untuk bekerja, Pembagian kerja dalam ruamhatangga biasanya berdasarkan jenis kelamin. Misalkan saja biasanya anak perempuan disuruh membantu ibunya di
dapur, sedangkan anak laki-laki membantu ayahnya bekerja mencari nafkah atau melakukan pekerjaan berat.
Sajogyo 1981 mengartikan sumberdaya pribadi meliputi berbagai aspek berupa pendidikan yaitu pendidikan formal dan informal, pengalaman,
ketrampilan, dan kekayaan yang menunjukan adanya variasi alokasi kekuasaan dalam keluarga dan menentukan siapa yang dominan dalam pembagian kerja.
Konsep pendidikan dalam penelitian ini hanya mencakup pendidikan formal. Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan pembagian kerja karena pada
pembagian kerja dalam rumahtangga tidak dilihat siapa yang berpendidikan tinggi akan melakukan kegiatan produktif, reproduktif dan sosial begitu juga tidak
sebaliknya. Luasan lahan yang digarap adalah besarnya lahan yang sedang dikelola
oleh petani pada saat ini. luas lahan yang digarap tidak memiliki hubungan nyata dengan pembagian kerja, hal ini dimungkinkan responden yang memiliki luas
lahan yang sempit, menengah maupun besar memiliki kontribusi yang sama pada pembagian kerja dalam rumahtangga petani bawang merah.
Responden yang memiliki status kepemilikan lahan sebagai pemilik, penggarap, atau bahkan buruh tani pasti responden tersebut akan melalukan
kegiatan reproduksi di rumahtangganya masing-masing dan walaupun statusnya hanya sebagai buruh tani responden tersebut mengikuti kegiatan kemasyakatan
apalagi kegiatan produksi dalam hal ini pengelolaan usatahani bawang merah, responden akan mengerjakan kegiatan tersebut. Dengan demikian status
kepemilikan responden tersebut tidak nyata merubah relasi gender dalam pembagian kerja.
6.2. Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi dengan KKG
Akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat merupakan indikator kesetaraan dan keadilan gender yang diuji pada penelitian ini. Berdasakan hasil tabulasi
silang pada Tabel , responden yang menyatakan akses tinggi, Usia yang memiliki akses tergolong dalam kategori sedang. Hal ini berarti dengan akses yang tinggi
yang sering melakukan usia kategori sedang dalam usahatani sebesar 100 persen. Hal tersebut mengartikan bahwa persepsi petani di implementasikan saat proses
produksi, dimana usia tua sudah tidak banyak mengakses faktor-faktor produksi. Responden yang menyatakan Akses tinggi, jenis kelamin berada pada
kategori sedang. Responden yang yang menyatakan akses sedang, tingkat pendidikanya juga sedang. Hal ini berarti terdapat perbedaan akses laki-laki dan
perempuan untuk faktor produksi dalam pengelolaan usahatani bawang merah.
Tabel 11 Persentase Responden menurut Faktor Sosial Ekonomi dan
Kesetaraan dan Keadilan Gender di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, 2011
Keterangan R= rendah, S= sedang, T=total, To=total
Faktor Sosial Ekonomi
Kesetaraan dan Keadilan Gender Akses
Kontrol Partisipasi
Manfaat R
S T
R S
T R
S T
R S
T Usia
R 42.9 30.0
57.1 30.0
71.4 12.5 0 81.8 40.0
S 57.1 40.0 100.0
42.9 40.0 63.6
21.4 62.5 69.2 18.2 60.0 63.2 T
0 30.0 30.0 36.4
7.1 25.0 30.8 0 36.8
T 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 Jenis
Kelamin R
36.4 44.4 20.0
50.0 30.0
9.1 78.6
0 81.8 40.0 S
45.5 44.4 66.7
50.0 60.0 54.4
21.4 87.5 69.5 18.2 60.0 73.7 T
18.2 11.1 13.3
10.0 36.5 0 12.5 30.8
0 26.3 T
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Tingkat Pendidika
n R
27.3 22.2 26.7
50.0 20.0
37.5 25.0 15.4 36.4 20.0 21.1 S
54.5 56.6 26.7
42.9 70.0 18.2
42.9 37.5 46.2 54.5 20.0 42.1 T
18.2 22.2 46.7
7.1 10.0 81.2
21.4 37.5 38.5 9.1 60.0 36.8
T 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 Luas lahan
yang digarap
R 36.4 33.3
13.3 50.0
40.0 63.6 57.1 12.5
0 72.7 20.0 S
63.6 55.6 73.3
35.7 40.0 18.2
35.7 87.5 84.6 27.3 80.0 84.2 T
0 11.1 13.3
14.3 20.0 18.2
7.1 0 15.4
0 15.8 T
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
Status Kepemilik
an Lahan R
37.3 22.2 26.7
60.0 20.0
37.5 25.0 25.4 36.4 20.0 11.1 S
34.5 56.6 26.7
