tahapan kegiatan yang sifatnya merupakan pekerjaan ringan maka pelaku kegiatannya dominan istri.
Pembelian benih dan pupuk dominan dilakukan oleh suami karena suamilah yang tergabung dalam kelompok tani. Sementara istri hanya membantu
dalam proses pembibitan dan pemupukan. Kegiatan produktif yang dominan dilakukan oleh istri atau perempuan antara lain menanam benih tandur,
menyiram, menyiangi hama matun, pembersihan mbutik, pemilihan benih mrotol. Kegiatan produktif yang dilakukan secara bersama adalah memanen
ngunduh. Pengemasan, dan lain-lain. Pembagian kerja tersebut dipengaruhi oleh steterotipi yang berkembang
dalam masyarakat yaitu; perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan berat karena pekerjaan berat di sawah seharusnya dilakukan oleh laki-laki. Seperti yang
telah dikemukakan oleh Bapak WS 60 tahun berikut ini;
“..mencangkul yang ngerjain ya laki-laki. kan pekerjaan berat terus butuh tenaga yang kuat kasihan kalo yang ngerjain
perempuan. Perempuan mah kerja yang ringan-ringan aja seperti; mrotol, nandur, panen, nyiangi, karo mbutik..”
7.2.3. Curahan Waktu Responden Petani dalam Kegiatan Usahatani Bawang Merah
Curahan waktu antara responden laki-laki dan responden perempuan dalam kegiatan usahatani berbeda. Curahan waktu yang diukur yaitu curahan
waktu responden petani dalam mengelola sawah pertanian Pada Gambar 6 disajikan curahan waktu kerja produktif responden suami dan responden istri.
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa curahan waktu responden suami dalam kegiatan usahatani bawang merah dominan pada tahap pra panen atau kerja
pemeliharaan. Namun jam kerja suami lebih banyak daripada istri yaitu 149 jam dari total waktu kerja dalam satu kali musim tanam. Sedangkan sisanya digunakan
untuk kegiatan pasca panen yaitu enam jam.
Gambar 6. Curahan Waktu Kerja Produktif Responden Suami dan Responden IstriSatu Kali Musim Tanam, Desa Sidakaton, 2011 dalam jam
Berbeda dengan responden istri, responden suami tidak melalukan kegiatan panen. Curahan waktu istri dalam kegiatan usahatani bawang merah juga
dominan pada tahapan pra panen yaitu menghabiskan waktu 86 jam untuk satu kali musim tananm dari total kerja produktif. Sisanya, delapan jam digunakan
untuk panen, delapan jam lagi digunakan untuk sortasi dan pembersihan mbutik. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki keterlibatan dalam pekerjaan produktif dalam hal usahatani bawang merah. Perbedaannya pada jenis pekerjaannya serta jumlah jam kerja laki-laki
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja perempuan. Pada tahap pasca panen jumlah jam kerja istri lebih banyak daripada jumlah jam kerja
suami. Jika dilihat terjadi pola keseimbangan antara kerja domestik dengan kerja produktif hal ini disebabkan perempuan atau para istri ikut serta dalam kegiatan
mencari nafkah kegiatan produktif. Selain itu faktor budaya masyarakat petani bawang merah dalam mendukung terjadinya keseimbangan pembagian kerja
dalam keluarga petani tersebut. Faktor tersebut menumbuhkan kesadaran gender pada keluarga petani untuk menerapkan praktik pembagian kerja yang seimbang,
baik di dalam maupun di luar rumah. Pembagian kerja tersebut juga melahirkan nilai-nilai dan sikap yang menghargai dan memposisikan istri perempuan tanpa
menimbulkan ketimpangan gender pada keluarga petani ltersebut
Upah satu hari kerja dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB untuk buruh perempuan adalah sebesar Rp.25.000,00, sedangkan untuk buruh tani laki-
laki sebesar Rp.35.000,00 akan tetapi biasanya buruh tani laki-laki mendapat upahnya bagi hasil dengan pemilik lahan. Dengan bagi hasil 18 yaitu satu untuk
pekerja dan tujuh untuk pemilik modal. Misalkan saja mendapat uang sebesar Rp.16.000.000,00 , Rp.2.000.000,00 untuk buruh tani laki-laki dan sisanya untuk
pemilik modal. Seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak SN45 tahun; “…upah untuk buruh laki-laki dalam satu hari kerja sebesar
Rp.30.000,00-Rp.35.000,00 dan
perempuan sebesar
Rp.25.000,00-Rp.30.000,00. Biasanya buruh laki-laki mendapat bagi hasil dari pemilik modal sebesar 18. 1 untuk buruh tani dan
7 untuk pemilik lahan dan modal. Sementara untuk upah pembersihan berbeda lagi itu sudah jadi tanggung jawab
pembeli. Saya mah hanya upah panen mbak kalo masalah mbutik
ya yang bayar upah pembeli..”
Lebih besarnya upah buruh tani laki-laki daripada buruh tani perempuan disebabkan karena jenis pekerjaan laki-laki dalam pengelolaan usahatani bawang
merah lebih berat daripada pekerjaan perempuan. Dengan demikian, tampaknya masih terdapat ketidakadilan gender dalam hal perbedaan upah antara buruh tani
laki-laki dan buruh tani perempuan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Mugniesyah dan Fadhilah dalam Meylasari 2010 bahwa pekerjaan di sektor
pertanian, sebagaimana sektor informal lainya belum dilindungi oleh Undang- Undang Ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997, padahal Indonesia memiliki
Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, khususnya Pasal 11 tentang hak perempuan
dan laki-laki untuk menerima upah yang sama.
7.3. Kegiatan Reproduktif