Subsistem Penunjang Kedelai Dunia 1. Produksi Kedelai Dunia

47

5.2.4. Subsistem Penunjang

Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung pelaksanaan kegiatan dari keempat subsistem agribisnis kedelai lokal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Beberapa lembaga yang menunjang agribisnis kedelai lokal diantaranya: 1 Pemerintah Pemerintah merupakan salah satu pihak yang ikut serta dalam menunjang pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Beberapa peran serta pemerintah bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia diwujudkan dalam berbagai kegiatan, salah satunya adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT. Pada tanggal 7-10 Juni 2009 diselenggarakan Jambore SL-PTT di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Hal ini merupakan bukti komitmen pemerintah untuk melanjutkan upaya peningkatan produksi menuju kemandirian pangan. Tema dari Jambore Nasional ini adalah “Bersama Mewujudkan Swasembada Pangan dan Membangun Kemandirian Pangan Nasional”. SL-PTT ini berfokus pada kedelai dan tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya pengusaha agribisnis, praktisi pertanian, penentu kebijakan, petani, dan kelompok tani dari berbagai daerah di Indonesia yang telah melaksanakan program PTT padi, jagung dan kedelai. 2 Perguruan Tinggi Lembaga perguruan tinggi dapat mengambil peran dalam memberikan kontribusi dalam menghasilkan informasi dan inovasi teknologi bagi pengembangan agribisnis kedelai. Sebagai contoh Universitas Hasanuddin yang memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian di kawasan timur Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilakukan Universitas Hasanuddin antara lain, alih teknologi melalui sekolah lapang yang berbasis teknologi benihsumber, kemitraan dengan industri benih dan produksi pupuk cair organik rumah kompos Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2009. 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan lembaga yang berperan dalam penyediaan inovasi teknologi untuk membantu pengembangan agribisnis 48 kedelai lokal di Indonesia. Dalam hal ini beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain: a Simposium Tanaman Pangan Puslitbangtan menyelenggarakan Simposium V Tanaman Pangan pada tanggal 28-29 Agustus 2007 di Bogor, dengan tema “Inovasi Teknologi Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan”. Salah satu hal yang dibahas dalam simposium ini adalah pengembangan tanaman pangan melalui inovasi teknologi dalam rangka peningkatan produksi kedelai menuju swasembada pada tahun 2014. b Gelar Teknologi Kacang-kacangan dan umbi-umbian Pada 10 November 2007 di Malang, diselenggarakan “Gelar Teknologi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian” oleh Puslitbangtan dan Balitkabi. Acara ini dimulai dengan temu lapang dimana pengunjung dapat melihat sendiri dari dekat hamparan tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tumbuh dengan baik di kebun percobaan Kendalpayak yang menggambarkan keunggulan teknologi. Teknologi yang digelar antara lain varietas unggul kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar, teknologi pengendalian hama dan penyakit kedelai yang ramah lingkungan. Selain itu pengunjung diberi kesempatan untuk mencicipi produk pangan yang dihasilkan dari kacang-kacangan dan umbi-umbian. 4 Badan Tenaga Atom Nasional BATAN Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan varietas unggul kedelai yang dilakukan oleh BATAN adalah dengan melakukan induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma yang dapat dimanfaatkan oleh petani dan pengguna lainnya. Dengan demikian petani dapat memperoleh pilihan varietas lain dengan sifat-sifat unggul tertentu selain varietas hasil penelitian Puslitbangtan. 5 Lembaga Perbankan a Realisasi penyaluran KUR pada tanggal 30 Juni 2009 pada bank pelaksana Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BTN sebesar 14,8 trilyun. Dari total kredit tersebut sektor pertanian termasuk kedelai memperoleh 49 sebesar 3,9 trilyun atau sebesar 26,6 persen dengan penerima kredit sebanyak 613.780 orang atau rata-rata sebesar Rp 6,45 juta per orang. b Data Kementrian Pertanian 2010, menunjukkan bahwa sampai bulan Juni 2009 sebanyak 7,8 trilyun dari plafon 8,1 trilyun KKP-E berhasil disalurkan oleh Bank Umum maupun Bank Pembangunan Daerah. Hal ini merupakan bentuk realisasi penyerapan kredit untuk pengembangan padi, jagung dan kedelai 5 .

5.3. Impor Kedelai Indonesia