Analisis Komponen SWOT Analisis SWOT Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal

84

7.1.2 Analisis Komponen SWOT

Analisis komponen SWOT terdiri dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh dari analisis sistem agribisnis kedelai lokal pada bab sebelumnya dengan menggunakan Sistem Berlian Porter. Berikut ini akan dijelaskan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Selanjutnya kita dapat merumuskan strategi untuk mengembangan dan meningkatkan dayasaing kedelai lokal di Indonesia berdasarkan analisis tiap komponen SWOT yang telah dilakukan. 1 Analisis Kekuatan a Usahatani kedelai lokal layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan secara finansial Usahatani budidaya kedelai layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan secara finansial, tercermin dengan nilai RC rasio sebesar 2,01 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka petani tersebut memperoleh penerimaan sebesar 2,01. Hal ini menunjukan usahatani kedelai lokal layak untuk diusahakan karena nilai RC rasionya lebih dari satu. Keuntungan finansial dan kelayakan usahatani kedelai ini tentunya menjadi kekuatan dalam pengembangan agribisnis kedelai lokal. b Kedelai lokal tropis memiliki masa panen yang lebih pendek dari kedelai impor subtropis Tanaman kedelai di Indonesia umumnya telah berbunga pada umur 25-40 hari, pada saat tinggi tanaman baru mencapai 40-50 cm. Di wilayah subtropis, yang memiliki panjang hari 14-16 jam pada musim semi musim panas, tanaman kedelai baru berbunga setelah berumur 50-70 hari. Umur kedelai di Indonesia sangat genjah, berkisar antara 75-95 hari, sedang umur kedelai di daerah subtropis mencapai 150-160 hari. Hal ini menjadi kekuatan bagi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia karena dengan umur panen kedelai lokal yang lebih pendek dibandingkan kedelai impor, diharapkan mampu menghasilkan kedelai lokal yang lebih banyak dibandingkan dengan kedelai impor yang usia panennya lebih panjang. 85 c Kualitas kedelai varietas unggul lokal lebih baik dari kedelai impor Menurut Balitbang 2008, di Indonesia sebagian besar kedelai digunakan untuk pembuatan tempe dan tahu. Bagi pengusaha tempe sendiri lebih menyukai tempe berbiji besar. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan kedelai berbiji besar dengan bobot 14-17 gram100 biji, mirip kedelai impor dengan bobot rata- rata 16 gram100 biji. Varietas unggul kedelai berbiji besar tersebut diantaranya adalah Anjasmoro, Burangrang, Bromo, dan Argomulyo. Tempe yang dibuat dengan menggunakan ketiga varietas unggul kedelai nasional ini baik bobot, volume yang dimiliki sama dengan tempe yang dibuat dari kedelai impor, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian telah menghasilkan galur harapan kedelai berbiji hitam dengan kadar protein lebih tinggi 43-44,6 persen bk dan bobot biji besar ±14 g 100 biji. Kecap manis yang diolah dari galur harapan kedelai berbiji hitam ini berkadar protein relatif lebih tinggi dibanding kedelai berbiji kuning, sedangkan bobot, volume kecap relatif sama. Sedangkan untuk kedelai varietas Argopuro dan Gumitir dengan bobot biji masing-masing 15 gr dan 18 gr per 100 biji memiliki rendemen tempe 18 persen lebih tinggi dari kedelai impor. Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan 12 varietas unggul dan satu galur harapan kedelai dengan kadar protein 40-44 persen bobot kering bk, rendemen dan tekstur tahunya lebih baik dibanding kedelai impor yang kadar proteinnya hanya 35-37 persen bk. Kadar protein biji kedelai, terutama fraksi globulin, berkorelasi positif dengan bobot dan tekstur tahu, sedangkan bobot atau ukuran biji kedelai relatif tidak mempengaruhi mutu tahu. Beberapa hal diatas menjadikan kualitas kedelai lokal lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor. Hal ini menjadi kekuatan kedelai lokal untuk bersaing dengan kedelai impor. Perbedaan kualitas kedelai lokal dan impor dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain itu kedelai lokal memiliki varietas unggul yang mampu berproduksi lebih dari 2 tonha. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki kedelai lokal untuk meningkatkan dayasaing dengan kedelai impor. Varietas unggul yang memiliki potensi produksi 2 tonha dapat dilihat pada Lampiran 6. 86 d Banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai Seiring dengan besarnya konsumsi kedelai maka industri pengolahan berbahan baku kedelai juga semakin berkembang. Pada Lampiran 4, terlihat banyaknya perusahaan pengolahan kedelai terutama untuk pengolahan tempe dan tahu. Industri pengolahan kedelai ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan sebagian besar merupakan industri berskala kecil dan rumah tangga. Banyaknya industri pengolahan kedelai di Indonesia merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia. 2 Analisis Kelemahan a Lahan yang digunakan untuk penanaman kedelai semakin sedikit Berdasarkan data Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010, lahan bagi penanaman kedelai cenderung menurun. Pada tahun 1999 lahan kedelai sebesar 1.16 juta ha. Penurunan secara drastis terjadi pada tahun 2000 luas lahan menjadi sebesar 824.484 ha. Pada tahun 2009 lahan kedelai sebesar 722.931. