Kemiskinan nelayan Kesejahteraan dan Kemiskinan Nelayan

24 pesaing, substitusi dan pasar, pengaruhnya terhadap perusahaan terjadi secara tidak langsung artinya perusahaan menerima terlebih dahulu pengaruh dari lingkungan makro, kemudian barulah terjadi pengaruh dari lingkungan industri. Dalam hubungan yang demikian secara linear dapat dikatakan lingkungan makro sebagai variabel bebas independent variabel, lingkungan industri sebagai variabel sementara intervening variabel, dan prospek perusahaan sebagai variabel tidak bebas dependent variabel.

2.4 Tujuan Pengelolaan Perikanan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, menyebutkan : ”Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pamanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam satu sistem bisnis perikanan”. Selanjutnya Pasal 1 angka 7 menyebutkan: ”Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan dibidang perikanan, yang dilakukan oleh Pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tu juan yang telah disepakati”. Pasal 3 Undang-Undang ini menyebutkan: ”Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan : 1 Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil; 2 Meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3 Mendorong perluasan dan kesempatan kerja; 4 Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; 5 Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan; 6 Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing; 7 Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; 8 Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan 25 9 Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang. FAO 1997 menyebutkan pengertian pengelolaan perikanan adalah proses yang terpadu antara pengumpulan informasi, melakukan analisis, membuat perencanaan, melakukan konsultasi, pengambilan keputusan, menentukan alokasi sumber daya serta perumusan dan pelaksanaan, bila diperlukan menggunakan penegakan hukum dari aturan dan peraturan yang mengendalikan kegiatan perikanan dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan produksi dari sumber daya dan tercapainya tujuan perikanan lainnya Murdiyanto 2004. Dengan tujuan pengelolaan perikanan yang demikian, maka tindakan yang diperlukan akan meliputi : 1 Mengembangkan dan melaksanakan rencana pengelolaan untuk semua stok ikan yang dikelola, 2 Menjamin terpeliharanya stok ikan dan ekosistem sumber dayanya, 3 Mengumpulkan dan menganalisis data biologi dan perikanan yang diperlukan untuk pengelolaan, memonitor, 4 Mengawasi dan melakukan penegakan hukum sehingga peraturan dapat berjalan secara efektif ,dan mengupayakan agar nelayan dapat menerima dan mematuhi peraturan.

2.5 Analisis SEM Structural Equation Modelling

Ghozali dan Fuad 2005 menyebutkan, bahwa model analisis SEM merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan pengujian hubungan antara variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai keseluruhan model. SEM juga dapat menguji model secara bersama-sama baik model structural hubungannilai loading antara konstruk independen dan dependen, maupun model measurement hubungannilai loading antara indikator dengan kontrukvariabel laten. Arhonditsis et al. 2006 menggunakan analisis SEM sebagai alat untuk membuat struktur pemodelan pada struktur ekologi. Pada hasil penelitian tersebut ditunjukkan peran relatif beberapa proses ekologi. Arhonditsis et al. 2006 menyebutkan bahwa SEM memiliki beberapa fitur yang menarik dan berguna 26 ketika menjelajahi pola-pola ekologi atau membedakan isu-isu kompleks pengelolaan lingkungan. Penelitian yang hampir mirip juga dilakukan oleh Grier et al. 2010 yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara struktur ekosistem dengan fungsinya menggunakan analisis SEM. Sementara Iriondo et al. 2003 menggunakan analisis SEM untuk mempelajari faktor-faktor yang menentukan keberhasilan reproduksi, kemunculan benih dan kelangsungannya pada beberapa jenis tumbuhan. Iriondo et al. 2003 menyebutkan bahwa SEM adalah alat alat yang ampuh untuk mengeksplorasi dan hipotesis kontras pada hubungan kausal antar variabel. Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan analisis dengan menggunakan SEM adalah: 1 konseptualisasi model; 2 penyusunan diagram alur; 3 spesifikasi model; 4 identifikasi model; 5 estimasi parameter; 6 penilaian model fit; 7 modifikasi model; dan 8 validasi silang model.

2.5.1 Measurement model

Measuremant model merupakan bagian dari analisis SEM untuk kekuatan struktur dari dimensi-dimensi yang membentuk sebuah faktor. Terkait dengan ini, maka measuremant model banyak digunakan untuk mendeskripsikan sebuah keadaan atau sebuah konsep atau sebuah faktor. Hasil deskripsi ini sangat penting untuk menjelaskan sebuah struktur dari suatu konsep. Menurut Hayduk 1987, measuremant model yang banyak digunakan dalam analisis SEM terdiri dari: 1 Measurement model bagi variabel laten dependen Measurement model untuk variabel laten dependen harus dilakukan berdasarkan justifikasi teoritis yang cukup. Hal ini perlu untuk memberikan perlakukan atas sebuah variabel sehingga interaksi yang terjadi dapat dianalisis dengan benar dan model dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 2 Measurement model bagi variabel laten independen Dalam melakukan penelitiaan menggunakan, sorang peneliti dapat mengembangkan measurement model terhadap variabel-variabel yang dinyatakan sebagai variabel laten independen. Seperti halnya untuk variabel laten dependen, measurement model untuk variabel laten independen harus dibangun berdasarkan landasan teori yang cukup teoritis yang cukup, dan 27 bila dilakukan konsultasi pakar sehingga varibel tersebut sesuai dengan kekinian yang ada. 3 Measurement model bagi beberapa variabel laten Measurement model dapat dikembangkan untuk analisis terhadap lebih dari satu variabelfaktor laten sekaligus. Terkait dengan ini, maka dapat analisis faktor konfirmatori dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi terjadi benturan antara faktor-faktor yang diperlakukan sebagai variabel laten independen dan variabel laten dependen pada saat bersamaan. 4 Second-order confirmatory factory analysis Analisis faktor konfirmatori juga dapat dikembangkan untuk pengukuran berjenjang dua second-order confirmatory factory analysis. Measurement model ini dikembangkan untuk analisis pengembangan suatu organisasi di mana model yang terdiri dari job satisfaction dan supervisor satisfaction dikombinasikan untuk mendefinisikan sebuah variabel laten berjenjang dua .

