Kebijakan Pengembangan Pusat Informasi Perikanan.
138 pemasok semakin tinggi, dan nelayan dapat menjadi mitra usaha
perikanan dalam memasok bahan baku yang dibutuhkan. 2 Interaksi pada tataran teknis operasional.
Pada tataran teknis operasional, konstruk utama yang berinteraksi adalah kegiatan perikanan tangkap TKP, perikanan budidaya
BDY dan kegiatan processing pengolahan hasil perikanan. Interaksi kegiatan perikanan tangkap menghasilkan persamaan;
TKP = -0,043 LU + 0,268 KP + 0,007 KOT. BDY = -0,303 LU + 0,005 KOT + 0,010.
PROS = -3,557 LU + 0,134 KOT + 0,010. Persamaan tersebut menggambarkan bahwa kegiatan teknis
perikanan kurang berkembang dengan lingkup usaha perikanan yang terlalu luas, karena kegiatan teknis menjadi tidak fokus.
Kewenangan Pemerintah Daerah atau Pemerintah Otonom KOT mempunyai pengaruh positif bagi pengembangan kegiatan teknis
perikanan TKP, BDY dan PROS, sementara itu kewenangan Pemerintah Pusat tidak berpengaruh terhadap perikanan budidaya
dan kegiatan pengolahan hasil perikanan. Hal ini disebabkan karena kewenangan Pemerintah Pusat tidak menyentuh kegiatan
teknis operasional dilapangan. Sementara kewenangan Pemerintah Daerah lebih menyentuh kepada kegiatan teknis dilapangan, seperti
yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir dalam hal pembinaan personil, pendampingan usaha
dan penyuluhan kepada nelayan di lokasi. 3 Interaksi pada level kewenangan dalam usaha perikanan.
Interaksi pada level kewenangan menghasilkan persamaan: KOT = 0,070 KP
– 0,250 LU – 4,450 LIN - 0,010. Persamaan ini menggambarkan kewenangan Pemerintah Pusat
berpengaruh positif
atau selalu
menjadi rujukan
bagi pengembangan kebijakan kewenangan Pemerintah Otonomi
PEMDA Rokan Hilir terkait bidang perikanan termasuk dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan.
139 Lingkup usaha perikanan LU dan indutri non perikanan LIN
cenderung menjadi pembatas dalam implementasi kewenangan PEMDA Rokan Hilir di bidang perikanan, terutama yang sensitif
terhadap operasional perikanan tangkap berkaitan seperti biaya perijinan bagi nelayan kecil, pungutan pajak dan retribusi Daerah,
pembatasan jalur penangkapan dan lain-lainnya, 4 Interaksi komponen utama pengelolaan perikanan terhadap
kesejahteraan nelayan KN menghasilkan persamaan : KN = -0,694 KP
– 0,159 KOT + 0,927 TKP + 5,198 BDY – 0741 PROS
– 0,010. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Pusat KP dan kewenangan Pemerintah Otonomi KOT belum membawa manfaat langsung bagi kesejahteraan
nelayan. Semakin banyak peraturan perikanan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka
Otonomi, cenderung mengganggu dan membatasi kegiatan masyarakat nelayan setempat.
Kegiatan perikanan tangkap TKP dan kegiatan perikanan budidaya BDY membawa pengaruh positif bagi kesejahteraan nelayan,
sedangkan kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS sebaliknya, belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan di Kabupaten Rokan Hilir.