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya hal ini terjadi karena gairah petani kedelai yang terus menurun karena sulitnya bersaing dengan kedelai impor sehingga membuat petani beralih untuk menanam komoditi lainnya yang dinilai lebih menguntungkan. b Banyaknya petani yang tidak menggunakan benih yang dianjurkan Berdasarkan wawancara dengan Kasi Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Perbenihan, petani kedelai kerap kali kesulitan dalam memperoleh benih kedelai yang diinginkan. Ketidaktersediaan benih yang diinginkan petani atau stok benih yang terbatas menjadi alasan sulitnya perolehan benih bagi para petani. Dalam hal ini seringkali benih kedelai yang tersedia dibalai benih tidak sesuai dengan jenis benih kedelai yang diinginkan oleh beberapa petani karena adanya keragaman penggunaan berbagai jenis benih kedelai lokal yang berbeda yang digunakan petani. Selain itu, stok benih yang ada seringkali terbatas karena balai benih membagi lahan untuk perbanyakan benih dengan tanaman pangan yang lain sehingga perbanyakan benih kedelai oleh balai benih terbatas oleh lahan yang tersedia di balai benih. Selain masalah ketersediaan, mahalnya harga benih berkualitas menjadi alasan banyaknya petani kedelai yang belum menggunakan benih berkualitas. 87 c Penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran Penggunaan pupuk di daerah-daerah bervariasi, sesuai dengan spesifikasi lokasi. Kemampuan permodalan petani sangat menentukan petani dalam melaksanakan anjuran dosis pemupukan yang ideal. Pada kenyataannya, banyak petani yang belum menggunakan pupuk yang sesuai anjuran. Hal ini karena keterbatasan modal dan informasi pada petani serta harga pupuk yang dinilai cukup mahal. Untuk itu beberapa petani menanam kedelai sesudah penanaman padi. Hal ini dilakukan agar tanaman kedelai mendapatkan sisa-sisa pemupukan dari pertanaman sebelumnya. Selain itu pada beberapa daerah kerap kali terjadi kelangkaan pupuk, seperti yang terjadi di Kabupaten Garut dan Pasuruan. Hal ini tentu saja menghambat petani dalam penggunaan pupuk. d Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun Berdasarkan data Direktorat Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian 2004, gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun drastis sejak tahun 1992. Hal tersebut antara lain disebabkan karena bercocok tanam kedelai dianggap tidak menguntungkan, dibandingkan apabila petani melakukan budidaya tanaman lain. Selain itu masuknya kedelai impor dengan harga murah dimana bea masuk impor sebesar nol persen membuat kedelai impor semakin deras masuk sehingga kedelai lokal sulit bersaing karena pada umumnya kedelai impor lebih murah bila dibandingkan dengan kedelai lokal. Kondisi inilah yang menyebabkan minat petani untuk menanam kedelai semakin rendah banyak petani beralih menanam komoditi lain seperti jagung, kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain. e Ketidakmampuan petani kedelai lokal dalam mengakses permodalan Hingga saat ini petani kedelai di Indonesia masih mengalami kesulitan modal. Padahal permodalan petani sangat menentukan petani dalam menghasilkan kedelai yang baik. Saat ini sumber permodalan petani untuk kegiatan usahatani kedelai berasal dari permodalan sendiri dan dari pembiayaan pemerintah yang digulirkan melalui program bantuan seperti bantuan Bantuan Langsung Benih Unggul dan Bantuan Langsung Pupuk. Namun bantuan ini masih jauh dari sempurna karena hingga saat ini masih banyak petani kedelai yang belum mendapatkan bantuan. Sebenarnya pemerintah telah memberikan bantuan kredit seperti KKPE. Namun pada prakteknya di lapangan para petani sulit mendapatkan 88 KKP-E. Melalui Gapoktan Gabungan Kelompok Tani, petani mengajukan pinjaman ke bank untuk mendapatkan KKP-E, namun pihak bank tetap meminta jaminan dari para petani. Hal yang sama juga terjadi pada pencairan KUR, yang bunganya sudah diturunkan. Dalam hal ini pihak bank meminta petani untuk menyediakan jaminan dan mendapatkan pendampingan serta bimbingan teknis dari Kementerian Pertanian. Bagi petani yang tidak memiliki agunan tentu saja pinjaman melalui KKP-E maupun KUR sulit untuk diperoleh. Sedangkan sebagian besar petani kedelai merupakan petani kecil yang rata-rata kekurangan modal dan tidak memiliki agunan. Hal inilah yang menjadi alasan sulitnya petani kedelai lokal dalam mengakses pinjaman modal. Keterbatasan permodalan petani ini tentunya menghambat pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. f Rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri Banyaknya petani kedelai lokal yang tidak menggunakan benih unggul bermutu benih asalan dengan berbagai alasan baik karena kurangnya informasi maupun keterbatasan modal membuat mutu kedelai lokal yang dihasilkan rendah. Padahal penggunaan benih bermutu sangat menentukan kualitas kedelai yang dihasilkan. Hal ini menjadi penyebab rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri. g Sistem tataniaga yang cenderung merugikan petani Tataniaga semakin merugikan petani ketika LoI Letter of Intent pada 24 Juni 1998 dalam butir 16 menyebutkan pemerintah harus membebaskan tataniaga pangan termasuk kedelai dengan tarif bea masuk BM 0 persen, padahal sebelumnya tarif BM impor 20 persen 1997. Sejak saat itu, Bulog dan swasta mendapat peran sama dalam importasi dan pemasaran. Hal ini sangat merugikan petani kedelai lokal karena tidak adanya Bulog sebagai lembaga penstabil harga membuat harga kedelai yang beredar di dalam negeri menjadi tidak stabil. Selain itu tanpa adanya lembaga yang membatasi, kedelai impor semakin deras masuk 14 . 