Subsistem Usahatani Kedelai Kedelai Dunia 1. Produksi Kedelai Dunia

42 dewasa ini anjuran penggunaan pupuk organik sedang digalakkan sebagai komponen pupuk bio hayati. Menurut petani, masih rendahnya pemakaian pupuk organik yang bersifat bio hayati dikarenakan selain harganya relatif mahal, penggunaan pupuk organik juga masih dalam taraf uji coba. Pemberian pupuk kimia seperti urea, SP-36 dan NPK dilakukan dengan cara disebarkan, karena dianggap lebih efisien dalam pemakaian tenaga kerja. Tersedianya alat mesin pertanian sangat mempengaruhi hasil produksi kedelai, dimana alsintan digunakan sebagai teknologi yang mampu membantu pengembangan budidaya kedelai lokal. Begitu juga dengan tersediannya amelioran yang mampu membantu kesuburan tanaman kedelai. Tersedianya input yang baik akan berpengaruh pada hasil produksi kedelai. Pada subsistem agribisnis kedelai lokal pelaku subsistem hulu untuk pengadaan benih diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, balai benih provinsi maupun kabupaten, BPSBTPH Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman pangan dan Hortikultura, swasta. Sedangkan pelaku untuk pengadaan pupuk diantaranya, pemerintah pusat dan daerah, BUMN, swasta, pedagangpengecer pupuk dan alat mesin pertanian alsintan.

5.2.2. Subsistem Usahatani Kedelai

Usahatani kedelai di Indonesia tidak diusahakan pada suatu wilayah khusus yang diperuntukkan sebagai areal utama bagi pertanaman kedelai, melainkan diusahakan sebagai tanaman tambahan dengan pola tanam tertentu yang diusahakan dengan komoditas lain dalam penanamannya. Kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan lahan kering. Sekitar 60 persen areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan 40 persen di lahan kering 4 . Pada lahan kering kedelai biasa digunakan sebagai tanaman tambahan dimana padi sebagai tanaman utamanya. Begitu juga pada lahan kering dimana jagung atau padi gogo ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari kedelai. Hal ini sangatlah berbeda dengan usahatani kedelai di Amerika Serikat. 4 Simatupang, Marwoto, Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. http: www. pdfking. net PENGEMBANGAN-KEDELAI-DAN-KEBIJAKAN- PENELITIAN-DI-INDONESIA1-- PDF.html [diakses 12 februari 2011] 43 Di Amerika Serikat sendiri kedelai diproduksi pada suatu wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai atau sesuai untuk kedelai dan diperuntukkan untuk pengembangan kedelai. Pertanaman kedelai di Indonesia praktis seluruhnya merupakan milik petani bukan milik swasta besar atau perkebunan. Karena sifatnya yang demikian, maka pertanaman individu petani umumnya sempit dan sangat jarang yang melebihi 1 ha. umumnya kurang dari 0,5 ha. Selain kepemilikan lahannya sempit, usahatani kedelai di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu pertanaman kedelai tidak dijumpai dalam bentuk hamparan luas tetapi berupa spot-spot dengan luasan puluhan hektar saja. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pengembangan kedelai karena pembinaan sulit dilakukan Subandi, Harsono dan Kuntyastuti 2007. Tanaman kedelai pada lahan sawah menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedelai yang ditanam pada lahan kering, karena: 1 pada saat pertumbuhan tanaman kedelai, gangguan iklim terutama kekeringan lebih besar pada lahan kering dibandingkan dengan lahan sawah yang memperoleh air irigasi, 2 residu pemupukan tanaman padi di lahan sawah akan membantu pertumbuhan tanaman kedelai menjadi lebih baik, 3 pada lahan kering, terutama wilayah produksi di luar Jawa, sering dijumpai derajat keasaman tanah dengan kandungan alumunium Al terlarut yang tinggi, dan 4 tanaman kedelai pada lahan kering banyak mendapat gangguan gulma. Potensi pengembangan kedelai di luar Jawa sebagian besar terdiri dari lahan kering. Pada lahan kering pengelolaan tanaman kedelai mengalami keterbatasan persediaan unsur hara. Namun keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan pemberian bahan organik dari pupuk kandang Rahmawati M, 1999. Penentuan pola tanam kedelai didasarkan atas tipe lahan, curah hujan dan musim. Di lahan sawah irigasi pada MK I Maret-Juni, kedelai diusahakan dalam pola padi - palawija - sayuran atau padi - palawija - palawija sedangkan pada MK II Juli-September diusahakan dalam pola padi - padi - palawija. Penanaman kedelai di lahan sawah tadah hujan dilakukan pada MH Nopember-Februari dalam pola palawija - padi dan pada MK I Maret-Juni dalam pola padi - palawija. Di lahan kering pada MH I Nopember-Februari, kedelai ditanam 44 dalam pola palawija - palawija dan pada MK I Maret-Juni dalam pola padi gogo - palawija atau sayuran - palawija1 Marwoto dan Hilman 2005. Pengembangan usahatani kedelai dapat dilakukan melalui usaha ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Pengembangan usahatani, baik di sawah maupun di lahan kering dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil, sistem produksi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5.2.3. Subsistem Hilir dan Pemasaran