hingga pasca produksi. Bahkan hingga pada tahap pengelolaan pasca panen, keputusan didominasi oleh perempuan tani, artinya, perempuan tani sangat
berperan dalam penentuan pengunaan hasil panen, baik untuk dikonsumsi, maupun untuk dipasarkan
2.1.12. Nilai
Menurut Abdulsyani 1994 sebagaimana dikutip oleh Tafalas 2010 mengemukakan nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Nilai dapat dikatakan sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok
yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah atau suka tidak suka terhadap suatu obyek baik material maupun non material. Sebagai contoh orang
menolong itu baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
2.2. Kerangka Pemikiran
Usahatani berkaitan dengan pola kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam usahatani. Kerjasama antara laki-laki dan perempuan akan lebih efektif
apabila di dalamnya terjadi kesetaraan dan keadilan gender KKG. KKG dapat terwujud apabila ada kepekaan antara aktor dalam usahatani tersebut.
Penelitian mengenai kesetaraan dan keadilan gender KKG pada rumahtangga petani bawang merah, Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, didasarkan atas berbagai konsep yaitu konsep usahatani yang dikaitkan dengan konsep kesetaraan dan keadilan gender KKG
dalam pengelolaan usahatani bawang merah yang diawali dari pra produksi persiapan hingga pasca panen pemasaran dan usahatani dilihat dari
perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, penetapan prioritas dan keputusan. Faktor sosial ekonomi petani yang dilihat dari Usia X
1.1
, Jenis KelaminX
1.2
, Tingkat pendidikan X
1.3
, Luasan lahan yang digarapX
1.4
, dan Status kepemilikan lahan X
1.5
. yang yang diduga memiliki hubungan dengan relasi gender antara laki-laki dan perempuan dalam X
2.1
kegiatan reproduktif, X
2.2
kegiatan usahatani bawang merah dan X
2.3
kegiatan sosial. Hal ini adalah
variabel penting dalam menganalisis faktor sosial ekonomi rumahtangga petani bawang merah.
Perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan membawa pengaruh terhadap lingkungan sosial. Perbedaan jenis kelamin tersebut tidak hanya
menyebabkan permasalah dalam aras makro tetapi juga pada aras mikro. Gender dalam rumahtangga adalah perbedaan status dan peran antara laki-laki dan
perempuan dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Status dan peran pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang akan diukur dengan akses dan beban
kerja dilihat dari tiga kegiatan yaitu kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial. Nilai sosial budaya X
3
dalam tingkat orientasi nilai sosial X
3.1
dan komunikasi X
3.2
dan pola asuh anak X
3.3
memiliki hubungan dengan relasi gender antara laki-laki dan perempuan dalam X
2.1
kegiatan reproduktif, X
2.2
kegiatan usahatani bawang merah dan X
2.3
kegiatan sosial. Relasi gender antara laki-laki dan perempuan diduga memiliki hubungan
dengan Kesetaraan dan Keadilan Gender KKG yang dilihat dari akses Y
1.1
, kontrol Y
1.2
, manfaat Y
1.3
, dan partisipasi Y
1.4
. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk melihat bagaimana tingkat keberhasilan usahatani bawang
merah..
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam usahatani bawang merah Keterangan :
: alur hubungan langsung :LingkupPenelitian
Faktor Sosial Ekonomi Petani X1 X
1.1
Usia X
1.2
Jenis Kelamin X
1.3
Tingkat pendidikan X
1.4
Luasan lahan yang digarap X
1.5
Status kepemilikan lahan
Nilai sosial budaya X
3
X
3.1
Orientasi nilai sosbud X
3.2
Komunikasi X
3.3
Pola Asuh anak
Tingkat Keberhasilan Usahatani bawang merah
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengontrolan
Penetapan prioritas dan
keputusan RELASI GENDER X2
X
2.1
Kegiatan reproduktif X
2..2
Kegiatan usahatani bawang merah X
2.3
Kegiatan sosial KKG Y
1
Akses
Y
1.1
Kontrol Y
1.2
Manfaat Y
1.3
Partisipasi Y
1.4
24
2.3. Hipotesis Penelitian