14 Anonim. 2008. Peran Bulog harus Permanen. http: els.bappenas.go.id upload kliping Peran20bulog.pdf [diakses 15 April 2011] 89 h Petani yang tergabung dalam kelompok tani masih terbatas Menurut Dirjen Tanaman Pangan 2004, masih terbatasnya petani yang tergabung dalam kelompok tani membuat posisi tawar petani menjadi lemah. Padahal keberadaan kelompok tani bagi petani kedelai sendiri sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan masih terbatasnya petani yang menjual hasil panen secara berkelompok sehingga harga jual sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul. 3 Analisis Peluang a Adanya lahan potensial untuk penanaman kedelai di Indonesia Menurut data Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2004, Indonesia memiliki potensi lahan penanaman kedelai dengan kriteria kesesuaian agroklimat yang cukup luas. Kedelai dapat ditanam hampir di seluruh lahan sawah dan lahan kering yang ada di wilayah Indonesia. Pada lahan kering kedelai dapat ditanam dengan melakukan penyesuaian waktu tanam dengan curah hujan. Lahan kering ini umumnya terdapat di Sumatera, NTB. Terdapat 12 provinsi yang diidentifikasi masih tersedia lahan yang dapat diusahakan untuk usahatani kedelai seluas 12,9 juta ha. Di 12 provinsi NAD, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, Sultra dan NTB terdapat 3,54 juta ha yang berpotensi tinggi 3 juta yang berpotensi sedang dan 5,46 juta ha yang berpotensi rendah. Disebutkan bahwa dari 12 provinsi yang telah dievaluasi, lahan yang berpotensi tinggi dan sedang untuk pengembangan kedelai terdapat dipulau Jawa Agus et al 2005 di dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007. Adanya lahan potensial yang dapat ditanami kedelai menjadi kekuatan bagi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. b Banyaknya penelitian pengembangan kedelai lokal yang sudah dilakukan dan diaplikasikan Upaya pengembangan kedelai lokal di Indonesia didukung oleh berbagai penelitian yang dilakukan baik oleh lembaga penelitian seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Batan Tenaga Atom Nasional BATAN maupun perguruan tinggi. Lembaga-lembaga tersebut mampu memberikan informasi yang berguna untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Hingga saat ini, Badan Penelitian Pertanian terus melakukan penelitian untuk menemukan varietas kedelai unggul baru. Beberapa hasil penelitian yang ada diantaranya 90 adalah telah dilepasnya 73 varietas unggul kedelai, dari jumlah tersebut 19 varietas unggul memiliki potensi produksinya antara 2,16 - 3,50 tonha. Ditemukannya varietas benih unggul tersebut tentunya sangat membantu pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia karena dapat meningkatkan produksi kedelai lokal sehingga memberikan peluang bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia agar semakin berkembang. Rincian varietas unggul dapat dilihat pada Lampiran 6. c Adanya dukungan KOPTI KOPTI sebagai wadah yang menghimpun para pengusaha tahu tempe di Indonesia tidak hanya bertindak sebagai penyalur kedelai semata tidak bersifat komersil melainkan bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yaitu para pengusaha tempe dan dan tahu yang tergabung dalam KOPTI. Keberadaan KOPTI sendiri sebagai perwujudan dari koperasi, mampu memberikan peluang untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Karena KOPTI tidak hanya berperan sebagai penyalur yang membantu tataniaga kedelai lokal sendiri, keberadaan KOPTI juga membantu dalam akses permodalan bagi para anggotanya yaitu pengusaha tahu dan tempe. Diharapkan dengan semakin eksisnya peran KOPTI maka agribisnis kedelai lokal akan semakin berkembang. d Tingginya permintaan dalam negeri Meskipun pertumbuhan permintaan kedelai di Indonesia berfluktuatif namun permintaan untuk kedelai dalam negeri tetap tinggi. Tingginya permintaan kedelai ini dapat dilihat dari besarnya defisit kedelai yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dilakukan impor kedelai yang cukup tinggi. Tingginya permintaan kedelai juga disebabkan karena berbagai manfaat yang terdapat pada kedelai. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi berbagai makanan olahan kedelai seperti tempe dan tahu yang merupakan makanan turun temurun masyarakat Indonesia. 