Analisis indikator kesejahteraan Analisis Data

43 8 Kewenangan Pemerintah Pusat KP, dapat berinteraksi dengan: i Infrastruktur kewenangan Pemerintah Pusat X81 ii Perijinan kewenangan Pemerintah Pusat X82 iii Kelembagaan kewenangan Pemerintah Pusat X83 9 Kewenangan Pemerintah Otonomi KOT, dapat berinteraksi dengan : i Perijinan kewenangan Pemerintah Otonomi X91 ii Kelembagaan kewenangan Pemerintah Otonomi X92 iii Infrastruktur kewenangan Pemerintah Otonomi X93 10 Kesejahteraan Nelayan KN, dapat berinteraksiberkaitan dengan : i Pendapatan Y11 ii Pendidikan Y12 iii Kesehatan Y13 iv Kesempatan kerja Y14. 2 Pengembangan Path Diagram Path diagram merupakan kegiatan penggambaran interaksi komponen- komponen yang terpilih secara teoritis ke dalam ilustrasi diagram. Dalam analisis SEM, komponen yang berinteraksi tersebut kemudian disebut konstruk penelitian, dan setiap konstruk kemudian dilengkapi dengan dimensi-dimensi konstruk. Dalam kaitan ini, telaah pustaka dan hasil-hasil penelitian terkait menjadi hal penting untuk menetapkan dimensi konstruk yang tepat. Pengembangan path diagram dilakukan dengan menggunakan program AMOS 5 Proffesional. Dengan mengacu kepada penggambaran interaksi komponen-komponen yang terpilih pada tahap pengembangan model teoritis, dapat dibuat rancangan pathdiagram seperti terlihat pada Gambar 3. 44 Gambar 3 Rancangan path diagram model perbaikan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Berdasarkan model path diagram pada Gambar 3., hipothesis yang akan di uji dengan menggunakan SEM dalam penelitian ini, yaitu : H1 Internal usaha perikanan LINT, Industri non usaha perikanan LIN dan Eksternal usaha perikanan LEX akan berpengaruh terhadap Lingkup usaha perikanan LU H2 Lingkup usaha perikanan LU, Kewenangan pemerintah pusat KP, Kewenangan pemerintah otonomi KOT, akan berpengaruh terhadap Kegiatan perikanan tangkap TKP H3 Lingkup usaha perikanan LU, Kewenangan pemerintah pusat KP, Kewenangan pemerintah otonomi KOT akan berpengaruh terhadap Kegiatan perikanan budidaya BDY H4 Lingkup usaha perikanan LU, Kewenangan pemerintah pusat KP, Kewenangan pemerintah otonomi KOT akan berpengaruh terhadap Kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS H5 Kewenangan pemerintah pusat KP, Kewenangan pemerintah otonomi KOT, Kegiatan perikanan tangkap TKP, Kegiatan perikanan budidaya BDY, Kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS, akan berpengaruh terhadap Kesejahteraan Nelayan KN LINT X13 d13 X12 d12 X11 d11 1 1 LEX X23 d23 1 X22 d22 1 X21 d21 1 LIN X31 d31 1 X32 d32 X33 d33 1 KOT X93 d93 1 X92 d92 1 X91 d91 1 PROS X71 d71 1 X72 d72 X73 d73 KN Y11 e11 1 Y12 e12 Y13 e13 1 Y14 e14 1 Z1 Z2 Z3 Z9 Z10 Z7 1 LU Z4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X24 d24 1 X25 d25 1 X34 d34 1 X35 d35 1 TKP X51 d51 1 X52 d52 1 X53 d53 1 KP BDY 1 Z8 X83 d83 1 X82 d82 1 X81 d81 1 1 1 1 1 1 1 Z5 1 1 1 1 1 X61 d61 X62 d62 1 1 1 Z6 1 X63 d63 1 1 X42 d42 1 1 X41 d41 1 1 45 3 Konversi path diagram ke dalam persamaan matematis Setelah penggambaran path diagram dilakukan, selanjutnya program AMOS 5 Professional akan mengkonversi interaksi yang ada ke dalam persamaan matematis, yaitu persamaan pengukuran measurement model dan persamaan struktur structural equation. Persamaan matematis tersebut diformat untuk operasi AMOS. Data yang akan digunakan diformat menggunakan program SPSS, Mocrosoft Excell, Microsoft Access, atau program lainnya yang sesuai. Persamaan pengukuran measurement model merupakan persamaan yang mewakili interaksi dimensi konstruk dengan konstruknya. Persamaan struktur structural equation merupakan persamaan yang mewakili interaksi konstruk eksogen dengan konstruk endogen. Konstruk eksogen adalah konstruk yang bersifat bebas dan interaksinya tidak banyak dipengaruhi oleh konstruk lainnya. Sedangkan konstruk endogen adalah konstruk yang interaksinya banyak dipengaruhi oleh konstruk lainnya. Rumusan untuk persamaan pengukuran measurement model path diagram yang dirancang adalah: 35 3 35 35 34 3 34 34 33 3 33 33 32 3 32 32 31 3 31 31 d X d X d X d X d X                     25 2 25 25 24 2 24 24 23 2 23 23 22 2 22 22 21 2 21 21 d X d X d X d X d X                     13 1 13 13 12 1 12 12 11 1 11 11 d X d X d X            