Tingkat Harga Kedelai Dunia Subsistem hulu

38 Berdasarkan luas panen, terdapat lima negara yang memiliki luas panen kedelai terbesar di dunia. Jika dikomulatifkan kelima negara tersebut menyumbang sebesar 89,9 persen terhadap luas panen dunia. Peringkat pertama negara yang memiliki luas panen kedelai terbesar di dunia adalah Amerika dengan kontribusi luas panen sebesar 32,53 persen, diikuti oleh Brazil dengan kontribusi sebesar 23,10 persen, Argentina 15,7 persen, Cina 10,1 persen dan India sebesar 8,46 persen. Jika ditinjau dari produksi kedelai dunia, kumulatif produksi kelima negara tersebut sebesar 92,36 persen dan hampir 80 persen produksi kedelai di dunia berasal dari tiga negara produsen kedelai yaitu Amerika dengan kontribusi sebesar 37,51 persen, Brazil 25,10 persen dan Argentina 18,17 persen. Bila dilihat dari keragaan produktivitas kedelai dunia terjadi fenomena menarik, dimana negara-negara yang memiliki produktivitas tinggi justru tidak dimiliki oleh negara-negara produsen utama kedelai dunia. Kelima negara yang memiliki produktivitas tertinggi diantaranya Georgia, Turki, Mesir, Italia dan Switzerland. Produktivitas kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 6. Rata-rata Produktivitas Kedelai Dunia Ton Tahun 2003-2007 Sumber: Pusat Data Informasi Pertanian 2008

5.1.6. Tingkat Harga Kedelai Dunia

Harga kedelai dunia cenderung berfluktuasi, dimana ketersediaan kedelai yang beredar di pasar internasional akan mempengaruhi harga kedelai dunia. Berkurangnya ketersediaan kedelai dunia akan menyebabkan kenaikan harga 39 kedelai. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil kedelai mengalami peningkatan maka harga akan turun. Perkembangan harga kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Harga Kedelai Dunia Bulanan Januari Tahun 2000–Januari 2010 Sumber: World Bank dalam USDA 2010 Menurut World Bank November 2009, harga kedelai tahun 2009 rata- rata setiap tonnya sebesar 437, turun 16 persen dari tahun 2008. Puncak harga kedelai dunia terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga ini terjadi karena respon terhadap permintaan yang kuat pada persaingan tanaman yang digunakan sebagai bahan baku biofuel. Saat ini harga kedelai mengalami kenaikan. Kenaikan harga kedelai dunia juga berimbas pada kenaikan harga kedelai di dalam negeri karena sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari kedelai impor yang harganya tergantung pada harga kedelai internasional. Berdasarkan data Bloomberg dalam USDA 2010, harga kedelai di Chicago Board of Trade CBOT untuk pengiriman Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US 13,71 per bushel . Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sebesar US 12,7 per bushel. Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu kenaikan harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat USDA seperti dikutip Bloomberg menyatakan, kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini akan berkurang sekitar satu persen ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan 40 kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar 3 . 5.2. Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