32.9 60.0 18.2
42.9 27.5 36.2 54.5 20.0 52.1 T
28.2 22.2 46.7
7.1 20.0 81.2
21.4 47.5 38.5 9.1 60.0 36.8
T 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
Responden yang menyatakan kontrol di dalam usahatani bawang merah tinggi, usia yang melakukan kontrol tersebut tergolong pada kategori sedang
sebesar 63.6 persen. Hal ini berarti dengan kontrol yang tinggi, hanya dapat dilakukan oleh responden yang masuk dalam kategori usia yang sedang. Namun
ketika kontrol rendah tidak berarti usia yang melakukan kategori tinggi, karena tidak terdapat kegiatan produktif didalamnya. Responden yang menyatakan
kontrol sedang menghasilkan persentase jenis kelamin yang sedang pula yaitu sebesar 60 persen. Hal ini berarti kontrol dalam usahatani bawang merah
dipengaruhi jenis kelamin, hal ini dikarenakan dalam setiap bidang terdapat perbedaan pengambilan keputusan kontrol antara laki-laki dan perempuan
misalnya kontrol dalam pembentukan keluarga di dominasi oleh perempuan dan kontrol dalam kegiatan usahatani bawang merah dan kegiatan kemasyarakatan di
dominasi oleh laki-laki. Sedangkan ketika kontrol rendah, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin di
dalamnya. Hal ini sudah pasti karena dengan kontrol yang rendah tidak akan mempermasalahkan jenis kelamin mana yang akan membuat kontrol dalam
usahatani bawang merah baik laki-laki maupun perempuan.. Lalu responden yang menyatakan kontrol tinggi, tingkat pendidikan yang dihasilkan juga tinggi yaitu
sebesar 81.2 persen. Hal ini wajar, karena kontrol di dalam kegiatan usahatani bawang merah sangat bergantung pada tingkat pendidikan, petani yang memiliki
pendidikan tinggi akan lebih cermat dan teliti dalam melakukan kontrol terhadap kegiatan usahatani bawang merah. Kemudian responden yang menyatakan kontrol
rendah, luas lahan yang digarap yang dapat dihasilkan juga rendah.karena jika petani hanya memiliki luas lahan yang sempit, maka tidak mungkin petani akan
melakukan kontrol yang tinggi, karena petani tidak membutuhkan kontrol yang tinggi dalam kegiatan usahatani tersebut. Namun, ketika kontrol tinggistatus
kepemilikan lahan adalah tinggi karena petani yang memiliki satus sebagai pemilik dan penggarap akan memiliki kontrol yang besar dalam kegiatan
usahatani bawang merah berbeda dengan responden yang hanya berstatus sebagai buruh tani, hanya memiliki kontrol yang rendah terhadap kegiatan usahatani
bawang merah.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, responden yang menyatakan partisipasi di dalam kegiatan usahatani rendah,usia yang dihasilkan juga rendah. Hal ini
wajar, karena kegiatan usahatani dilakukan oleh usia produktif. Lalu responden yang menyatakan partisipasi di dalam kegiatan usahatani bawang merah rendah,
usia dalam kegiatan usahatani bawang merah juga rendah. Hal ini sangat wajar, karena jika usia yang sudah tidak produktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan
usahatani bawang merah, maka kegiatan usahatani bawang merah yang dihasilkan juga rendah. Berbeda ketika partisipasi tinggi, jenis kelamin yang dihasilkan akan
tinggi yaitu sebesar 30.8 persen. Jumlah tersebut memang tidak besar, karena seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa tidak semua rumahtangga petani
melibatkan semua anggotanya ikut serta dalam kegiatan usahatani bawang merah . sehingga jawaban tersebut sebagian besar merupakan pernyataan responden yang
perempuannya ikut partisipasi bersama dalam kegiatan usahatani bawang merah. Kemudian responden yang menyatakan terdapat partisipasi yang tinggi di dalam
kegiatan usahatani bawang merah, maka tingkat pendidikannya adalah tergolong sedang. Dengan partisipasi yang tinggi, tidak membuat tingkat pendidikan dalam
kegiatan usahatani bawang merah juga tinggi, karena hanya sebagian responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Bagi responden yang menyatakan
partisipasi di dalam kegiatan usahatani bawang merah sedang, memiliki luas lahan yang sedang pula sebesar 87.5 persen yang artinya, petani yang memiliki luas
