2.3. Hipotesis Penelitian
Secara general hipotesa yang diajukan yaitu bahwa faktor sosial ekonomi petani, pembagian kerja, dan nilai sosial budaya diduga memilki hubungan nyata
dengan KKG dalam usahatani bawang merah. Hipotesis parsial dapat dirinci sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan nyata antara antara usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, luasan lahan yang digarap, status kepemilikan lahan dengan relasi gender dalam pembagian kerja.
2. Terdapat hubungan nyata antara relasi gender dalam pembagian kerja
bidang reproduktif, produktif, dan sosial dengan KKG dalam usahatani bawang merah.
3. Terdapat hubungan nyata antara orientasi nilai sosial, komunikasi, dan
pola asuh dengan KKG dalam usahatani bawang merah.
2.4. Definisi Operasional
Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi
secara operasional. 1.
Faktor sosial ekonomi petani adalah keadaan spesifik petani dan sosial ekonomi anggota rumahtangga. Variabel ini dapat diukur dengan:
a. Usia adalah umur seseorang yang dihitung dari tahun kelahirannya hingga
penelitian ini dilakukan menggunakan satuan tahun. Pengklasifikasian usia didasarkan pada konsep teori perkembangan Hurlock 1980. Data usia
diukur dalam skala rasio. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut:
1 Muda dewasa awal : 18-40 tahun
2 Sedang dewasa madya : 41-60 tahun 3 Tua Usia lanjut
: 60 tahun b.
Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. Dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan.
Diukur dengan skala nominal.
Laki-laki =
Label 1 Perempuan
= Label 2
c. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan formalsekolah tertinggi yang
pernah diikuti , diukur menggunakan skala ordinal yang dibedakan menjadi tiga kategori:
1. Rendah : Tamat SDSederajat
2. Sedang : Tamat SMPSederajat
3. Tinggi : Tamat SMASederajat dan perguruan tinggi
D1D2D3S1 d.
Luasan lahan yang digarap adalah besarnya lahan yang sedang dikelola oleh petani pada saat ini. Hal ini akan diukur sebagai berikut:
1. Sempit : jika lahan garapan berkisar kurang dari 0,5 hektar
2. Menengah : jika lahan garapan berkisar 0,5-1 hektar 3. Luas
: jika lahan garapan berkisar lebih dari 1 hektar e.
Pemilikan lahan adalah pemilikan atas dasar milik yang hanya terbatas pada akses terhadap lahan berupa lahan pribadi, sewa, bagi hasil, dan
gadai 2.
Relasi Gender dalam pembagian kerja adalah hubungan akses antara laki-laki dan perempuan terhadap pembagian kerja, peranan dan alokasi sumberdaya.
Relasi gender dalam pembagian kerja diukur dengan melihat pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga dilihat dari kekuasaan dan beban
kerja dalam satu bulan Pengukuran mengenai relasi gender dapat dilihat dari jawaban responden
mengenai pernyataan tentang relasi gender yang dikategorikan sebagai berikut: 1. setuju
: skor 1 2. Tidak setuju
: skor 0 Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan tiga
skala ordinal 1 Adil, jika pernyataan setuju skor 10, 2 Kurang adil, jika pernyataan setuju total skor 6-10, 3 Tidak adil, jika pernyataan setuju total
skor 6.
3. Pembagian kerja adalah profil seluruh aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan dalam rumahtangga selama sehari. Analisis pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga dapat dilihat dari kerja produktif
reproduktif, sosial kemasyarakatan melalui pendekatan kualitatif yang diukur melalui curahan waktu.
a. Kerja reproduktif adalah kegiatan
yang tidak langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang atau barang akan tetapi kegiatan yang
dilakukan dalam kehidupan rumah tangga seperti mencuci, memasak, dan pekerjaan lain dalam mengurus rumah. Kegiatan ini diukur melalui curahan
waktu dengan menggunakan metode recall sehari yang lalu dengan satuan jam perhari.
b. Kerja
produktif adalah kegiatan dalam usahatani yang langsung menghasilkan pendapatan berupa uang. Peran dalam kegiatan ini dilihat
melalui curahan waktu dalam pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan pada tiap tahapan kegiatan usahatani bawang merah.
c. Kegiatan sosial kemasyarakatan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan masyarakat setempat contohnya gotong royong, hajatan, arisan, pengajian, dan lain sebagainya.
4. Kesetaraan dan keadilan gender yaitu tidak membedakan antara hak dan
kewajiban laki-laki dan perempuan. Diukur dengan beberapa indikator yaitu akses, dan kontrol.
a. Akses yaitu kesempatan atau peluang anggota rumahtangga laki-laki dan
perempuan dalam memperoleh dan ikut serta dalam berbagai kegiatan usahatani produktif, rumah tangga reproduktif, dan sosial. Akses dapat
diukur dengan membandingkan jumlah responden suami serta jumlah responden istri yang memiliki kesempatan untuk mengakses atau
menggunakan sumberdaya dalam usahatani yang dikelola atau terkait dengan usahatani yaitu mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengontrolan, penetapan prioritas dan keputusan. b.
