Sosial
.036 -.194
.025 .212
-.090 0.026
Reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, seperti melahirkan dan mengasuh anak serta pekerjaan rumah
tangga. Kerja reproduktif dalam penelitian ini dilihat dari pembagian kerja laki- laki dan perempuan dalam menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika
pakaian, membersikan rumah dan belanja kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas sig lebih besar
dari 0,05 p0,05 untuk persepsi akses, partisipasi, kontrol dan mafaat. Dengan demikian relasi gender dalam pembagian kerja bidang reproduktif tidak
berhubungan nyata dengan konsep KKG yang di tinjau dari akses, kontrol, partisipasi dan manfaat.
Responden penelitian ini adalah Rumahtangga petani yang melakukan kegiatan produktif seluruhnya yaitu menanam bawang merah. Hasil pengujian
hubungan antara produktif dengan diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang nyata. Hal ini
dikarenakan seluruh responden bekerja dalam bidang produktif.
BAB VIII KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA
PETANI BAWANG MERAH
8.1. Kesetaraan dan Keadilan Gender KKG
Pengertian keadilan gender gender equity menurut ILO Mugniesyah, 2007 merupakan keadilan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan berdasar pada
kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban,
kesempatan-kesempatan, dan manfaat. Kemudian, kesetaraan gender gender equality adalah suatu konsep yang
menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
pembatasan oleh seperangkat stereotype, prasangka, dan peran gender yang kaku. Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan
siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan
laki-laki. Penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan berdasarkan perhitungan secara
matematis dan tidak bersifat universal. Wujud Kesetaraan dan Keadilan Gender
adalah akses, kontrol, partisipasi dan manfaat.
8.1.1. Akses terhadap Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah
Akses yaitu kesempatan atau peluang anggota rumahtangga laki-laki dan perempuan dalam memperoleh dan ikut serta dalam berbagai kegiatan usahatani
produktif, rumah tangga reproduktif, dan sosial. Akses responden petani bawang merah terhadap faktor produksi adalah akses terhadap faktor produksi
modal dan tenaga kerja. Akses responden petani bawang merah terhadap faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 19.