2.5.2 Tahapan analisis dalam pemodelan menggunakan Structural Equation

Modelling SEM Menurut Hair et al. 1992, tahapan analisis dalam pemodelan menggunakan Structural Equation Modelling SEM terdiri dari pengembangan model berbasis teori, pengembangan path diagram, konversi path diagram ke dalam persamaan, pemilihan matriks input, penilaian masalah identifikasi, evaluasi goodness-of-fit, dan interpretasi model. Secara rinci tahapan analisis tersebut dijelaskan : 1 Pengembangan model berbasis teori Pengembangan model berbasis teori ini merupakan upaya pengembangan struktur interaksi dari beberapa komponen yang menjadi lingkup model sehingga memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang terkait. Pengembangan model berbasis teori ini perlu dilakukan di tahap awal untuk menghindari keraguan terhadap terhadap struktur model yang digunakan. 2 Pengembangan path diagram Path diagram merupakan kegiatan penggambaran interaksi komponen- komponen yang terpilih secara teoritis ke dalam ilustrasi sebuah diagram 28 path diagram. Path diagram penting untuk menjelaskan bentuk interaksi dari komponen yang akan dianalisis. 3 Konversi path diagram ke dalam persamaan Interaksi dari komponen dalam path diagram diilustrasikan ke persamaan matematis. Ada dua jenis persamaan matematis yang digunakan yaitu persamaan pengukuran measurement model dan persamaan struktur structural equation. 4 Pemilihan matriks input Matriks yang digunakan untuk menginput data dalam analisis SEM disesuaikan dengan lingkup penelitian dan jumlah data yang digunakan. Namun secara umum untuk skala penelitian, biasanya dipilih matriks kovarian dan matriks korelasi dengan jumlah sample 100 – 200 dengan teknik estimasi berupa matriks likelihood estimation. 5 Penilaian masalah identifikasi Penilaian ini diperlukan untuk merespon masalah ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Adapaun jenis upaya yang dilakukan terkait maksud ini adalah mengurangi jumlah koefisien yang diestimasi. 6 Evaluasi goodness-of-fit Tahapan merupakan kegiatan kegiatan mengevaluasi kesesuaian model yang dibuat menggunakan berbagai kriteria goodness-of-fit, seperti X 2 -Chi-square statistic, goodness of fit index GPI, the root mean square error of approximation RMSEA, comparative fot index CFI, indeks CMINDF, adjusted goodness of fit index AGFI, dan tucker lewis index TLI. 7 Interpretasi model Interpretasi model merupakan kegiatan penggunaan model dalam pemecahan masalah nyata yang dihadapi. 3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Lokasi pengambilan data difokuskan di 4 empat kecamatan pesisir terpilih yaitu Kecamatan Sinaboi, Bangko, Kubu, dan Pasir Limau Kapas. Posisi lokasi empat Kecamatan tersebut di Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilihan 4 kecamatan tersebut didasari oleh: 1 bahwa keempat kecamatan tersebut secara geografis berada di daerah pesisir Kabupaten Rokan Hilir, tempat bermukimnya para nelayan; 2 lebih dari 90 penduduk di Kecamatan Kubu, Pasir Limaukapas, dan Sinaboi adalah nelayan secara turun temurun dan hanya di Kecamatan Bangko yang memiliki jumlah nelayan relatif lebih sedikit yaitu sekitar 30 dari jumlah penduduk kecamatan itu. 3 Perairan keempat kecamatan tersebut merupakan teluk dan sebagai muara dari beberapa sungai dengan karakteristik mengandung lumpur sebagai endapan yang banyak mengandung berbagai nutrisi bagi pertumbuhan ikan. Di samping kondisi tersebut, secara khusus kecamatan memiliki keunggulan dan potensi pengembangan masing-masing sebagai berikut: 1 Kecamatan Sinaboi, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir, yang prediksi akan berkembang sangat pesat karena berbatasan langsung dengan Kota Dumai, kota pelabuhan utama di Provinsi Riau, Sinaboi akan menjadi pelabuhan nusantara utama bagi Kota Bagansiapiai, jarak dari Bagansiapiapi ke Sinaboi dapat di tempuh perjalanan darat lebih kurang 30 km. 2 Pasir Limau Kapas dengan ibu kota Kecamatan Panipahan, dulunya merupakan sebuah desa yang sangat eksotis, karena sebagian besar wilayahnya berada diatas air. Kota ini pernah di juluki Macau nya Riau dikarenakan sebagian besar penduduknya adalah warga keturunan Cina dan mereka tetap memelihara kebudayaan Cina. 3 Bangko, di kecamatan inilah terdapat ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Bagansiapiapi sebagai pusat perdagangan dan pusat pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir, dan dikota ini terdapat berbagai fasilitas pemerintahan,