5.2.1. Subsistem hulu

Subsistem hulu merupakan bagian dari sistem agribisnis kedelai lokal yang meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan pendistribusian sarana produksi seperti benih, pupuk dan alat-alat pertanian yang dapat mendukung terlaksananya usahatani kedelai. Kuantitas dan kualitas hasil panen kedelai sangat ditentukan oleh tersedianya input usahatani khususnya penggunaaan benih unggul dan pupuk. Benih yang digunakan oleh petani kedelai lokal berasal dari perbanyakan yang dilakukan oleh balai benih. Benih yang diperbanyak oleh balai benih merupakan benih unggul bermutu yang kemudian melewati tahap sertifikasi hingga sampai ke tangan produsen. Petani kedelai lokal umumnya jarang yang menggunakan benih unggul bermutu dalam pertanaman kedelai. Sebagian besar petani kedelai lokal menggunakan benih hasil panen musiman sebelumnya atau dari hasil panen sendiri atau membeli benih ke pedagang hasil bumi yang mendapat kedelai dari hasil panen di wilayah lain dari musim panen sebelumnya sistem jabalsim. Pedagang benih tersebut biasanya melakukan pembersihan dan sortasi benih agar kenampakan biji menjadi lebih baik. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh tambahan keuntungan karena harga benih dapat lebih tinggi daripada harga biji maupun calon benih tanpa dilakukan pembersihan dan sortasi. Penggunaan benih kedelai dengan cara-cara tersebut diperkirakan mencapai 90 persen, yang berarti penggunaan benih kedelai bermutu dan bersertifikat tidak lebih dari 10 persen. Padahal penggunaan benih bermutu sangat besar pengaruhnya terhadap produksi kedelai yang dihasilkan. 3 Anonim. 2011. Stok Kedelai Dunia Menipis Harga Kedelai Melambung. http: industri. kontan. co.id v2read Industri 64458 Stok-kedelai-dunia-menipis-harga-kedelai-melambung [diakses 2 maret 2011] 41 Berdasarkan penelitian Sejati et al 2009 di daerah Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani kedelai dengan memakai benih berlabel masih sangat terbatas. Hal tersebut tercermin pada petani Non SL-PTT Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu yang umumnya menggunakan benih tanpa label baik dari hasil sendiri maupun membeli dari kios penjual benih kedelai. Sedangkan pada kelompok SL- PTT seluruhnya memakai benih berlabel dan kondisi tersebut terjadi karena benihnya merupakan benih bantuan dari pemerintah. Pada umumnya yang menjadi masalah dari perbenihan kedelai ini adalah stok yang terbatas atau tidak tersediaannya benih yang diminta petani. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan untuk perbanyakan benih yang diperbanyak oleh balai benih setempat. Penggunaan pupuk bagi tanaman kedelai di berbagai wilayah bervariasi, sesuai dengan spesifikasi lokasi. Pemerintah sendiri telah menggulirkan pupuk bersubsidi bagi petani kedelai lokal. Beberapa masalah yang kerap kali dialami petani kedelai adalah terbatasnya ketersediaan pupuk pabrik anorganik pada saat dibutuhkan. Petani yang tergolong dalam kelompok tani membeli pupuk secara kolektif bersama anggota lainnya dalam kelompok tani. Sebagian dari petani melalui kelompok tani telah menyusun Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK yang mencantumkan dengan jelas kebutuhan pupuk kelompok dan wilayahnya. Namun pada kenyataannya, pupuk yang tersedia di tingkat usahatani tidak sesuai dengan yang petani usulkan dalam RDKK. Berbagai alasan diutarakan distributor pupuk dan pengecer di lapangan kepada petani karena tidak dapat menyediakan pupuk yang dibutuhkan petani. Kelangkaan pupuk ini terutama terjadi di Kabupaten Garut Jawa Barat dan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur sedangkan dikabupaten Soppeng Sulawesi Selatan, petani merasa cukup tersedia pupuk pabrik yang mereka butuhkan Sejati et al 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Sejati et al 2009, semua petani yang tergabung pada kelompok SLPTT menggunakan pupuk dalam budidaya kedelai. Hal ini dikarenakan adanya program bantuan dari pemerintah berupa bantuan pupuk. Sedangkan pada petani non SLPTT baru 60 persen yang memakai pupuk kimia dan dari segi dosis pemakaian masih di bawah anjuran. Bahkan untuk penggunaan pupuk organik hanya sebesar 20 persen. Padahal 42 dewasa ini anjuran penggunaan pupuk organik sedang digalakkan sebagai komponen pupuk bio hayati. Menurut petani, masih rendahnya pemakaian pupuk organik yang bersifat bio hayati dikarenakan selain harganya relatif mahal, penggunaan pupuk organik juga masih dalam taraf uji coba. Pemberian pupuk kimia seperti urea, SP-36 dan NPK dilakukan dengan cara disebarkan, karena dianggap lebih efisien dalam pemakaian tenaga kerja. Tersedianya alat mesin pertanian sangat mempengaruhi hasil produksi kedelai, dimana alsintan digunakan sebagai teknologi yang mampu membantu pengembangan budidaya kedelai lokal. Begitu juga dengan tersediannya amelioran yang mampu membantu kesuburan tanaman kedelai. Tersedianya input yang baik akan berpengaruh pada hasil produksi kedelai. Pada subsistem agribisnis kedelai lokal pelaku subsistem hulu untuk pengadaan benih diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, balai benih provinsi maupun kabupaten, BPSBTPH Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman pangan dan Hortikultura, swasta. Sedangkan pelaku untuk pengadaan pupuk diantaranya, pemerintah pusat dan daerah, BUMN, swasta, pedagangpengecer pupuk dan alat mesin pertanian alsintan.

5.2.2. Subsistem Usahatani Kedelai