Tahapan Arsitektur Strategik Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan dan Peningkatan

105

7.2.4. Tahapan Arsitektur Strategik

Setelah penulis menyusun strategi pengembangan dan peningkatan dayasaing agribisnis kedelai lokal dengan menggunakan alat analisis SWOT maka dibuatlah sebuah rancangan arsitektur strategi agribisnis kedelai lokal di Indonesia yang direkomendasikan penulis untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh agribisnis kedelai lokal. Rancangan ini merupakan peta strategi blue print untuk mencapai sasaran agribisnis kedelai lokal yaitu swasembada kedelai di Indonesia. Strategi yang telah dibuat kemudian melalui berbagai tahapan hingga didapatkan hasil yang kemudian dipetakan kedalam sebuah gambar berupa arsitektur strategi. Berdasarkan program yang dicanangkan oleh pemerintah sasaran swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2014. Penulis telah menggambar rancangan arsitektur strategik dengan menggunakan dua sumbu dimana sumbu vertikal sumbu x merupakan rentang waktu yang dipersiapkan agribisnis kedelai lokal. Sedangkan untuk sumbu horizontal sumbu y menggambarkan rentang kegiatan yang ingin dicapai oleh agribisnis kedelai lokal. Penulis membuat rancangan arsitektur strategik dengan tidak terpaku pada penentuan rentang waktu, penulis menggunakan patokan periodisasi dan tidak menggunakan patokan tahun dimana setelah selesai dilaksanakan program pada periode I, maka tanpa menunggu patokan waktu yang telah ditentukan program pada periode II dapat segera dilakukan. Pelaksanaan periode ini didasarkan pada tingkat kepentingan program yang lebih mendesak untuk dilakukan. Semakin penting program tersebut maka pelaksanaan programnya akan ditempatkan lebih dulu yaitu pada periode I hingga periode selanjutnya. Diharapkan dengan dibuatnya rancangan arsitektur strategik ini maka program swasembada kedelai segera tercapai. Di dalam rancangan arsitektur strategi ini digambarkan berbagai tantangan yang dihadapai agribisnis kedelai lokal dan serangkaian strategi yang dibuat untuk mencapai sasaran agribisnis kedelai lokal yaitu swasembada kedelai. Perubahan atau transformasi yang akan dilalui untuk mencapai sasaran ditandai dengan anak panah yang mengarah ke kanan. 106 Untuk mencapai sasaran agribisnis kedelai yaitu swasembada kedelai maka dibutuhkan beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya: a Program yang dilaksanakan secara bertahap dintaranya: 1 Periode I, program yang dilaksanankan meliputi: pemberlakuan kuota impor, peningkatan peran KOPTI sebagai lembaga penyalur kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai 2 Periode II, program yang dilaksanakan meliputi: membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank 3 Periode III,program yang dilaksanakan meliputi: perluasan lahan pada balai benih untuk perbanyakan benih kedelai lokal serta pupuk, pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih 4 Periode IV, program yang dilaksanakan meliputi: Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta, sosialisasi penggunaan kedelai lokal untuk industri pengolahan kedelai b Program yang dilakukan secara terus-menerus atau rutin diantaranya: 1 Perluasan areal tanam kedelai lokal 2 Peningkatan indeks pertanaman melalui sistem tumpang sari 3 Peningkatan produktivitas 4 Membina hubungan yang kuat dan saling terintergrasi antar lembaga terkait 5 Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masing lembaga terkait 6 Pemberdayaan petani kedelai melalui kelompok tani 7 Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani mulai dari penggunaan benih, pengolahan hingga pasca panen 8 Melakukan promosi dan sosialisasi agribisnis kedelai lokal secara rutin kepada masyarakat luas baik melalui kegiatan langsung maupun hasil kegiatan melalui berbagai media 107 Sumbu Y Rentang Kegiatan Sumbu x Rentang Periode Gambar 14 : Arsitektur Strategik Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia Sasaran : 1Peningkatan produksi da swasembada berkelanjutan 2 Ketahanan pangan dan gizi 3Peningkatan nilai tambah dayasaing dan ekspor 4Peningkatan pendapatan petani Kegiatan yang dilakukan terus-menerus: 1. Perluasan areal tanam kedelai lokal 2. Peningkatan indeks pertanaman melalui sistem tumpang sari 3. Peningkatan produktivitas 4. Membina hubungan yang kuat dan saling terintergrasi antar lembaga terkait 5. Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masing lembaga terkait 6. Pemberdayaan petani kedelai melalui kelompok tani 7. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani mulai dari penggunaan benih, pengolahan hingga pasca panen 8. Melakukan promosi dan sosialisasi agribisnis kedelai lokal secara rutin kepada masyarakat luas baik melalui kegiatan langsung maupun hasil kegiatan melalui berbagai media Tantangan agribisnis kedelai lokal: 1.Lahan pengusahaan kedelai lokal yang semakin sempit karena kurangnya minat petani untuk menanam kedelai lokal 2.Tingginya volume impor kedelai 3. Kurangnya permodalan petani 4.Produksi kedelai lokal masih rendah Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank Peningkatan peran KOPTI sebagai lembaga penyalur kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai Pemberlakuan kuota impor Perluasan lahan pada balai benih untuk perbanyakan benih kedelai lokal pupuk Pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta II IV III I Sosialisasi penggunaan kedelai lokal untuk industri pengolahan kedelai 108 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan