Kelayakan Finansial Usaha Perikanan

104 Tabel 42 Nilai koefisien pengaruh langsung PL, tidak langsung PTL, dan pengaruh total PT dalam interaksi lingkungan internal LINT pada model peran usaha perikanan dalam kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total LU -0,167 -0,167 KOT 0,042 0,042 TKP 0,007 0,007 BDY 0,051 0,051 X22 PROS 0,599 0,599 X41 -0,167 -0.167 X83 KN -0,179 -0,179 X61 0,051 0,051 X63 0,144 0,144 X81 X82 X53 0,02 0,02 X52 0,06 0,06 X51 0,007 0,007 X34 X33 X23 X11 -0,079 -0,036 -0,115 X13 1 1 X73 0,107 0,107 Y11 -0,179 -0,179 Y14 -0,182 -0,182 Y12 -0,036 -0,036 X71 0,599 0,599 X91 0,012 0,012 X92 0,042 0.042 X31 1,993 1,993 X42 -0,354 -0,354 X21 X12 -0,039 -0,039 Namun bila melihat probabilitas P pengaruh internal usaha perikanan LINT terhadap keempat komponen tersebut Tabel 43, maka tidak ada satupun pengaruh dengan probabilitas P 0,05 atau dengan kata lain tidak ada yang signifikan. Terkait dengan ini, maka komponen tersebut tidak ada yang menjadi indikator dalam berbagai interaksi internal usaha perikanan LINT. Implikasinya, maka berbagai upaya yang melibatkan keempat komponen tersebut di Kabupaten 105 Rokan Hilir Provinsi Riau termasuk upaya menjalin mitra usaha perikanan dengan nelayan tidak akan berpengaruh nyata dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan, sehingga hal ini tidak mutlak harus diperhatikan. Tabel 43 Probabilitas pengaruh interaksi lingkungan internal usaha perikanan pada model peran usaha perikanan dalam kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Estimate S.E C.R. P Label LU  LINT -0,167 0,431 -0,387 0,699 par-27 X13  LINT 1,000 Fix X11  LINT -0,079 0,257 -0,307 0,759 par-4 X12  LINT -0,039 0,265 -0,148 0,882 par-5 X31  LINT 1,993 2,100 0,949 0,343 par-42 Untuk pengaruh tidak langsung, internal usaha perikanan LINT mempunyai 18 pengaruh tidak langsung terhadap komponen lainnya, yaitu berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan perikanan tangkap TKP, kegiatan perikanan budidaya BDY, kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS, skala besar dari usaha perikanan X41, kesejahteraan nelayan KN, pertumbuhan kegiatan perikanan budidaya X61, incomependapatan nelayan budidaya X63, incomependapatan nelayan tangkap X53, penyerapan tenaga kerja pada kegiatan perikanan tangkap X52, dan pertumbuhan kegiatan perikanan budidaya X51, sumberdaya manusia X11, incomependapatan nelayan pengolah X73, pendapatan Y11, lapangan kerja Y14, pendidikan Y12, pertumbuhan kegiatan pengolahan hasil perikanan X71, perijinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Otonomi X91, dan skala kecil dari usaha perikanan X42. Dari 18 pengaruh tersebut, kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS dan pertumbuhan kegiatan pengolahan hasil perikanan X71 dipengaruhi positif tidak langsung paling tinggi dengan koefisien masing-masing 0,599 dan 0,599. Kesejahteraan nelayan KN, pendapatan Y11, lapangan kerja Y12, pertumbuhan perikanan tangkap X41, dan skala kecil dari usaha perikanan X42 dipengaruhi secara negatif dengan koefisien masing-masing -0,179, -0,179, -0,182, -0,167, dan -0,354. Hal ini menujukkan bahwa secara tidak langsung internal usaha perikanan yang baik dapat menciptakan kesenjangan bagi nelayan 106 dalam hal kesejahteraan, kesenjangan pendapatan, perbedaan mencolok dalam kesempatan pekerjaan, pertumbuhan usaha perikanan tangkap yang timpang, dan usaha perikanan dengan skala kecil diabaikan. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus. Tabel 44 Pengaruh koefisien pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dalam interaksi LEX pada model peran usaha perikanan dalam kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau PL PTL PT LU 1 1 KOT -0,251 -0,251 TKP -0,045 -0,045 BDY -0,305 -0,305 X22 0,782 0,782 PROS -3,59 -3,59 X41 0,653 0,653 X83 KN 1,075 1,075 X61 -0,305 -0,305 X63 -0,863 -0,863 X81 0,778 0,778 X82 X53 -0,119 -0,119 X52 -0,36 -0,36 X51 -0,045 -0,045 X34 X33 X23 5,758 5,758 X11 0,331 0,331 X13 X73 -0,643 -0,643 Y11 1,075 1,075 Y14 1,091 1,091 Y12 0,215 0,215 X71 -3,59 -3,59 X91 -0,07 -0,07 X92 -0,251 -0,251 X31 X42 2,121 2,121 X21 1 1 X12 Koefisien pengaruh total eksternal usaha perikanan LEX terhadap lingkup usaha perikanan LU, kondisi ekonomi X21, kondisi budaya X22, dan regulasi X23 masing-masing 1,000, 1,000, 0,782, dan 5,758. Keempat pengaruh 107 total tersebut bersifat positif, dan pengaruh terhadap regulasi termasuk paling tinggi. Hal ini dapat dipahami karena regulasi yang ada sangat menentukan maju dan berkembangnya usaha perikanan. Bila regulasi yang ada selalu berubah-ubah dan tidak bersahabat, maka lingkup usaha ataupun kegiatan usaha perikanan secara keseluruhan dapat terpuruk, sedangkan bila sebaiknya maka usaha perikanan akan dapat berkembang dengan pesat dan stabil. Komitmen yang tinggi dan konsisten dalam menegakkan peraturan hukum yang berlaku agar dapat menghindari terjadinya konflik-konflik sosial dan ekonomi. Kearifan lokal harus dapat diakomodir sebagai salah satu pranata hukum BAPPENAS 2004. Sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu berkembang, sehingga dapat meningkatkan laju kontribusinya terhadap ekonomi nasional, pertumbuhan sektor perikanan perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Lubis 1983 menyatakan bahwa pembangunan perikanan diarahkan untuk mencapai 5 lima sasaran pokok yang harus diusahakan untuk dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu: 1 Meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan melalui peningkatan pendapatan 2 Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha nelayan dan pembudidaya ikan sebagai sarana untuk mencapai peningkatan pendapatan 3 Meningkatkan konsumsi ikan, terutama di kalangan masyarakat pedesaan dalam rangka perbaikan gizi makanan rakyat dan menunjang pemasaran hasil perikanan melalui program masyarakat makan ikan 4 Meningkatkan peranan sektor perikanan sebagai penghasil devisa negara dari komoditi non migas dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor komoditi hasil perikanan 5 Meningkatkan pengendalian dan pengawasan kegiatan perikanan sebagai upaya untuk dapat mengurangi sekecil mungkin kegiatan-kegiatan yang merugikan kepentingan sektor perikanan khususnya dan kepentingan bangsa dan negara pada umumnya. 108 Namun apakah pengaruh-pengaruh tersebut dianggap signifikan dalam interaksi berbagai komponen yang ada, dapat ditunjukkan oleh nilai probabilitas masing-masing interaksi yang disajikan pada Tabel 45. Tabel 45 Probabilitas pengaruh interaksi LEX pada model peran usaha perikanan dalam kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Estimate S.E C.R. P Label LU  LEX 1,000 Fix X21  LEX 1,000 Fix X22  LEX 0,782 0,302 2,593 0,010 par-6 X23  LEX 5,758 1,719 3,350 0,001 par-7 Pengaruh total eksternal usaha perikanan LEX terhadap kondisi budaya X23 dan regulasi X22 bersifat signifikan karena pengaruh langsung mempunyai probabilitas P 0,05, yaitu masing 0,010 dan 0,001 Tabel 45. Lingkup usaha perikanan LU dan kondisi ekonomi X21 tidak dipengaruh secara signifikan karena probabilitasnya tidak jelas fix. Terkait dengan ini, maka kondisi budaya X22 dan regulasi X23 menjadi indikator penting dalam interaksi eksternal usaha perikanan LEX. Semakin baik tata nilai budaya yang dikuti oleh masyarakat sekitar dan semakin kondusif regulasi yang ada, maka secara nyata lingkungan eksternal semakin mendukung usaha perikanan yang dapat mengangkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dalam kehidupan masyarakat nelayan, kebudayaan umum lokal setempat sangat mempengaruhi aktivitas mereka dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat nelayan Gertz 1992. Untuk itu, berbagai upaya pelestarian tata nilai budaya masyarakat dan penyempurnaan regulasi yang berpihak pada perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau harus selalu didukung. Kusnadi 2003 menyatakan bahwa secara konseptual program-program pemberdayaan masyarakat pesisir memiliki potensi yang cukup kuat untuk membantu dan mendorong perubahan struktural di dalam usaha perikanan tangkap dengan memperhatikan struktur sosial budaya lokal dan kontekstual dengan kebutuhan masyarakat nelayan. Program pemberdayaan harus menempatkan 109 masyarakat pesisir sebagai subyek untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Lingkup usaha perikanan LU dan sosial ekonomi X21 yang tidak dipengaruhi secara signifikan memberi indikasi bahwa di lokasi, lingkup usaha dan kondisi ekonomi tidak mempunyai kaitan terlalu penting dengan pengaturan kondisi eksternal usaha perikanan, sehingga tidak harus selalu diperhatikan. Pengaruh tidak langsung ekstenal usaha perikanan LEX terhadap berbagai komponen yang terkait dengan peran usaha perikanan terhadap kesejahteraan nelayan menunjukkan bahwa ada 19 komponen yang dipengaruhinya. Tabel 45 memperlihatkan pengaruh tidak langsung tersebut, yaitu kegiatan perikanan tangkap TKP, kegiatan perikanan budidaya BDY, kegiatan processingpengolahan hasil perikanan PROS, skala besar dari usaha perikanan X41, kesejahteraan nelayan KN, pertumbuhan kegiatan perikanan budidaya X61, incomependapatan nelayan budidaya X 63 , infrastruktur yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat X81, incomependapatan nelayan tangkap X53, penyerapan tenaga kerja pada kegiatan perikanan tangkap X52, dan pertumbuhan kegiatan perikanan budidaya X51, sumberdaya manusia X11, incomependapatan nelayan pengolah X73, pendapatan Y11, lapangan kerja Y14, pendidikan Y12, pertumbuhan kegiatan pengolahan hasil perikanan X71, perijinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Otonomi X91, dan skala kecil dari usaha perikanan X42. Diantara 19 komponen yang dipengaruhi ada 9 komponen yang dipengaruhi secara positif baik dari komponen utama konstruk maupun dimensi konstruk. Perijinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Otonomi X91 merupakan komponen yang dipengaruhi dengan koefisien paling tinggi, yaitu 3,975. Hal ini memberi indikasi bahwa kondisi eksternal usaha perikanan sangat tergantung meskipun tidak langsung dari kemudahan perijinan yang diberikan oleh Pemerintah Otonomi, seperti perijinan dalam peningkatan pengiriman barang, perijinan terkait rekrutmen tenaga kerja, perijinan dan pembelian bahan pendukung dan lainnya.