Industri Terkait a Industri Pemasok Bahan Baku

67 uraian dan ilustrasi menarik tentang pembuatan dan manfaat tempe dengan latar belakang budaya Indonesia, terutama Jawa. Ada juga buku terbitan Asosiasi Tempe di Jepang yang dikelola para profesor dan ahli gizi. Asosiasi ini mengadakan penelitian dan setiap tahun mengadakan seminar tentang tempe. Salah satu kajiannya adalah kandungan gizi tempe tak kalah dari daging sapi. Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe tempura tempe dan burger tempe 13 . Untuk burger tempe sendiri Jepang telah memberikan hak paten pada pengolahannya. Meskipun begitu tempe tetap dikenal di dunia sebagai makanan asli Indonesia. Para imigran yang berasal dari Indonesia ini memperkenalkan produk dalam negeri berupa tempe ke mancanegara sehingga tempe semakin dikenal dunia dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia.

6.1.3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri terkait merupakan industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal. Sedangkan industri pendukung merupakan industri yang memberikan kontribusi tidak langsung dalam sistem komoditas secara vertikal.

1. Industri Terkait a Industri Pemasok Bahan Baku

Kemampuan industri pemasok bahan baku dalam menyediakan input produksi seperti benih, pupuk dan alat serta mesin pertanian sangat mempengaruhi perkembangan agribisnis kedelai lokal. Industri sarana produksi khususnya industri perbenihan mempunyai peran yang strategis dalam agribisnis kedelai. Ketersediaan benih sangat menentukan kelangsungan kegiatan budidaya kedelai lokal. Penyediaan benih kedelai saat ini diproduksi oleh produsen benih, seperti Balai Benih Provinsi, Balai Benih Kabupaten, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP, perusahaan benih BUMN, swasta atau penangkar. Beberapa perusahaan benih yang cukup besar yaitu PT Sang Hyang Seri, PT Pertani. Di Indonesia industri perbenihan masih sulit berkembang, karena dibandingkan 13 Rustono. 2010. King of Tempe Jepang dari Grobogan http: kradenangrobogan. wordpress. Com2010 0720rustono-king-of-tempe-jepang-dari-grobogan [diakses 15 April 2011] 68 dengan benih padi dan jagung, harga benih kedelai relatif murah namun proses produksinya lebih sulit. Selain itu banyak petani yang belum menyadari pentingnya sertifikasi benih dalam pengadaan benih kedelai lokal. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab sulit berkembangnya sistem penangkaran dan industri benih kedelai. Hingga saat ini produksi benih kedelai yang digunakan petani berlangsung melalui sistem Jalur Benih Antar Lapang dan Musim atau lebih populer disebut Jabalsim. Produsen atau sumber benih adalah penangkar berskala usaha kecil yang jumlahnya masih terbatas dan petani yang menanam kedelai untuk tujuan konsumsi. b Industri Jasa Tataniaga Industri jasa tataniaga merupakan lembaga-lembaga yang menjadi perantara pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam industri pemasaran kedelai lokal diantaranya petani, pengumpul, pedagang besargrosir, KOPTI, pedagang kecilpengecer, konsumen. Pemasaran hasil kedelai oleh petani, pada umumnya dijual secara langsung kepada pedagang. Petani yang menjual kedelai secara berkelompok masih terbatas sehingga harga jual petani sangat ditentukan oleh pedagang dan posisi tawar petani kedelai lokal masih lemah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, kedelai di Indonesia mulai dari daerah sentra produksi kedelai lokal hingga ke industri pengolahan dipasarkan melalui pedagang pengumpul di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi hingga sampai ke konsumen akhir. Kedelai yang diproduksi oleh petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul baik di tingkat desa, kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Kedelai yang beredar dipasaran sebagian besar kedelai berasal dari impor dan sisanya berasal dari kedelai lokal. Kedelai yang telah berada di tingkat pedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang grosir setelah itu dijual lagi baik ke pengecer maupun ke KOPTI dan selanjutnya ke pengolah dan konsumen akhir. Sedangkan kedelai yang berasal dari impor umumnya dibeli oleh koperasi pengrajin tahu dan tempe KOPTI, selanjutnya dipasarkan ke pengrajin tahu dan tempe hingga sampai ke konsumen. 69 c Industri Pengolahan Pengolahan kedelai sangat penting dilakukan guna menciptakan nilai tambah kedelai itu sendiri, meningkatkan permintaan dan meningkatkan daya tahan kedelai. Berkembangnya industri pengolahan mampu menciptakan diversifikasi konsumsi, membagi pendapatan dan meningkatkan devisa serta mampu menyerap tenaga kerja. Berbagai industri pengolahan kedelai yang paling banyak dilakukan adalah industri pengolahan makanan berupa tempe dan tahu, selain itu terdapat juga industri olahan lainnya seperti kosmetik dan obat-obatan. Karakter industri pengolahan pangan dari kedelai di Indonesia yaitu sebagian besar berproduksi dalam skala kecil atau rumah tangga dan semua proses pengolahannya diawali dengan perendaman yang membutuhkan banyak air Suryana et al 2005. Menurut Sarwoto 2004, sekitar 57 persen kedelai di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk tempe, 38 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya dalam bentuk kecap, tauco, kembang tahu, dan lain-lain. Hal ini membuktikan sebagian besar kedelai dipergunakan untuk industri pengolahan kedelai yaitu pembuatan tempe dan tahu. Industri pengolahan kedelai di Indonesia menggunakan kedelai sebagai bahan bakunya baik yang berasal dari impor maupun kedelai lokal. Kandungan protein kedelai lokal lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai impor, sehingga jika diolah untuk tahu, maka rendemen lebih banyak dihasilkan dari kedelai lokal dan memiliki cita rasa yang khas. Kedelai impor memiliki ukuran biji besar, seragam dan kadar airnya rendah, sehingga lebih disukai industri tempe karena volume bijinya yang mengembang lebih banyak dan bobot tempe yang diperoleh lebih banyak. Untuk industri kecap, biji kedelai hitam lokal lebih disukai daripada kedelai impor karena memiliki cita rasa khas dan kecap yang dihasilkan lebih gurih Handayani 2007. Industri pengolahan kedelai tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sebagian besar berproduksi dalam skala industri kecil dan rumah tangga. Untuk itulah besarnya permintaan kedelai dalam bentuk olahan membuat industri pengolahan kedelai semakin berkembang. Dalam industri pengolahan kedelai, permasalahan yang kerap kali dihadapi diantaranya sulitnya ketersediaan bahan 70 baku lokal dalam segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Berikut ini dapat dilihat banyaknya perusahaan serta penyebaran produk olahan kedelai di Indonesia pada Lampiran 4.

2. Industri Pendukung