91 e Harga kedelai dunia akan meningkat Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sejati et al 2009, membaiknya harga kedelai dunia membuat harga kedelai impor meningkat. Kondisi tersebut terjadi, karena adanya pencabutan terhadap subsidi harga kedelai di USA dan Brazil. Selain itu adanya pengalihan lahan kedelai menjadi jagung yang digunakan untuk pembuatan biofuel yang secara teknis digunakan sebagai bahan bakar minyak alternatif. Dalam hal ini tentu saja akan mengurangi stok kedelai dunia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kedelai Indonesia yang sebagian besar berasal dari impor. Dengan adanya kondisi tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan produksi kedelai lokal, sehingga kedelai lokal mampu memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri yang sebagian besar masih berasal dari impor. f Adanya program SL-PTT Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu SL- PTT merupakan sekolah lapang bagi petani. SL-PTT ini menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Penerapan program SL-PTT kedelai, mampu meningkatkan produktivitas usahatani kedelai yang mengikuti SL-PTT ini. Produktivitas usahatani kedelai yang mengikuti SL-PTT dengan non SL-PTT sangat berbeda. Produktivitas usahatani kedelai SL-PTT lebih tinggi bila dibandingkan dengan non SL-PTT. Peningkatan produktivitas yang terjadi pada beberapa sentra kedelai yang mengikuti SL-PTT ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal ini menunjukkan bahwa adanya program SL-PTT ini menjadi peluang dalam meningkatkan pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. g Adanya dukungan kredit perbankan Adanya dukungan kredit perbankan yang diberikan pemerintah untuk mendukung kegiatan usahatani bagi petani kedelai lokal, diantaranya adalah KKP-E Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang disalurkan melalui Bank Umum maupun Bank Pembangunan Daerah, KUR yang disalurkan melalui bank Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BTN sebesar 14,8 milyar. Untuk KUR sendiri, dari total kredit tersebut sektor pertanian termasuk kedelai 92 memperoleh sebesar 3,9 milyar, 26,6 persen dengan penerima kredit sebanyak 613.780 orang atau rata-rata sebesar Rp6,45 juta per orang. Adanya bantuan pembiayaan yang disalurkan melaui perbankan ini dapat menjadi peluang untuk mengatasi masalah permodalan bagi para petani kedelai. h Adanya dukungan Dewan Kedelai Dewan Kedelai merupakan lembaga yang memberikan masukan kepada pemerintah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berguna bagi pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia. Dewan Kedelai mampu memberikan peluang untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dari hulu hingga ke hilir. Diharapkan dengan adanya Dewan Kedelai ini masalah-masalah terkait kedelai nasional dapat teratasi serta dayasaing sistem agribisnis kedelai di Indonesia semakin meningkat. i Adanya LKMS di Indonesia Pertumbuhan lembaga keuangan mikro syariah LKMS di Indonesia makin menunjukkan tren kemajuan yang signifikan. Dengan sasaran utama para pelaku usaha mikro dan super mikro yang umumnya berada di pedesaan, LKMS menjelma menjadi penggerak ekonomi rakyat kecil yang tangguh. Saat ini, terdapat sekitar tiga juta nasabah mikro yang memperoleh pembiayaan dari LKMS atau Baitul Mal wa Tamwil BMT. Aset yang dikelola LKMSBMT pun sudah menyentuh angka Rp 3 triliun, dengan 4.000 LKMSBMT yang tersebar di seluruh Indonesia. Meningkatnya aset BMTLKMS membuktikan jika lembaga tersebut mampu menunjukkan diri sebagai lembaga yang handal dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, dimana mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai sumber dana 15 . j Adanya balai benih Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menetapkan otonomi daerah, saat ini kewenangan pengelolaan balai benih telah diserahkan kepada masing-masing pemerintah daerah Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2005. Balai benih berfungsi untuk menyediakan benih-benih yang dibutuhkan petani 15 Krisman Purwoko. 2010. BMT Indonesia Kelola Aset Rp 3 Triliun. http:bmt-link.co.idbmt- Indonesia-kelola-aset-rp-3-triliun [diakses 12 April 2011] 93 kedelai lokal. Balai benih sendiri terdapat di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Benih yang telah diperbanyak oleh balai benih disalurkan kepada para penangkar atau produsen benih. Setelah benih berada pada para penangkar atau produsen benih, benih disalurkan kepada petani atau melalui distributor kepada petani. k Adanya kemitraan dengan perusahaan swasta besar untuk mengembangkan kedelai lokal di Indonesia Adanya kemitraan dengan perusahaan swasta besar. Dalam hal ini petani kedelai lokal memiliki kewajiban untuk menyediakan pasokan kedelai lokal dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan permintaan industri mitra. Di lain sisi industri mitra memiliki kewajiban untuk menjamin pasar kedelai lokal yang dihasilkan serta memberi pinjaman modal bagi para petani kedelai lokal. Selain dari kedua pihak tersebut dukungan pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan kemitraan tersebut penting dilakukan seperti dukungan infrastruktur atau menugaskan badan penelitian ataupun perguruan tinggi yang mampu memberikan masukan teknologi yang dapat menunjang kegiatan produksi. Salah satu bentuk kemitraan dengan perusahaan swasta besar dilakukan oleh perusahaan Unilever. Semakin berkembangnya produk kecap bango dipasaran membuat PT Unilever sebagai pemilik kecap Bango membangun petani mitra untuk memenuhi kebutuhan pasokan kedelai hitam. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku, PT Unilever Indonesia berkomitmen mengembangkan budidaya kedelai hitam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama antara Unilever, Universitas Gajah Mada UGM, dan petani di Yogyakarta. Kerjasama dengan pola kemitraan itu telah berhasil menemukan varietas kedelai hitam lokal bernama Kedelai Mallika. Saat ini benih Mallika telah dipergunakan petani yang mengikuti kemitraan dengan Unilever. Sejak program dirintis pada 2001, telah 5.000 petani dan 126 kelompok tani terlibat dalam kemitraan. Mereka tersebar di Bantul, Sleman, Nganjuk, Trenggalek, Madiun, Blitar, dan Jombang, serta beberapa daerah di Jawa Tengah. Pada 2005 total lahan mencapai 416,459 ha. Tahun 2006 meningkat menjadi 650 ha, dan 2007 sudah mencapai 1.800 ha 16 . Dalam hal ini Unilever memberikan bantuan saprodi dan menjadi pembeli dari 16 Yan Suhendar. 2007. Benih Kecap Segurih Rasanya. http: www. agrina - online. Com show_article. Php ? rid = 7 aid = 1115 [diakses 28 April 2011] 94 kedelai hitam yang dikembangkan. Pembinaan dilakukan oleh petugas lapang dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta seperti yang dilakukan pada kabupaten Pacitan Jawa Timur. Apabila hal ini terus berlanjut tentunya, akan menjadi peluang bagi petani kedelai lokal untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Pengembangan kedelai hitam yang dilakukan PT Unilever dan UGM Yogyakarta, diharapkan mampu membangkitkan semangat petani, peneliti, dan pemerintah sekaligus industri dalam mengentaskan kemiskinan dan kebodohan dan mencegah ketergantungan impor kedelai dari negara lain. 4 Analisis Ancaman a Tingginya volume kedelai impor membuat persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor meningkat Tingginya volume impor kedelai di Indonesia membuat semakin tingginya persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor. Tingginya volume impor ini ditunjukkan dengan volume impor yang semakin meningkat dan pada tahun 2010 volume impor sebesar 1,62 juta ton. Kedelai impor yang harganya lebih murah dengan kualitas yang baik membuat kedelai lokal semakin tersaingi. Dominasi kedelai impor pada pasar di dalam negeri akan membuat kedelai lokal semakin terhimpit. Tidak hanya persaingan kualitas namun persaingan harga juga harus dihadapi petani kedelai lokal dimana mereka harus menghadapi harga kedelai impor yang umumnya selalu lebih rendah. Tingginya volume impor ini akan berpengaruh terhadap gairah petani dalam menanam kedelai. Jika tidak segera diperbaiki kondisi ini akan mengancam kelangsungan pengembangan kedelai lokal di Indonesia. b Berlakunya kebijakan impor nol persen. Kebijakan tarif impor sebesar nol persen membuat impor kedelai semakin deras. Adanya kebijakan impor ini membuat kedelai impor semakin mudah masuk dan semakin melemahkan petani kedelai lokal. Posisi kedelai lokal di dalam negeri sangat terhimpit dengan keberadaan kedelai impor. Meskipun secara finansial usahatani kedelai lokal menguntungkan namun dengan adanya kebijakan yang merugikan petani kedelai lokal maka petani kedelai lokal menjadi tidak diuntungkan. Diberlakukannya tarif impor nol persen semakin memudahkan 95 kedelai impor masuk ke dalam negeri. Hal ini membuat petani kedelai lokal semakin merasa dirugikan. 7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT Alat analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan kedelai lokal di Indonesia. Perumusan strategi dilakukan dengan menganalisis empat faktor pada SWOT seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada agribisnis kedelai lokal di Indonesia yang diperoleh berdasarkan analisis pada komponen Berlian Porter. Keempat faktor yang telah dianalisis tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah matrik SWOT. Matriks SWOT tersebut mempertemukan ke empat faktor yang ada agar dapat dirumuskan menjadi strategi yang saling mendukung Tabel 12. Strategi S-O dirumuskan dengan menggunakan kekuatan dari agribisnis kedelai lokal untuk memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan strategi W-O dirumuskan untuk memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan. Strategi S-T dirumuskan dengan menggunakan kekuatan agribisnis kedelai lokal untuk mengatasi ancaman, sedangkan strategi W-T dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. 96 Tabel 12. Matriks SWOT Agribisnis Kedelai Lokal Internal Eksternal Kekuatan Strenght - S 1. Usahatani kedelai lokal layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan secara finansial 2. Kedelai lokal tropis memiliki masa panen yang lebih pendek dari kedelai impor Subtropis 3. Memiliki varietas kedelai unggul lokal yang lebih berkualitas daripada kedelai impor 4. Banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai Kelemahan Weaknesses-W 1. Lahan yang digunakan untuk penanaman kedelai semakin sedikit 2. Banyaknya petani yang tidak menggunakan benih yang dianjurkan 3. Penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran 4. Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun 5. Ketidakmampuan petani mengakses permodalan 6. Rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri 7. Tataniaga petani yang cenderung merugikan petani kedelai lokal 8. Petani yang tergabung dalam kelompok tani masih terbatas Peluang Opportunities-O 1. Adanya lahan potensial untuk penanaman kedelai di Indonesia 2. Banyaknya penelitian pengembangan kedelai lokal 3. Adanya Kopti 4. Tingginya permintaan dalam negeri 5. Harga kedelai dunia meningkat 6. Adanya program SL-PTT 7. Adanya dukungan kredit perbankan 8. Adanya dukungan dewan kedelai 9. Adanya LKMS 10. Adanya balai benih 11. Adanya kemitraan dengan perusahaan swasta besar untuk mengembangkan kedelai lokal di Indonesia Strategi S-O 1. Peningkatan Produksi Kedelai lokal S1,S2,S3,O1, O4,O5,O6,O7, O8, O10, O11 2. Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O11 3. Penguatan kelembagaan S4,O3, O7, O8, O9, O10, O11 Strategi W-O 1. Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank W2, W3, W5, O9 2. Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai W2,W3,W6, O8, O10 3. Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia W1, W2, W3, W4, W5, W8, O4, O7 4. Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal W1,W2, W3, W4, W6, O1, O2,O3, O4, O5, O6, O8 5. Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal W2, W3,W4, W6, W8, O6, O8 Ancaman Threats-T 1. Tingginya volume kedelai impor membuat persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor meningkat 2. Berlakunya kebijakan impor kedelai nol persen. Strategi S-T 1. Pembatasan volume impor S1,S2, S3, S4, T1, T2 Strategi W-T 1. Membentuk Lembaga Stabilitas Harga kedelai W4,W7, T1,T2 97 1 Strategi S-O Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada pada agribisnis kedelai lokal untuk meraih dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya. Strategi yang dapat dilakukan diantaranya: a Peningkatan Produksi kedelai lokal Permintaan kedelai nasional selalu defisit dikarenakan produksi kedelai lokal yang belum mampu memenuhi permintaan kedelai nasional. Hal ini tentunya perlu ditindaklanjuti yaitu dengan melakukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai lokal di Indonesia. Beberapa cara untuk meningkatkan produksi kedelai lokal di Indonesia diantaranya dapat ditempuh melalui: 1 Perluasan areal panen Perluasan areal panen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi kedelai lokal. Perluasan areal panen dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya Puslitbang Tanaman Pangan 2007. a Perluasan areal tanam kedelai lokal dapat dilakukan pada lahan bukaan baru atau lahan pasang surut yang sudah direklamasi. Untuk lahan bukaan baru diperlukan rhizobium sedangkan pada lahan pasang surut diperlukan kapur pertanian sebagai amelioran. b Peningkatan indeks pertanaman dengan memasukkan kedelai pada MK II untuk sawah irigasi dan MK 1 pada sawah tadah hujan, atau tumpang sari dengan tanaman perkebunan yang belum menghasilkan di provinsi-provinsi yang potensial dan sudah pernah berhasil dalam menanam kedelai. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan daerah-daerah yang potensial untuk penanam kedelai di Indonesia. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk perluasan areal panen kedelai tanam kedelai lokal. Diperluasnya areal tanam maka areal panen juga akan bertambah sehingga produksi kedelai lokal dapat meningkat. 2 Peningkatan produktivitas Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan memberdayagunakan teknologi inovasi. Dalam hal ini salah satu teknologi yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas adalah benih unggul bermutu. Dalam rangka peningkatan produksi untuk mencapai swasembada kedelai, maka penggunaan 98 benih unggul bermutu perlu ditingkatkan. Penggunaan benih unggul bermutu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal. Dalam hal ini pemerintah telah meluncurkan benih unggul bermutu kedelai lokal yang memiliki potensi hasil di atas 2 tonha. Penggunaan benih unggul bermutu dalam usahatani kedelai lokal akan meningkatkan produksi kedelai. b Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal penting untuk dilakukan mengingat banyaknya industri pengolahan kedelai di Indonesia yang menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan kedelai seperti tempe, tahu dan kecap yang berbahan dasar kedelai lokal. Selain itu perlunya menanamkan pemikiran kepada para pelaku industri pengolahan kedelai di Indonesia bahwa mutu kedelai lokal tidak kalah dengan kedelai impor. Sehingga para pengusaha tempe khususnya beralih menggunakan kedelai lokal. c Penguatan Kelembagaan Kebijakan dan program pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan kedelai lokal di Indonesia tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh semua lembaga terkait. Untuk itu mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan kerjasama yang kuat dan saling terintegrasi antar lembaga terkait. Hubungan yang kuat antar lembaga terkait diharapkan dapat terjadi antara pemerintah, stakeholderswasta, petani kedelai lokal, kelompok petani, lembaga penelitian, perguruan tinggi penyuluh, lembaga keuangan dan lembaga pemasaran. 