139 Lingkup usaha perikanan LU dan indutri non perikanan LIN
cenderung menjadi pembatas dalam implementasi kewenangan PEMDA Rokan Hilir di bidang perikanan, terutama yang sensitif
terhadap operasional perikanan tangkap berkaitan seperti biaya perijinan bagi nelayan kecil, pungutan pajak dan retribusi Daerah,
pembatasan jalur penangkapan dan lain-lainnya, 4 Interaksi komponen utama pengelolaan perikanan terhadap
kesejahteraan nelayan KN menghasilkan persamaan : KN = -0,694 KP
– 0,159 KOT + 0,927 TKP + 5,198 BDY – 0741 PROS
– 0,010. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Pusat KP dan kewenangan Pemerintah Otonomi KOT belum membawa manfaat langsung bagi kesejahteraan
nelayan. Semakin banyak peraturan perikanan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka
Otonomi, cenderung mengganggu dan membatasi kegiatan masyarakat nelayan setempat.
Kegiatan perikanan tangkap TKP dan kegiatan perikanan budidaya BDY membawa pengaruh positif bagi kesejahteraan nelayan,
sedangkan kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS sebaliknya, belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan di Kabupaten Rokan Hilir.
6.2 Saran
1 Dalam rangka peningkatan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, perlu dikembangkan kebijakan Pemerintah yang lebih berpihak
kepada nelayan yaitu mempermudah dan memperluas akses nelayan terhadap modal, teknologi dan pasar, serta meningkatkan pelayanan
kesehatan, kesempatan kerja, ketertiban dan keamanan secara cepat dan berkelanjutan.
140 2 Pemerintah Daerah melalui sosialisasi komprehensif dan bertahap perlu
membatasi usaha perikanan tangkap jaring insang lingkar, pukat udang, dan pukat pantai di Kabupaten Rokan Hilir, karena secara finansial tidak
layak diusahakan yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kesejahteraan nelayan semakin terpuruk, dan nelayan yang ada diarahkan
untuk pengembangan perikanan budidaya. 3 Kebijakan perikanan yang perlu dikembangkan terkait tingkat
kesejahteraan dan interaksi menurut model struktural adalah : i Kebijakan pengembangan pusat informasi perikanan diperlukan
untuk mengatur dan memfilter setiap pengaruh budaya yang datang dari luar terutama dapat mempengaruhi secara langsung
usaha perikanan yang dilakukan nelayan; ii Kebijakan Pengembangan pendidikan dan latihan yang dapat
menambah pengetahuan dan kemampuan nelayan untuk mendapatkan pekerjaan lain agar mereka mendapat tambahan
penghasilan dari pekerjaan tersebut seperti industri rumah tangga, industri pengolahan berbagai produk yang menggunakan
bahan baku hasil tangkapan nelayan, seperti pengeringan ikan membuat ikan asin, pengasapan salai, pembuatan makanan
kecil yang berbahan baku ikan, dan industri kerajinan ; iii Kebijakan pelayanan perizinan untuk penertiban pengurusan izin
yang lebih sederhana terhadap perijinan usaha perikanan terutama yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat melalui
mekanisme pelimpahan kewenangan atupun mekanisme lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang undangan;
iv Kebijakan Pengembangan Pasar Lelang Ikan yang dapat mendorong terjalinnya hubungan antara pelaku usaha perikanan
dengan nelayan. Kebijakan ini lebih mempermudah dan memperluas interaksi langsung usaha perikanan dengan calon
pemasok melalui pemberian keringanan pajak, retribusi dan pungutan-pungutan lainnya serta penyederhanaan birokrasi;