Partisipasi yaitu keikutsertaan antara laki-laki dan perempuan dalam setiap kegiatan
Pengukuran mengenai ciri-ciri dikategorikan sebagai berikut : 1.
Tidak Pernah =
Skor 0 2.
Jarang =
Skor 1 3.
Sering =
Skor 2 4.
Selalu =
Skor 3 Kemudian
jumlah skor
yang diperoleh
dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, 1 kurang adil jika total skor kurang dari 31, 2 adil jika total skor antara 31-32, 3 tidak adil jika total skor hal ini
menunjukkan partisipasi responden terhadap kegiatan usahatani bawang merah tinggi.
c. Manfaat yaitu hasil yang diterima oleh laki-laki dan perempuan pada setiap
kegiatan. d.
Kontrol yaitu kemampuan dan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga dalam mengambil keputusan dalam rumahtangga. Hal tersebut
dapat diukur dengan membandingkan besarnya frequensi terkait dengan usahatani pengelolaan usahatani. Pengeloaan usahatani adalah kemampuan
petani mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, penetapan prioritas dan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi seefektif
mungkin sehingga memperoleh hasil produksi yang maksimal.. e.
Tingkatan kontrol pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif, usahatani pengelolaan usahatani dan kemasyarakatan dibedakan menjadi:
1. Keputusan suami sendiri. Skor 1
2. Keputusan istri sendiri. Skor 2
3. Keputusan bersama suami dan istri dengan pengaruh suami setara
dengan pengaruh istri. Skor 3 f.
Tingkat pengambilan keputusan dibedakan menjadi bidang produksi 20 jenis keputusan, bidang pengeluaran kebutuhan rumahtangga 17 jenis
keputusan, bidang pembentukan keluarga 10 jenis keputusan, serta bidang sosial kemasyarakatan 13 jenis keputusan.
g. Tingkat pengambilan keputusan dalam bidang produksi dikategorikan
menjadi: rendah jumlah skor 34, sedang jumlah skor 34-47, dan tinggi jumlah skor 47.
h. Tingkat pengambilan keputusan dalam bidang pengeluaran kebutuhan
rumahtangga dikategorikan menjadi rendah jumlah skor 29, sedang jumlah skor 29-40, dan tinggi jumlah skor 40.
i. Tingkat pengambilan keputusan dalam bidang pembentukan keluarga
dikategorikan menjadi: rendah jumlah skor 26 sedang jumlah skor 26- 28, dan tinggi jumlah skor 28.
j. Tingkat pengambilan keputusan dalam bidang soaial kemasyarakatan
dikategorikan menjadi: rendah jumlah skor 31, sedang jumlah skor 31- 33, dan tinggi jumlah skor 33.
5. Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat.
a. Tingkat
komunikasi adalah
intensitas kejadian
pertukaran pemikiranperasaan diantara dua orang atau lebih. Ukuran yang digunakan
untuk mengukur variabel ini adalah frekuensi komunikasi. b.
Tingkat interaksi sosial adalah intensitas dan kedalaman perpaduan antara orientasi nilai sosial dan tingkat komunikasi
c. Pengukuran mengenai nilai sosial dikategorikan menjadi dua yaitu nilai
sosial yang tinggi dan nilai sosial yang rendah, begitu juga dengan budaya lokal dikategorikan menjadi dua yaitu budaya lokal yang tinggi dan
budaya lokal yang rendah
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah Lampiran 1. Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja purposive. Daerah ini ditentukan sebagai lokasi penelitian dengan tiga pertimbangan. Pertama, sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai petani. Kedua, perempuan ikut serta dalam kegiatan produktif. Terakhir, kemudahan akses peneliti terhadap daerah tersebut.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan juni-juli 2011. Pengolahan data dan hasil penulisan laporan dilakukan pada bulan september 2011. Selanjutnya,
perbaikan laporan, konsultasi, dan sidang laporan dilakukan pada bulan September 2011
– Desember 2011
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data sekunder, Data sekunder yang dikumpulkan meliputi profil desa
jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, lembaga yang ada di kelurahan, potensi desa, Dinas Pertanian Kabupaten Tegal, Biro Pusat
Statistik Kabupaten Tegal, internet, dan laporan penelitian yang berkaitan dengan usahatani bawang merah.
2. Data Primer, Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi
langsung dari responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam dengan informan
untuk menggali informasi yang kurang lengkap mengenai usahatani bawang merah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner.
Adapun rincian metode pengumpulan data tertera pada Tabel 1.