2 Strategi W-O a Membentuk kerjasama dengan lembaga keuangan non bank Permodalan merupakan aspek yang sangat penting bagi usahatani kedelai. Ironisnya banyak petani kedelai lokal di Indonesia yang masih mengalami kesulitan dalam memperoleh aspek ini. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk petani kedelai lokal yang masih kekurangan modal seperti diberikannya kredit kepada petani kedelai lokal. Meskipun banyak bantuan kredit yang digulirkan namun petani kita tetap saja sulit untuk mengakses kredit tersebut. Untuk itu perlu dibentuknya kerjasama dengan lembaga keuangan non bank seperti LKMS Lembaga Mikro Syariah yang mampu memberikan kredit kepada petani kedelai 99 lokal yang sebagian besar merupakan petani kecil. Hingga kini telah terdapat lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia. Keberadaan lembaga ini dapat diarahkan untuk membantu permodalan petani kedelai untuk mengembangkan usahatani mereka. Dalam hal ini lembaga mikro tersebut memiliki jaringan sosial yang kuat dan dapat didirikan dengan mengikuti aturan main koperasi, khususnya koperasi simpan pinjam. Nasabah yang akan meminjam uang dalam hal ini petani kedelai yang akan meminjam dana tidak harus mengikuti persyaratan teknis perbankan sehingga pelayanannya lebih cepat dan memiliki jaminan sosial yang kuat karena lembaga ini berada dekat dengan konsumen. Selain itu lembaga tersebut memiliki kegiatan simpan-pinjam dengan prinsip bagi hasilsyariah yang mengikuti aturan main koperasi sehingga permodalan simpan pinjam dapat diberdayakan. Dengan adanya lembaga mikro agribisnis syariah ini maka akan membantu para petani kedelai lokal selaku nasabah kecil yang tidak memiliki akses ke bank. b Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai Ketersediaan benih dan pupuk menjadi hal yang sangat penting bagi usahatani kedelai. Masalah yang kerap terjadi adalah sering tidak tersedianya benih kedelai yang diinginkan petani. Untuk itu perlu kebijakan pemerintah terhadap masalah perbenihan yaitu berupa subsidi benih. Hal ini ditujukan agar petani dapat menggunakan benih unggul dengan harga yang lebih terjangkau. Harga benih unggul yang relatif mahal menjadi alasan petani kedelai untuk tidak menggunakan benih unggul. Selain itu, sering tidak tersedianya benih yang diinginkan petani juga menjadi masalah dalam perbenihan kedelai. Kurangnya lahan yang dimiliki balai benih untuk perbanyakan kedelai dinilai menjadi alasan terbatasnya ketersediaan benih. Untuk itu perlu diadakannya program untuk memperluas lahan untuk perbanyakan benih kedelai pada balai-balai benih yang ada baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten. Hal ini dilakukan agar benih kedelai yang diinginkan petani kedelai selalu tersedia. Untuk pupuk sendiri perlunya kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dan para pengusaha pupuk penting dilakukan. Selain itu memberdayakan kelompok tani untuk mengakses pupuk akan mempermudah aksestabilitas pupuk untuk petani kedelai lokal di Indonesia. 100 c Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia Pengembangan kelompok tani kedelai sangat perlu ditingkatkan mengingat masih banyak petani kedelai di Indonesia yang belum tergabung dalam kelompok tani. Hal ini menjadi salah satu alasan lemahnya posisi tawar petani dalam tataniaga kedelai. Keberadaan kelompok tani sebagai lembaga yang mampu membantu petani dalam meningkatkan dayasaing agribisnis kedelai lokal sehingga petani kedelai memiliki posisi tawar yang lebih tinggi bila dibandingkan bila petani tidak tergabung dalam kelompok tani. Untuk itu peningkatan peran kelompok tani perlu digalakkan untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. d Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal di Indonesia Menurunnya gairah petani dalam menanam kedelai mengharuskan kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan kembali gairah petani untuk menanam kedelai. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai sosialisasi dan promosi kepada petani dan pihak terkait lainnya untuk menanamkan investasi pada agribisnis kedelai. Sosialisasi yang dilakukan secara rutin oleh seluruh pihak terkait diharapkan mampu mendukung pengembangan dan peningkatan dayasaing kedelai lokal di Indonesia. e Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal Pembinaan dan pendampingan bagi petani perlu dilakukan agar. Pembinaan dilakukan oleh Dinas Pertanian setempat dan Petugas Pemandu Lapang PPL kepada para petani. Dalam hal ini Dinas Pertanian dan PPL membina dan memonitoring kegiatan agribisnis petani. Optimalisasi pembinaan untuk meningkatkan produktivitas dilakukan agar para petani mampu melakukan kegiatan agribisnis dengan lebih efisien dan menguntungkan. Hal ini dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan infrastruktur dan alsintan, skim pembiayaan dan melakukan pembinaan atau pengawalan kepada petani atau kelompok tani yang sarana produksinya dicukupi secara swadaya agar usahataninya dapat berlangsung dengan optimal. Pendampingan dilakukan oleh Dinas pertanian dan PPL untuk memberikan pengarahan kepada para petani kedelai lokal dalam menerapkan teknologi bertani kedelai. 101 3 Strategi S-T a Pembatasan volume impor kedelai Saat ini sebagian besar kebutuhan kedelai nasional berasal dari kedelai impor. Derasnya impor yang masuk membuat petani kedelai lokal semakin tersudut. Sulitnya kedelai lokal untuk bersaing dengan kedelai impor karena berbagai kendala membuat usahatani kedelai lokal dinilai kurang menguntungkan bagi petani sehingga banyak petani kedelai lokal menjadi tidak bergairah untuk menanam kedelai. Perlunya membatasi jumlah impor kedelai ke Indonesia penting dilakukan. Hal ini dilakukan agar petani kedelai lokal kembali termotivasi untuk menanam kedelai lokal sehingga produksi kedelai nasional bisa semakin bertambah. Pembatasan kedelai impor ini dilakukan antara lain dengan memberlakukan tarif impor bagi kedelai luar negeri yang masuk ke Indonesia. Dengan diberlakukannya tarif impor diharapkan volume impor yang masuk akan semakin berkurang karena setiap kedelai impor yang masuk ke dalam negeri dikenakan biaya impor dimana negara yang mengekspor kedelai ke Indonesia harus membayar sejumlah tertentu sesuai dengan tarif yang ditetapkan dalam setiap kedelai yang diekspor ke Indonesia. Selain itu upaya pembatasan kedelai impor lainnya dilakukan dengan cara melakukan impor kedelai hanya jika kebutuhan kedelai nasional mengalami kekurangan. Selama hal tersebut dilakukan maka kedelai lokal sendiri berupaya untuk terus meningkatkan produksi agar mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasionalnya dengan cara mengembangkan kemitraan dengan industri pengolahan kedelai. Dalam hal ini petani kedelai lokal memiliki kewajiban untuk menyediakan pasokan kedelai lokal dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan permintaan industri mitra. Di lain sisi industri mitra memiliki kewajiban untuk menjamin pasar kedelai lokal yang dihasilkan serta memberi pinjaman modal bagi para petani kedelai lokal. Selain dari kedua pihak tersebut dukungan pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan kemitraan tersebut penting dilakukan seperti dukungan infrastruktur atau menugaskan badan penelitian ataupun perguruan tinggi yang mampu memberikan masukan teknologi yang dapat menunjang kegiatan produksi. Kualitas kedelai merupakan salah satu faktor pertimbangan konsumen dalam memilih kedelai untuk dikonsumsi. Kualitas kedelai impor yang 102 dinilai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia lebih baik dari kedelai lokal membuat kualitas kedelai lokal harus semakin ditingkatkan. Peningkatan kualitas kedelai lokal dapat dilakukan dengan penggunaan benih unggul bermutu agar kedelai yang dihasilkan baik. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyaknya petani yang masih menggunakan benih asalan sehingga kedelai yang dihasilkan kurang baik. Untuk itu penggunaan benih unggul bermutu perlu diterapkan. Selain itu penggunaan pupuk dan penerapan teknologi dalam produksi kedelai mampu meningkatkan mutu kedelai lokal. Dalam hal ini peningkatan kualitas kedelai juga dilakukan dengan terus dikembangkannya penelitian-penelitian terkait pengembangan agribisnis kedelai lokal seperti penelitian penemuan varietas unggul baru ataupun teknologi pendukung agribisnis kedelai lokal. 4 Strategi W-T a Pembentukan lembaga stabilitas harga kedelai Sejak dicabutnya wewenang Bulog sebagai lembaga stabilitas kedelai nasional, maka tataniaga kedelai berubah menjadi pasar bebas. Kedelai impor yang harganya sangat fluktuatif semakin mudah masuk dan mendominasi pasar perkedelaian dalam negeri. Untuk itu dibutuhkanlah sebuah badan penyeimbang dan pelaksana impor kedelai, sebagai pengontrol harga. Keseimbangan dan pelaksanaan impor kedelai dapat diarahkan pada KOPTI sebagai lembaga yang menyalurkan kedelai. Pemberian hak prioritas kepada KOPTI sebagai importir utama dalam perdagangan kedelai dalam negeri dapat membantu menghilangkan pengaruh importir swasta yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sendiri tanpa memperdulikan kepentingan para pelaku industri pengolahan. Importir swasta dengan bebas menaikkan atau menurunkan harga kedelai sehingga para pelaku industri yang menggunakan bahan baku kedelai impor merasa dirugikan. Meskipun KOPTI berperan sebagai importir namun hal ini tidak akan merugikan pihak industri pengolahan karena KOPTI bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yaitu adalah para pengusaha tahu dan tempe. Peran KOPTI di dalam negeri sangat diperlukan agar harga kedelai di dalam negeri lebih stabil karena KOPTI akan memiliki kekuatan untuk menstabilkan harga kedelai di dalam negeri. Bagi kedelai lokal sendiri, s ecara nyata KOPTI juga bisa langsung terjun ke lapangan untuk membeli kedelai dari petani sehingga ada jaminan pasar dalam 103 bentuk jaminan harga dan jaminan pembelian barang. Hal ini tentunya dapat meningkatkan gairah petani untuk menanam kedelai lokal dan produksi akan meningkat karena ada kepastian bagi petani dalam menjalankan usahataninya.

7.2 Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan dan Peningkatan