lahan memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan usahatani bawang merah. Berdasarkan hasil tabulasi silang, responden yang menyatakan manfaat
rendah, usia yang dihasilkan juga rendah.hal ini wajar, karena usia yang masih muda belum begitu merasakan atau mendapatkan manfaat dalam kegiatan
usahatani bawang merah. Sedangkan ketika manfaat dinyatakan tinggi, responden yang menyatakan usia sedang sebesar 63.2 persen. Kemudian responden yang
menyatakan manfaat rendah, jenis kelamin juga kelompok. Hal ini berarti ketika manfaat hanya dirasakan oleh salah satu pihak saja misalkan hanya laki-laki atau
perempuan saja. Sedangkan ketika responden menyatakan mendapat manfaat dalam kegiatan usahatani bawang merah membuat jenis kelamin yang terjalin
tergolong dalam kategori sedang, tidak seluruh responden aktif dalam kegiatan usahatani bawang merah. Lalu responden yang menyatakan manfaat sedang,
tingkat pendidikan tergolong tinggi. Sedangkan bagi responden yang menyatakan manfaat di dalam kegiatan usahatani bawang merah tinggi, tingkat pendidikan
yang dihasilkan hanya 42.1 persen yang tergolong sedang. Bagi responden yang merasakan manfaat tinggi menghasilkan peresentase luas lahan yang digarap
sedang sebesar 84.2 persen. Hal ini menunjukkan ketika manfaat tinggi, luas lahan yang digarap hanya berada pada kategori sedang. Sedangkan responden yang
menyatakan manfaat tinggi , status kepemilikan lahan berada pada kategori sedang. sebesar 52.1 persen. Hal ini berarti banyak manfaat yang didapat oleh
petani yang berstatus sebagai pemilik dan penggarap, begitu juga dengan buruh tani.
Hubungan antara faktor sosial ekonomi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, luas lahan yang digarap, dan status kepemelikan lahan dengan KKG
dalam rumahtangga petani yang ditinjau dari akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dianalisis dengan menggunakan Rank-Spearman. Hasil pengujian
hubungan dapat terlihat pada Tabel 12
Tabel 12 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Faktor Sosial Ekonomi dengan
Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Usahatani Bawang Merah
Faktor Sosial Ekonomi
Kesetaraan dan keadilan gender Akses
Kontrol Partisipasi
Manfaat Usia
0.022 0.004
0.025 0.126
Jenis Kelamin 0.000
0.003 0.000
0.037 Tingkat pendidikan
0.000 0.000
0.009 0.201
Luas lahan yang digarap 0.041
0.141 0.137
0.267 Status Kepemilikan
lahan 0.147
0.544 0.315
0.105
Usia berhubungan dengan keempat variabel dalam kesetaraan dan keadilan gender dalam usahatani bawang merah. Usia merupakan faktor sosial ekonomi
yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani bawang merah . Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga
dengan demikian petani berusaha untuk lebih baik melakukan kegiatan usahatani walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal kegiatan usahatani bawang
merah tersebut.
Jenis kelamin berhubungan dengan keempat variabel dalam kesetaraan dan keadilan gender dalam usahatani bawang merah. Hal ini dimungkinkan karena ada
perbedaan akses laki-laki dan perempuan untuk faktor produksi dalam pengelolaan usahatani bawang merah. Kontrol dalam kegiatan usahatani bawang
merah juga berhubungan dimana ada kalanya kontrol dalam kegiatan usahatani di dominasi laki-laki terkadang juga di dominasi oleh perempuan Serta manfaat
pengelolaan usahatani bawang merah menurut responden laki-laki dan perempuan memberikan manfaat yang berbeda bagi pemenuhan kebutuhan masing-masing
responden.Tingkat pendidikan berhubungan dengan akses, kontrol, dan partisipasi, sedangkan manfaat tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan.
Luas lahan dan status kepemilikan lahan tidak berhubungan dengan keempat kesetaraan dan keadilan gender akses, kontrol, partisipasi dan manfaat.
Petani yang memiliki lahan yang luas dan berstatus sebagai pemilik dan penggarap akan lebih mudah melakukan kegiatan usahatani bawang merah karena
keefesienan penggunaan sarana produksi.
BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA